Aksi dan Reaksi

6 7 0
                                    

Suhu matahari di pagi hari ini cukup membuat siapa saja yang bernaung di bawahnya merasakan panas, seperti sekelompok siswa siswi murid SMA Pelita Bangsa yang berada di bawah terik matahari. Tak lain dan tak bukan para penghuni kelas XII IPA 2 dan IPA 1, kegiatan mereka bermacam macam ada yang serius melakukan olahraga seperti bermain futsal contohnya, ada yang bercerita, ada yang hanya duduk lemas ingin pelajaran olahraga ini segera berakhir.

"Jayn lo bisa main gak sih?! Kalau engga lo mending gabung sana ghibah sama cewek²" ucap Vano yang kesal dengan Jayn karena sedari tadi operan bolanya selalu meleset.

"Iya deh si paling jago " balas Jayn

"Lagian lo mainnya ga beres, ntar kalah sama kelas sebelah kan malu bro" ucap Vano sembari menyisir rambut jambul kebanggaanya itu.

Thian berjalan mendekati Vano sembari menepuk pundaknya "Sans elah ini cuman main seru seruan aja bukan turnamen, Van"

"Ya bukan apanya sih bro, ntar ciwi² gue ga terpesona lagi kalau gue kalah" jawab Vano menaikkan satu alisnya.

Jayn mengalihkan atensinya pada Fajar yang sibuk memutar bola di tangannya agar ia tidak bosan mendengar obrolan absurd temannya itu.

Namun Fajar melihat kembali bola yang ia pegang, meletakkan di bawah kakinya kemudian mengambil ancang-ancang untuk menendang bola ke arah tembok yang ada di belakangnya, setelah ia menendang dengan kencang bola itu kemudian berbalik sesuai dengan kekuatan tendangan yang diberikan, cukup sakit karena mengenai tulang keringnya.

"Oh jadi begitu" monolognya

"Apa Jar, lo ngomong sendiri?" Tanya Thian yang sedari tadi memperhatikan tingkahnya, Fajar tersenyum yang menampakkan lesung pipinya.

"Gilaaa manis banget" Ucap seseorang yang memperhatikan Fajar dari Jauh.

"Gini Van, ternyata reaksi yang kita terima itu sebanding dengan aksi yang kita berikan, misalnya saya tadi nendang bolanya kencang banget, ketika bolanya balik ke saya rasa sakitnya juga sebanding dengan kekuatan tendangan saya" tutur Fajar yang mengundang perhatian ketiga temannya itu.

"Yah jadi kesimpulannya apa?" tanya Vano

"Ya itu akan ada reaksi dari setiap aksi, dan tiap tindakan akan berbalik dengan apa yang diberikan, kurang lebih sama seperti konsep tanam tuai, seperti konsep apa yang diberi itu yang diterima " sambung Fajar.

"Ini pembahasannya agak deep ya bro" celetuk Thian

"Yah mending bahas gini, dari pada dengerin ocehannya Vano" ucap Jayn

"Lo ada masalah apa sih sama gue Jay? Lo kalau mau ribut sama gue maju sini gue yang mundur!" jawab Vano

"Gws ya Van" Kata Fajar menepuk pundak Vano dan berjalan keluar lapangan di ikuti
oleh ketiga temannya itu.

Di lain tempat sedari tadi Senja dan Aurora duduk di tribun lapangan, sedangkan Mentari pergi ke kantin sendiri membeli minum berniat untuk menghilangkan rasa hausnya, Senja dan Aurora hanya duduk diam melihat orang-orang yang bermain futsal.

"Senja lo tau nggak yang main futsal tadi yang pake no punggung 80 itu?" Tanya Aurora.

Senja menoleh "Oh.. Si Fajar bukan sih? Yang kelas IPA 1 itu kan?" ia bertanya memastikan.

"Iya mungkin itu namanya, soalnya gue cuma kenal muka doang sih."

"Emang kenapa?" tanya Senja

"Dia yang bantuin bawa lo ke UKS pas pingsan" jawab Aurora

"HAH?!! KOK BISA?!" pekiknya

"Yah gak tau pokoknya pas gue nelpon elo dia yang ngangkat" jelas Aurora

Senja menghela nafas "Ya Tuhan hidup aku kayaknya hutang budi mulu sama dia"

"Ada apa sih?" tanya Aurora heran

"Udah ah gak apa apa, gak usah di bahas"

***
Suasana kantin cukup terlihat sepi karena memang semua kelas belum keluar beristirahat, Fajar sampai di kantin terlebih dahulu sedangkan ketiga temannya masih bergantai pakaian, ia terlalu fokus dengan handphonenya sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Hai! kelas lo tadi kan yang digabungin sama kelas gw?" tanya orang itu membuat Fajar menoleh ke samping.

"Iya bener" jawab Fajar

"Kenalin gue Mentari" ucap Mentari menyodorkan tangannya, beberapa detik kemudian Fajar membalas jabatan tangan itu.

"Fajar" ucap Fajar tersenyum tipis

"Oh Fajar, salam kenal ya, btw kok bisa sih kelas lo di gabung sama kelas gue?" tanya Mentari melanjutkan obrolan

"Semester ini untuk olahraga emang di gabung" jawab Fajar

Obrolan mereka berdua mengalir begitu saja mungkin sebagai bentuk perkelanan.

***
Fajar menyimpan motornya, menaruh helm berwarna birunya, berjalan masuk ke arah rumah menenteng kresek yang berisi makanan.

"Assalamualaikum Mama, Fajar pulang" ucap Fajar masuk ke arah kamarnya namun ia melihat mamanya di ruang keluarga menonton tv.

"Waalaikumsalam anaknya Mama" jawab Mama Lisda memeluk anak tengahnya itu.

"Itu apa sayang?" tanya Mama memegang tangan kanan Fajar

"Oh ini mie ayam, Ma" jawab Fajar

"Oalah mie ayam, udah sana kamu makan aja di dapur ya soalnya Mama udah masak banyak, mie ayamnya buat Mama aja" tutur Mama Lisda mendorong Fajar kearah dapur dan mengambil alih makanan yang di bawa oleh Fajar.

Setelah beberapa menit, seusai Fajar makan ia kembali ke arah ruang keluarga melihat mamanya menyantap mie ayam yang tadi ia beli.

"Ma, Farah sama bang Fatur dimana? Kok ga keliatan dari tadi" tanya Fajar yang duduk di samping Mamanya.

"Oh mereka lagi jalan jalan katanya bosen dirumah"

Kembaran Fajar yang bernama Farah Afzal Yoan dan abangnya Fatur Afzal Yoan yang berbeda 3 tahun dengannya mereka berdua memang lebih sefrekuensi, mereka berdua senang bermain di luar rumah, jalan-jalan, atau keluar hanya sekedar Fatur menemani adeknya berburu kosmetik atau novel, berbeda dengan Fajar yang lebih suka di rumah saja, di dalam kamar menghabisakan waktu dengan bermain play station, atau hanya ke FAN cafe saja.

"Emang kamu gak ada niat gitu buat jalan jalan keluar?" Tanya mama

"Males Ma, mending main ps di kamar" jawab Fajar tersenyum.

"Anak Mama kalau senyum manis banget, yakin nih cewek-cewek di sekolah kamu pada suka liat kamu senyum" sengaja menggoda putranya itu yang makin hari kian bertambah dewasa.

"Enggak, soalnya Fajar jarang senyum" sanggah Fajar

"Jangan gitu nak, jadi orang itu harus murah senyum, harus ramah sama orang, kamu gak inget pesan Papa kamu apa?" tanya Mama memegang kedua tangan Fajar yang ada di pangkuannya.

"Kata Papa jadi laki-laki yang baik, laki-laki sejati, harus baik sama orang, ramah sama orang, gak boleh kasarin perempuan baik dari ucapan dan tindakan, gak boleh bikin nangis perempuan, dan yang paling penting harus bisa megang omongan, tepatin janji, jangan tinggalin sholat." tutur Fajar mengulang pesan dari papanya yang selalu ia ingat.

"Fajar jadi kangen Papa, hari ini papa udah nelpon belum?" sambung Fajar

"Udah tadi pagi, masih ada meeting kayaknya, katanya nanti malam baru bisa nelpon."

Papanya sedang berada di luar kota dengan Jangka waktu sekitar 3 minggu.

"Mama jangan kemana mana yah, di sini aja temenin Fajar, Farah sama Bang Fatur"

"Iya sayang, mama di sini, selalu."

To be continue..

Kala Senja (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang