Bab 16

1 0 0
                                    

Happy Reading ✧✧✧

"Sekalian gak usah di jemput!" Kala menutup pintu mobil Reon dengan keras.

Sudah cukup dongkol ia dibuat menunggu lama, sudah pasti akan merasa marah dibuat menunggu selama setengah jam lamanya. Tangannya ia lipat mukanya benar-benar kusut.

"Ya elah gitu doang marah, maaf elah gue rebahan doang bentar istirahat."

"Bentar dari Hongkong, nunggu 30 menit bukan waktu yang sebentar." sinis Kala.

"Iya deh iya gue salah, ntar kita singgah beli susu banana deh, gue beliin 5."

"5 doang mah gue jga bisa beli sendiri"

"Yaudah sepuluh, ditambah 5 permen chupa chups cola?"

"Oke deal bang! Deal ayo cepet ngebut ngebut!" Ucapnya tak sabar seraya Kala menggoyangkan lengan Reon.

"Gila lo ya kalau udah di sogok susu banana sama chupa chups auto semangat juang 45 lo bocah!" cibir Reon.

Tak apa jika Reon harus merelakan sebagian uang jajannya untuk adiknya yang satu ini, lebih baik ia kehilangan uang jajannya daripada harus di marahi oleh Mamanya jika nanti Kala mengadu bahwa ia terlambat menjemput adiknya.

Bukan tanpa alasan jika mamanya marah, dulu sewaktu Kala masih Sekolah Menengah pertama (SMP) Reon pernah terlambat menjemput Kala yang berakhir Kala di serempet motor ugal-ugalan karena waktu itu Kala sudah lama menunggu Reon alhasil ia nekat pulang ke rumah dengan menggunakan transportasi umum, hingga berakhir Kala berada di rumah sakit saat itu.

"Nih ambil, puas lo nguras dompet gue?" Reon menyodorkan 1 bungkus kresek yang berisi susu banana dan permen chupa chups.

Kala menyengir senang memeluk kresek itu.

"Makasih Bang Reon yang paling ganteng di rumah, setelah Papa"

Mendengar kata 'Papa' membuat Reon kesal sendiri mengingat papanya yang tak sudah lama tak pulang karena gila kerja. Papanya yang memang di kenal sebagai workaholic, tegas, disiplin, protektif dan posesif.

"Bang, Papa kapan pulang lagi ya? Aku kangen sama Papa tau" sama seperti Reon ternyata Kala juga memikirkan Papanya.

Reon kembali memasang sabuk pengaman, menginjak pedal gas mobilnya, menghela nafas panjang "Gak tau, nanti juga pulang kalau udah gak sibuk."

"Lagian apa yg lo kangenin dari Papa coba?" Tanya Reon heran.

"Ya kangen aja, walaupun Papa sering marah-marah, sering ngelarang ini itu kalau di rumah, intinya kangen sama Papa, emang Bang Reon gak kangen Papa?"

"Engga, menurut gue nih ya Papa itu terlalu keras Kal, lo masih inget pas kita kecil dulu? Kalau kita buat salah pasti bakalan dihukum kan? Gue pernah tuh di cambuk pake ikat pinggang." ucap Reon

Kala kembali mengingat masa kecilnya bersama Reon.

"Eh iya aku masih ingat dulu, dulu aku juga pernah di hukum, dikunciin di kamar mandi yang banyak kecoanya, kadang juga di cubit sampai biru, sampai bener-bener harus ngucap 'Ampun sama Maaf' baru tuh bisa di lepasin sama Papa." tutur Kala yang samar-samar terdengar kekehan kecil dari mulutnya.

"Itu yang gak gue suka dari Papa, dia gak mandang siapa kalau ngasih hukuman, harusnya gue aja yang di hukum, lo cukup buat di nasehatin nggak perlu di kasarin apalagi lo ini anak perempuan." Tukas Reon.

"Gak apa-apa bang, Papa gitu karena dia sayang sama kita, Papa gak mau kalau anak-anaknya itu tumbuh jadi anak yang bandel."

Kala menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Seandainya Papa gak didik kita dengan keras dan tegas, mungkin sekarang kita bakalan jadi anak yang bandel tau Bang, mungkin sekarang bang Reon bakalan ngerokok, bakalan balapan liar, bakalan minum-minum alkohol, dan mungkin aku gak mikir dua kali buat melakukan sesuatu. Karena semenjak Papa ngasih hukuman kalau kita buat salah, aku jadi lebih berhati-hati buat ngambil tindakan. Aku gak berani buat macam-macam." Tutur Kala panjang kali lebar sebelum ia keluar mobil dan mengakhiri sesi deep talk siblings nya ini.

"Ya itu menurut elo kan? Udah sana masuk Mama keburu nyariin tuh" ucap Reon

✧✧
Di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, Mandala kini sibuk berkutat di Kafe FAN, sudah 1 Minggu lamanya ia ikut andil menjadi Barista di kafe itu, katanya sebagai penambah rutinitasnya jika sedang kosong apalagi jika Rully tidak masuk bekerja.

Mandala yang sibuk meracik kopi, hari ini memang pengunjung kafe cukup ramai, ditambah dengan 3 temannya yang ikut datang ke Kafe itu siapa lagi jika bukan Vano, Jayn, dan Thian.

Mereka bertiga duduk di ruangan yang kedap suara, sengaja memilih meja di sana karena mereka sudah pasti ributnya bukan main, maka dari itu Mandala menyuruh mereka duduk di sana saja agar tak menganggu kenyamanan pengunjung lain.

"Kalau gitu kabarin aku ya kalau udah kelar, soalnya aku juga lagi ngumpul nih sama temen-temen aku, bye-bye babe kabarin aku ya nanti, jaga hati kamu di sana buat aku, bye-bye babe I love u."

Jayn melambaikan tangan pada layar ponselnya sebelum video call itu berakhir.

"Jigi hiti kimi di sini biit iki yi" cibir Thian

Thian dan Vano benar-benar ingin muntah melihat kebucinan Jayn terhadap pacar virtualnya itu.

"Gila lo Jay bucin banget sama pacar virtual." Vano menggeleng heran.

Thian mendelik "Lo harus inget Van kalau Jayn itu bucinnya kek SCTV satu untuk semua, pacar virtualnya gak cuma satu anjoy."

Benar apa yang dikatakan Thian, selama mereka duduk Jayn sudah menghubungi 5 pacar virtualnya yang berbeda- beda tiap kota.

"Aelah diem lo kutil onta, bilang aja lo iri sama gue gara-gara lo gak laku!" Balas Jayn

Thian tak mau kalah "Sialan! Gw gak iri selera gue itu kek Lisa Blackpink. di sini yang waras itu cuma gue. Pacaran kok sama handphone." Lagi-lagi Thian menyindir Jayn.

"Daripada elo suka sama yang gak bisa di gapai, sukanya kok sama cewek Kpop, boro-boro lo pengen milikin, lo napas aja dia gak tau kalau lo hidup."

Thian sebagai Fanboy garis keras tentu merasa tersindir dengan ucapan Jayn, Thian tidak terima! "Bangsat Lo Jay, sini gelud kita selesaikan secara laki!"

Thian mendengus kesal kemudian mengambil handphone yang ia taruh di atas meja, membuka lock screennya, kemudian tersenyum saat melihat foto Lisa dan berujar.

"Tenang Lisa sayang, hari ini gue bakal bikin Jayn babak belur, bisa bisanya dia bilang gitu ke gue! Pokoknya doain gue dari Korea, gue bakal perjuangin cinta gue ke elo! Gue bakal buktiin kalau nanti kita bisa bersama." Monolog Thian menatap wallpaper di layar handphonenya itu.

"Edan! Thian beneran bucin akut sama si Lisa Blackpink Blackpink itu."

Thian benar-benar si Fanboy bucin akut terhadap satu member Blackpink itu. sangking gilanya ia pada Lisa Blackpink, kamarnya sudah di penuhi poster, belum lagi koleksi album Kpop lainnya yang berderet rapi, Ia bahkan mengoleksi photocardnya. Untung saja Thian terlahir dari keluarga kaya jika tidak mungkin saja Thian menjual ginjalnya demi membeli semua koleksi K-Popnya itu.

"Sirik mulu lo sama gue, ga mampu jadi fan K-Pop kan lo?" Sinis Thian.

"Udah stop!! gue pusing denger kalian debat tau nggak!" Lerai Vano.

To be continue...

Kala Senja (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang