Kalau ada the worst week of the year sudah pasti minggu ini pantas masuk nominasi, karena selain kurang tidur hidup Flo jadi semakin nggak karuan. Flo jadi nggak memedulikan jam makan, kapan harus ke ruang binatu, juga jadi malas berinteraksi dengan penghuni kos lain. Flo bahkan tak bisa memikirkan hal yang lebih buruk yang bisa terjadi di minggu ini.
Pasca perdebatannya yang cukup sengit dengan Virgo kemarin rasanya Flo jadi sama sekali nggak punya semangat untuk melakukan apapun. Cowok itu bahkan sama sekali nggak berusaha untuk memberikan pembelaan atau mengelak yang justru membuat hati Flo semakin hancur.
Hari masih belum terlalu sore ketika Flo sampai di kamar kosannya. Flo langsung merebahkan punggung lalu menyentuh salah satu matanya yang terasa perih karena terlalu banyak menangis. Satu hal lagi yang nggak bisa Flo lakukan dengan benar di minggu ini adalah fokus. Entah saat melakukan kegiatan sepele atau mengerjakan tugas yang hanya berakhir dimana Flo menatap kosong ke layar laptop.
"Flo, ini gue." Sebuah ketukan terdengar diikuti dengan suara Erina.
"Buka aja. Nggak dikunci."
Nggak lama suara pintu yang dibuka terdengar dan Erina yang memang hari ini nggak kemana-mana masuk dengan celana pendek dan kaus kedodorannya. Cewek itu sempat memperhatikan sekitar selama sejenak sebelum akhirnya duduk di samping kasur. Matanya menatap lurus pada Flo yang masih berbaring.
"Udah mendingan?"
"Gue nggak sakit."
"Kegalauan lo maksudnya."
"Huh .... Belom."
Erina memandangnya prihatin, apa lagi pada dua matanya yang kelihatan bengkak berhari-hari. Rasanya kalau diibaratkan Flo nggak ada bedanya dengan protagonis serial tv terbang yang sedang disiksa dan dihancurkan sama antagonisnya. Erina mau membantu kalau bisa, tapi Liana sudah terlanjur bilang nggak akan ngepoin dan dia juga ragu Flo akan bersedia cerita padanya.
"Dari pada galau mending temenin gue ke dapur, yuk!"
"Ngapain?"
"Bikin seblak."
Sebenarnya itu cuma akal-akalan Erina supaya Flo nggak terlalu fokus dengan kegalauannya terus menerus. Sebenarnya sih Erina punya firasat kuat kalau ini berhubungan dengan Virgo dan Alfa, karena sejak nangis bombay sampai mengurung di kamar selama weekend dua cowok itu nggak pernah lagi muncul di Edelweiss.
"Tumbenan lo ngajak gue? Biasanya juga buat sendiri."
Erina cuma mengangkat bahu kemudian bangkit dari duduknya. "Lagi pingin ditemenin aja sih guenya. Lagian pas banget kan biar lo nggak di kamar melulu."
"Dih, apaan. Kayak nyokap gue aja lo yang paling nggak bisa lihat gue diam di kamar."
Erina berdecak lalu bergerak meraih tangan Flo dan menariknya. Flo terpaksa bangun dari posisi berbaringnya yang super nyaman dengan wajah bete. "Ya, dari pada lo ngegalau mulu di kamar mending bikin seblak sama gue. Salah sendiri sih lo nggak mau cerita."
Flo nggak punya kata-kata balasan untuk kalimat Erina, jadinya nggak lama kemudian dia harus rela motong-motong bumbu sebelum dihaluskan. Sebenarnya Flo lagi nggak pingin-pingin banget makan makanan pedas, tapi rasanya ini lebih baik dari pada harus cerita masalahnya ke Liana dan Erina.
"Flo."
"Apa?"
"Tadi gue ketemu Alfa masa di parkiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
LoverBoy
Romance"I don't need a perfect one, I just need someone who can make me feel I'm the only one." *** "Flora." Panggilan itu membuat Flo langsung berbalik. "Hm?" "Janji balik sama gue, ya?" Tanpa bisa ditahan Flo langsung tersenyum. "Iya, gue pasti balik kok...