"Phi Venice mau kemana?" tanya Arthit saat melihat Venice berpakaian rapi, hari sudah malam dan seharusnya mereka bersiap untuk tidur tapi Venice sepertinya akan pergi
"Phi akan pergi ke sirkuit sebentar, tidurlah dulu jangan menunggu Phi pulang" ujar Venice sembari mengelus kepala Arthit
"Arthit ikut na...."
"Tidak, jangan jadi anak nakal atau akan Phi hukum lagi!"
Arthit cemberut, selalu saja diancam seperti itu. Ini kalau misalnya badan Arthit tidak sakit semua sudah pasti akan Arthit tantang Venice, gara-gara di gempur semalaman dan paginya mendapatkan hukuman ala militer dan kembali di gempur lagi, tulang Arthit serasa patah semua.
"Phi tidak akan lama, lain kali Phi akan mengajakmu ke sana"
"Janji" Arthit mengulurkan kelingkingnya
"Emm, Phi berjanji" Venice mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Arthit, dan mengecup kening Arthit sebelum pergi
"Mau pergi kemana malam-malam begini?" Pete yang sedang berada di ruang keluarga bertanya pada Venice
"Ke sirkuit sebentar Pho, ada yang harus Venice urus"
"Arthit tidak ikut?" Pete bertanya begitu bukan tanpa alasan, biasanya Arthit akan menemani Venice pergi ke sirkuit untuk sekdar duduk-duduk atau ikut balapan, Arthit itu juga jago dalam hal balapan karena Venice mengajarinya.
"Tidak, badannya demam"
Pete menghela nafas berat, jika ada penghargaan untuk orang yang sering demam di dunia ini, maka Arthit lah pemenangnya. Dalam satu bulan anak itu bisa demam lima sampai sepuluh kali, hitung sendiri berapa kali Arthit demam dalam setahun.
"Haah.... Sudah sana pergilah! Jangan pulang terlalu malam, dan jangan sampai terluka!"
"Khap Pho..." Venice kemudian mencium pipi Pete sebelum pergi
.
.
.
.
Venice mengendarai motornya dan tiba di sirkuit balap miliknya, sirkuit dan bengkel memang milik Venice sendiri, meskipun sekarang Venice telah mengambil alih perusahaan ia tidak melupakan hobinya. Sejak remaja Venice memang suka hal yang berbau otomotif, saat berumur dua belas tahun Venice pernah mengotak-atik mobil Vegas hingga mogok, bisa dibilang mobil yang ada di rumah pernah merasakan tangan jahil Venice. Vegas dan Pete yang melihat bakat Venice dibidang otomotif justru mendukung, Venice bebas melakukan apapun yang ia mau asalkan dia tetap mengambil alih perusahaan.
Macau sudah jelas tidak ingin terlibat di perusahaan dan satu-satunya harapan Vegas hanyalah Venice, dan untung saja Venice tahu tanggung jawabnya sebagai pewaris utama Vegas. Saat memasuki bangku perkuliahan Venice membangun bengkel dengan uang tabungannya sendiri, para pekerja di bengkel adalah anak-anak jalanan yang putus sekolah.
Seperti Vegas yang mengambil preman sebagai pengawal, maka Venice mengambil anak jalanan untuk bekerja di bengkel. Dan untuk sirkuit, Venice membangun sirkuit balap dari hobi balapannya, saat di sekolah menengah atas Venice sering mengikuti balapan baik legal maupun ilegal. Pete yang tahu jika Venice mengikuti balapan terutama ilegal langsung marah dan merusak sepeda motor Venice.
Venice dengan susah payah membujuk Pete agar tidak marah dan usahanya membuahkan hasil, Pete mengizinkan Venice untuk balapan tapi hanya di sirkuit balapan milik mereka. Pete langsung meminta Vegas membuatkan arena balapan untuk putra mereka, sirkuit itu Pete buat atas nama Venice
Venice mengadakan acara balapan dan membuat banyak orang datang ke sirkuitnya untuk mengikuti acara tersebut, tidak ada yang tahu jika Venice adalah pemilik tempat itu, orang-orang mengenal Venice dengan nama Phayu, pemilik bengkel dan juga pembalap yang hebat. Venice memang sengaja menggunakan nama samaran karena dia tidak ingin ada yang tahu soal identitasnya, lagipula jika balapan seperti ini memang lebih keren jika menggunakan nama panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
FanfictionHidup sebagai mafia tentu tidak lepas dari rahasia, termasuk keluarga Theerapanyakul. Sebuah rahasia kelam yang tidak di ketahui oleh generasi baru akankah terkuak atau tetap menjadi rahasia? Desember 2022