Terkadang ada beberapa hal yang tidak diduga, seperti Fajar yang mengajak Senja untuk Jalan di salah satu tempat iconic kota yang mereka pijaki saat ini, ia tak pernah menduga atau berfikir mereka akan bertemu selain urusan sekolah atau tugas. Senja berfikir tak ada salahnya ia mengiyakan ajakan itu mungkin sebagai sosialisasi atau interaksinya dengan Fajar, perlu ia catat dalam sejarah hidupnya bahwa Fajar adalah orang pertama yang ia iyakan untuk bertemu selain urusan sekolah, seperti jalan-jalan biasa seperti orang-orang pada umumnya? Perlu Senja tekankan sekali lagi bahwa
Fajar. Orang. Pertama. Yang. Ia. Iyakan. Ajakannya. Untuk. Bertemu. Selain. Urusan. Sekolah.
Oke rasanya sudah cukup, di hari minggu memang sebagian manusia menghabiskan waktu untuk liburan, jalan-jalan ataupun me time atau bahkan melakukan aktivitas yang mereka idamkan karena tak punya waktu luang.
Seusai waktu Sholat Ashar mereka berdua tengah duduk di pelataran cafe, dengan memesan minuman dan makanan favorit masing-masing, namun cuacanya mendung, angin bertiup kencang hingga dinginnya menyapa kulit, Senja sedikit meringis, setelah obrolan yang mereka lalui ternyata Fajar tak se-kaku itu, tak se-cuek itu pula, obrolan mereka begitu nyambung, bahkan ia baru tahu kalau Fajar bukan manusia yang sedikit kata, bahkan ia begitu antusias berbicara, membuka topik obrolan sedangkan senja mendengarkan dan sesekali menjawab atau bercerita agar tak nampak seperti komunikasi searah.
"Eh iya kayaknya kita kelamaan duduk disini ya? Hujannya juga udah reda, gimana kalau kita keliling jalan-jalan. Ke Masjid itu mungkin?" tanya Fajar meminta saran
Masjid yang Fajar maksud adalah masjid yang menjadi Iconic kota ini, masjid yang cukup terkenal hingga banyak yang menjadikan tempat wisata selain tempat beribadah.
"Iya boleh, ayok!" Jawab Senja seraya berdiri mengambil tas di ikuti oleh Fajar
Genangan air terlihat banyak dimana- mana, tak heran karena hujan begitu derasnya sedari tadi, mereka berdua berjalan beriringan. Menapaki anak tangga naik ke arah perlataran lantai 2 masjid itu.
"Saya bawa kamera dari rumah, sana pose nanti saya fotoin" tawar Fajar
"Loh bawa kamera ternyata, engga ah aku mati gaya kalau foto" tolak Senja
"Udah sana hadap sini coba mau tes kamera nih"
"Yaudah nih" ucap Senja terpaksa namun lebih tepatnya ia merasa malu
Hasil fotonya begitu kaku, bukan karena Fajar tapi karena Senja yang memang betul-betul kaku bukan apanya ia memang jarang berfoto untungnya tak banyak orang di sana.
Sore semakin menyapa, Fajar dan Senja turun dari masjid itu, lantai masjidnya terdapat banyak genangan air.
"Hati-hati Senja, lantainya lic..." tiba-tiba ucapan Fajar terpotong
Brukkk
Belum selasai ucapan Fajar, Senja sudah jatuh terpleset karena lantainya begitu licin. Fajar dengan sigap meraih tangan Senja cepat-cepat menolong membantunya berdiri, setelah bangkit ia ingin menoleh kebelakang memastikan apa ada yang melihatnya atau tidak.
"Jangan noleh kebelakang Senja, nanti kamu malu, kan tadi saya udah bilang kalau licin pegang tangan saya" katanya dengan memegang tangan kiri Senja menuntun membawa ke anak tangga terakhir.
Ingat baru kali ini ia bersentuhan dengan laki-laki lain selain Papa dan Abangnya Reon, dan orang pertama itu lagi-lagi bernama Fajar.
Jangan tanya bagaimana dengan Senja, jantungnya berdegup kencang mungkin karena ia begitu malu, ditambah dengan insiden yang memalukan itu, ia begitu malu bahkan ia ingin menghilang dari bumi saat itu juga, ia malu dengan Fajar lebih tepatnya, first date yang begitu buruk, ah memalukan.
Namun Fajar malah seolah-olah menjadi seorang Vlogger, dengan sopannya merekam Senja dan tertawa
"Gimana rasanya abis jatuh? Hahaha" Goda Fajar mengarahkan kamera ke arah Senja, sedangkan Senja menutup muka malu dan menjawab
"Huaaaa malu banget tolong mau ngilang aja rasanya" Jawab Senja greget
"Coba jalan, saya mau liat bajunya basah apa engga? Kalau basah pake jaket saya aja" Tutur Fajar
"Basah ngga?" tanya Senja menoleh kebelakang
"Aman, mau pake Jaket ngga?" Tawar Fajar
"Ga usah deh, lagian aman kok" Tolak Senja
Mereka kembali berjalan menyusuri pelataran pantai itu, dengan lampu-lampu neon gedung-gedung menjulang tinggi yang sudah menyala menandakan waktu sudah petang, kapal phinisi yang terlihat mulai berjalan pelan diatas laut yang tenang, orang-orang yang sudah mulai ramai berdatangan, angin pantai yang semakin kencang.
Sembari menunggu Fajar sholat Maghrib Senja termenung menatap Masjid itu, sepertinya ketika ia kembali ke tempat ini Senja akan teringat insiden hari ini. Ah tidak! ia akan mengingat Jatuh dan Fajar ketika menatap Masjid ini.
Seusai Sholat Magrib mereka berdua memutuskan untuk pulang, Fajar berinisiatif mengantar Senja pulang kerumahnya, namun Senja pikir itu bukan ide yang bagus, bukan apanya ini sudah malam, dan mungkin kurang elok melihat anak perempuan pulang diantar cowok di saat sudah malam seperti ini, sepertinya hal seperti itu menjadi hal biasa saja bagi orang lain, namun tidak dengan Senja, ia tak ingin orang-orang befikiran buruk tentangnya. Lebih tepatnya ia tak ingin di gosip oleh tetangganya.
"Jar daripada kamu kejauhan nganter aku ke rumah, mending anter ke lapangan futsal dekat sini aja ya, abang aku ada di sana soalnya nanti aku pulang sama dia" tolak Senja halus namun benar ada Reon di sana dan ia pun sudah menelpon Reon
"Siap" jawab Fajar
Perlu diingatkan kembali lagi kalau ini pertama kalinya Senja dibonceng laki-laki lain selain Reon dan Papanya, sebelumnya ia begitu menolak, tapi entah kenapa dengan Fajar takdir seolah mengizinkan dengan begitu mudahnya?
Sesampainya di tempat tujuan Senja tak lupa mengucapkan terima kasih
"Makasih buat hari ini, hati-hati di jalan ya" Pesan Senja
"Iya siap" jawab Fajar melajukan motornya
Hilanglah sudah punggung Fajar dari atensinya, ia berjalan masuk menemui Reon, memanggilnya untuk pulang ke rumah.
***
Kadang kala hidup berjalan tanpa isyarat, berjalan dengan alur yang kadang tak bisa ditebak. Seperti pagi ini dihari senin Senja kaget mengetahui bahwa kelasnya dengan Fajar di gabung, namun ia tak ingin memusingkan hal itu.Sebelum Senja memasuki kelas, Fajar sudah terlihat dari arah bangku belakang, ia dengan cepat menutup mukanya dengan novel yang ia bawa, rasanya ia ingin menghindari Fajar untuk sementara waktu mengingat kejadian memalukan kemarin saat ia jatuh dari tangga, Senja langsung memilih bangku kedua dari depan, sedangkan di bangku belakang ada Mentari dan Aurora, Senja sudah tak menghirukan Fajar, ia hanya fokus membaca novel yang ada di depannya.
Jangan lupakan bahwa poisisi bangku Senja, Aurora dan Mentari saat ini terpisah, Senja lebih memilih duduk di depan karena ia bisa fokus belajar, sedangkan Mentari dan Aurora lebih memilih duduk di bangku belakang, supaya tidak terlalu tegang katanya.
Memasuki jam istirahat nampaknya belum ada yang bergegas keluar, mereka asik dengan dunianya sendiri, Senja menoleh melihat Mentari, Aurora dan Fajar yang duduk bersebelahan, entah apa yang mereka bicarakan namun terlihat begitu serius. Oh tidak jangan bilang Fajar bercerita tentang tragedi memalukan jatuh dari tangga, namun sepertinya bukan itu yang mereka bicarakan karena tidak ada gelak tawa yang terdengar.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Senja (On going)
Teen Fiction"Kala senja yang pertama kali merasakan jatuh dan cinta di waktu yang sama." Disclaimer! Judul dan sebagian nama tokoh telah di ubah