Dua puluh Empat

103 18 0
                                    

halo! terima kasih sudah membuka chapter ini. maaf jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, mohon kritik dan saran nya ya! dan jangan lupa vote dan komen. Enjoy🤍

Sinar matahari menyapa dari sela-sela tirai yang tertutup, membuat manusia di dalam nya menyadari jika malam telah berganti dengan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sinar matahari menyapa dari sela-sela tirai yang tertutup, membuat manusia di dalam nya menyadari jika malam telah berganti dengan pagi

ARKA POV

Aku segera membuka mata dan meregangkan tubuh ku, aku mengucek mataku lalu melirik pada jam dinding yang berada di hadapan ku

"Tumben sekali ada jam disini?" pikirku lalu aku pun tersadar bahwa ini bukan lah kamarku

Aku bangkit dari ranjang itu dan berjalan keluar kamar, aku sudah mencium aroma wangi dari makanan yang di buat seseorang

Terlihat lah Kiran yang sedang sibuk dengan seluruh peralatan dapur itu, dengan apron yang berwarna coklat muda itu membuat nya semakin manis

"Suami able" gumam ku

Kiran yang menyadari keberadaan ku pun langsung menoleh ke arah ku

"Sejak kapan kau ada disana?" tanya nya

"Baru saja, aku mencium aroma wangi dari masakan mu" jawabku lalu mendekatinya dan berdiri di samping nya

"Apa kau perlu bantuan?" tanya ku lagi sambil memperhatikan nya yang lihai saat memasak

"Ya, tolong potongkan daun bawang itu" Kiran menunjuk ke arah daun bawang yang belum selesai ia potong

"Baiklah" ujar ku dan mulai memotong daun bawang itu

Jujur, ini pertama kalinya aku memegang pisau dan memotong sesuatu karna papa atau pun Juna pasti melarangku dan mengusirku dari dapur

Dengan percaya diri aku pun mulai memotong daun bawang itu

TAK!

Kiran terkejut dan langsung melihat ke arah ku, apa aku melakukan kesalahan?

"A-ada apa?" tanya ku dengan gugup

Kiran mendekati ku dan melihat hasil potongan ku, ya.. walaupun tidak terlalu bagus tapi lumayan kok!

Kiran menghelas nafasnya dan mengambil pisau itu dari tangan ku

"Jika kau sedang memotong sesuatu, pegang ujung dari benda itu dan potong perlahan. karna jika kau memotong nya seperti tadi, yang hancur bukan hanya benda yang ingin kau potong tapi dengan talenan nya juga" ujarnya dengan panjang sambil memotong sisa dari daun bawang tersebut

Aku hanya bisa tersenyum kaku dan menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal "Maaf"

"Lebih baik kau duduk saja atau bangun kan Arjuna, terima kasih sudah membantu" begitu kata Kiran dengan kalimat halus nya untuk mengusirku

Aku hanya bisa menurut dan pergi menuju kamar Kiran untuk membangunkan Arjuna

Aku membuka pintu itu dan melihat sekeliling, kamarnya sangat rapi dan bersih. nyaman sekali

"Ngrokk" aku terkejut mendengar dengkuran maung yang tertidur di kasur itu

Ide jahil pun muncul dari otak ku, aku mengambil spidol yang entah sejak kapan ada di atas meja lalu mendekati Arjuna yang sedang tidur

"Hehehe" aku tertawa kecil dan mulai menggambar di wajah nya

Setelah aku puas menjahili Arjuna, aku pun membangunkan nya

"Juna! ayo bangun!" aku mengguncang badan nya agar ia segera terbangun

"Hm" Arjuna akhirnya bangun dan mulai mengusap matanya

Aku hampir saja tertawa melihat wajahnya yang penuh dengan coretan yang kubuat

"Cepatlah bangun! Kiran sudah menunggu mu" ujar ku sambil menarik tangan Arjuna

"Iya iyaa"

Kami pun keluar dari kamar dan melihat Kiran yang sedang menaruh semangkuk bubur di atas meja
dengan apron yang masih menutup tubuh bagian depan nya

"Wah, suami idaman banget" sekali lagi aku terpana melihatnya

"Kemarilah" ucap Kiran

Kami pun berjalan kearah meja makan lalu duduk di kursi masing-masing

Kiran yang baru saja duduk langsung memasang wajah kebingungan

"Ada apa dengan wajah mu?" tanya Kiran sambil menunjuk wajah Arjuna

Arjuna yang kebingungan langsung melihat wajah nya di layar ponsel nya yang memantulkan bayangan

Aku berusaha mati-matian untuk tidak tertawa ketika melihat reaksi Arjuna yang kesal

"pfft" Arjuna menoleh ke arah ku dengan kesal

Ia langsung mencubit pipi ku dengan kuat seperti ada dendam kesumat

"Berani nya kau melukis di wajah tampan ku heh?!" ujar nya dengan wajah penuh kekesalan

"Hahahaha maaf maaf" aku yang tidak bisa menahan lagi tawa ku hanya bisa tertawa sambil menahan sakit pipi yang di cubit

"pfft, cuci dulu muka mu sana" Kiran tertawa kecil

Kami termenung melihatnya tertawa "Ternyata dia bisa tertawa juga" begitulah yang kami pikirkan

Arjuna berhenti mencubit pipi ku dan pergi ke dapur untuk mencuci muka nya

Aku mengusap kedua pipi ku yang merah "Aduhh" eluh ku

Begitulah cara ku untuk menghabiskan hari pertama pada tahun baru ini, benar-benar berbeda pada sebelumnya

•••

TBC

Pretty Boyfriend  | CBGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang