35

460 45 6
                                    

Hampir satu jam Pete menangis, dan tubuhnya semakin terasa lemas. Ia baru sadar setelah tak sadarkan diri selama dua hari dan langsung menangis.

Pete hanya sendirian di kamar untuk saat ini, karena Vegas sedang mengambilkan makanan untuk Pete.

Pete mengingat mimpinya, saat tidak sadarkan diri ia bermimpi dengan sosok anak kecil. Pete tidak begitu jelas mengingat wajahnya, namun ia merasa sangat menyayangi anak itu. Pete juga baru menyadari jika tadi anak itu memanggilnya “Pho”.

‘Terimakasih telah menemani aku selama di sini Pho, aku sangat menyayangi Pho. Pho jangan sedih, nanti kita akan bertemu lagi na.’

“Makanlah dulu Pete.” Suara Vegas membubarkan pikiran Pete tentang suara anaknya

Ya, Pete yakin jika yang ia temui dalam mimpi adalah anaknya. Apalagi ia ingat anak itu menghampiri sosok yang ia kenal, Khun Gun dan istrinya. Apakah itu artinya anaknya sudah berbahagia dengan kakek neneknya?

“Aku tahu sulit bagi mu untuk menerima semua ini. Aku sudah bertanya pada dokter dan, rahim mu bisa di angkat, jadi kau bisa hidup dengan normal lagi Pete.”

Pete menatap mata Vegas, “Kau tidak ingin memiliki anak dari ku Vegas?”

“Hah?! Bukan begitu Pete, aku tahu ini terasa tidak normal bagi mu. Tenang saja kau akan kembali normal.”

“Saat ini pun aku normal Vegas. Apa kau berpikir aku tidak bisa menerima ini semua?”

“Tentu saja, bagaimana pun juga dulu kau adalah pria normal Pete.”

“Itu dulu Vegas, aku sudah bukan lagi pria normal sejak bersama dengan mu. Kau tahu aku menangis, karena merasa bodoh tidak bisa merasakan jika ada anak kita tumbuh di dalam tubuh ku. Aku bukan orangtua yang baik.”

“Jangan berkata seperti itu Pete, ini semua bukan salahmu. Kita sama-sama tidak tahu dengan kehadirannya, mungkin ini memang bukan saat yang terbaik untuk anak kita lahir.” Vegas mengelus pelan pipi Pete, lalu menyuapi Pete makan.

“Kau benar, mungkin ia ingin bersama dengan kakek dan neneknya.” Vegas menatap Pete aneh

“Aku bermimpi bertemu dengan anak kita Vegas, ia saat ini bersama dengan orangtua mu.” Pete tersenyum saat mengatakan itu.

“Benarkah?”

“Ehm...” Pete mengangguk sembari mengunyah makanan

“Vegas apa boleh besok pagi kita ke kuil untuk berdoa?” Pete hanya ingin mendoakan anaknya yang telah tiada, sekalian berdoa untuk orangtua Vegas.

“Jika dokter mengizinkan dirimu pergi, kita akan ke kuil.”

“Terimakasih Vegas.”

“Apapun untuk mu Pete.”

.

.

.

.

Seperti yang dijanjikan Vegas kemarin, saat ini mereka sedang berada di kuil. Dokter memperbolehkan Pete untuk ke kuil hanya saja menggunakan kursi roda, Pete tidak masalah dengan hasil itu. Pete terlalu malas untuk berjalan, tubuhnya masih lelah. Biarkan saja ia merepotkan Vegas, toh Vegas juga suka jika direpoti Pete.

Kuil yang mereka kunjungi tidak jauh dari safe house, dan ya kuil itu milik keluarga minor juga. Kuil sederhana, yang di bangun oleh ayah Vegas untuk mendiang istrinya. Vegas, Pete dan juga Macau memanjatkan doa masing-masing.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang