20

508 43 3
                                    

"Phayu! Kau..."

"Aw teman, apa kau terkejut? Lihatlah wajah teman kita ini, dia sangat terkejut" Phayu menoleh ke orang di sebelahnya

"Saifah, kau juga?"

"Berhentilah memasang wajah seperti itu kawan, bukankah kita akan berpesta?" Phayu tersenyum, senyum yang berbeda dari biasanya

"Jadi selama ini kau pelakunya?!" Prapai tidak bisa menahan emosinya lagi

"Ya, dan kau sangat bodoh meminta ku untuk membantu mu. Sebenarnya ada apa dengan keluarga ini? Kenapa kalian sangat bodoh?! Bukankah seorang Theerapanyakul selalu jenius? Well, sebenarnya kau masih jenius Paman Kim, kau curiga dan menyelidiki lebih dalam tentang ku. Kau membuat ku membayar orang lagi untuk berpura-pura menjadi orang tuaku, bahkan aku harus membakar bengkel ku sendiri. Tapi tidak masalah, yang terpenting hasil akhir sesuai dengan rencana." Phayu tampak tersenyum puas, puas melihat kekalahan orang-orang didepan nya

Phayu tidak hanya berdua, ada banyak pria yang sepertinya pengawal berbaris rapi di belakangnya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Kim menatap tajam Phayu, jika tubuhnya tidak lemas mungkin ia akan menghajar bocah itu hingga tewas

"Jangan menatap ku seperti itu paman, nyawa kalian ada di tangan ku saat ini. Lagipula apa semua surat yang ku tinggalkan masih kurang jelas? Ini semua adalah penebusan atas dosa kalian"

"Jika begitu lepaskan Arthit dan Sky, mereka tidak bersalah!"

"Aw, Nong Ren kau sepertinya sangat menyayangi mereka na?"

Phayu berjalan ke arah Arthit dan Sky, Phayu mengelus wajah Arthit dan mengusap rambutnya.

"Lepaskan Arthit sialan!" Teriak Ren

"Bukankah Nong Ren mengatakan tidak menyukai Arthit, lalu kenapa sekarang marah? Jangan menangis Nong, Phi tidak akan menyakiti mu" Phayu menghapus air mata Arthit

Bukan dengan tangannya, melainkan dengan bibirnya, ia mengecup mata Arthit dan menjilat air mata yang turun.

"Phayu bajingan!" Ren semakin berteriak histeris saat melihat temannya di lecehkan

"Tidak perlu histeris seperti itu Nong Ren, ini hanya air mata. Phi bahkan pernah menjilat lebih dari ini, benarkan sayang?" Phayu menoleh kepada Arthit, "Teman mu itu sangat berisik, bagaimana jika kita bercinta di sini hm?"

Arthit menggelengkan kepalanya dengan heboh, sembari berusaha berbicara di sela-sela mulutnya yang tertutup.

"Phi...hentinkan ini semua... Jangan lakukan ini" Arthit akhirnya bisa mengeluarkan suaranya saat Phayu membuka kain di mulutnya

"Arthit kau mengenalnya?"

"Tentu saja, Arthit tidak mungkin melupakan tunangan nya." Phayu tersenyum sembari mengelus wajah Arthit, lalu tak lama mencengkeram wajah itu 

"Apa kau menyukai bocah tengik itu huh?! Kau bahkan menjadi anak yang nakal Arthit!"

"Tidak Phi...bukan seperti itu! Arthit hanya mencintai Phi Venice."

"Lalu kenapa kau menentang ku Arthit?! Kau memang harus di hukum"

Phayu atau Venice itu menutup kembali mulut Arthit dengan kain.

"Ah, Nong Sky. Kau juga menjadi anak nakal, apa karena Prapai menyelamatkan mu kau menjadi membantah ku hm? Sudahlah kalian akan mendapatkan hukuman kalian nanti, biarkan aku mengurus mereka dulu"

"Apa mau mu?!" Prapai menatap tajam orang di depannya

"Bukankah sudah kukatakan tadi, bahwa ini semua untuk dosa kalian di masa lalu"

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang