03. Kalung dari Nenek

104 28 5
                                    

Happy reading!♡~

_________________________________________

Jauh dari peradaban manusia. Disembunyikan oleh hutan pinus yang lebat. Tepat di sana, berdiri sebuah pack besar yang menjadi pusat kepemimpinan dari setiap pack yang ada. Golden Moon Pack.

Golden Moon Pack. Terletak tepat di perbatasan antra dunia immortal tempat makhluk-makhluk mitos tinggal dengan dunia manusia. Menjaga perbatasan agar tidak ada manusia yang masuk dan mengusik wilayah mereka, agar api masa lalu itu tidak muncul kembali.

Pada awalnya manusia dan makhluk immortal hidup berdampingan dengan damai. Namun, semua kedamaian itu hancur disebabkan salah satu kaum werewolf menganggap bahwa mereka tidak pantas untuk hidup berdampingan dengan manusia rendahan yang lemah.

Mendengar hal tersebut, manusia tidak terima dikatai makhluk rendahan. Mereka menuntut permintaan maaf dari bangsa werewolf. Namun tidak ada respon dari mereka. Raja manusia yang saat itu memimpin merasa tak terima dan marah dengan perbuatan bangsa werewolf. Ia menyatakan antar kedua kaum tersebut.

Perang besar tak terelakkan. Kekacauan di mana. Berawal dari masalah kecil yang berujung kekacauan akibat sikap tak ingin kalah dari kedua belah pihak.

Dua abad berlalu. Api peperangan mulai mereda. Untuk menyelesaikan masalah ini. Alpha ke-5 dari Golden Moon Pack mengusulkan untuk membuat perbatasan antara makhluk immortal dengan bangsa manusia. Mereka membuat perjanjian untuk tidak saling mengusik wilayah kekuasaan masing masing. Sang Alpha juga meminta maaf atas perkataan kaumnya yang kelewatan.

Sang Alpha meminta bantuan kepada makhluk immortal yang lain untuk menyatukan kekuatan magis mereka, untuk membuat garis perbatasan dengan sihir. hal ini dilakukan agar tidak ada makhluk immortal ataupun manusia memasuki dan mengusik masing-masing wilayah.

Sejak saat itu, manusia hidup di dunia mereka sendiri dan membangun kembali peradaban.

Kejadian satu abad yang lalu itu, manusia kini menganggap bahwasanya cerita tersebut hanyalah sebuah cerita rakyat yang dijadikan dongeng sebelum tidur oleh orang tua mereka. Lagi pula, mana mungkin ada makhluk yang memiliki akal selain manusia di bumi ini, itu hanya mitos.

-~•°•~-

Pagi hari yang cerah. Burung-burung kecil bersiul menghidupkan pagi. Runa masih terlelap dalam tidurnya ditemani makhluk berbulu putih yang juga berbaring sampingnya.

'Cklek' suara pintu kamar terbuka. Wanita paruh baya berjalan masuk menghampiri cucunya yang masih terlelap berbungkus selimut. Ia berjalan kearah jendela yang terletak di atas meja rias disamping tempat tidur. Ia menyingkap tirai yang menghalangi sinar mentari masuk dan membuka sedikit kaca jendela tersebut.

"Runa.. ayo bangun sayang." Panggilnya pelan dengan sedikit menggunakan tubuh cucunya tersebut.

"Nghh.. nenek?" Lenguhan kecil terdengar. Runa membuka matanya, beranjak bangun dari posisi tidurnya, duduk sambil mengumpulkan nyawanya yang masih melayang entah kemana.

"Ayo bangun.. nanti pamanmu menghabiskan sarapan dak tidak menyisakan bagian untuk kita." Ucapnya sambil mengusap-usap pipi cucunya yang berisi itu gemas.

"Iya iya.. Runa sudah bangun! Tolong berhenti nenek, pipi Runa sakit!" Ucapnya kesal. Sofia tertawa dan menjauhkan tangannya dari pipi Runa. Bibir Runa mengerucut sebal sambil memegang pipinya. Menggemaskan sekali.

Takdir Moon Goddess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang