énas

864 88 13
                                    

*6 Tahun kemudian

Di antara semak-semak mawar yang berduri,
Berjalan, seiring setapak yang terbenturi.
Kata-katanya menyengatku, seperti lebah.

"Jangan khawatir kasihku, kita bebas"

Kehadirannya menenangkan jiwaku,
Berjalan di hari yang indah ini,

"Terima kasih, Aphrodite" hanya itu yang terucap.

— Berjalan bersama Aphrodite, Ares.

Sakura tersenyum simpul setelah mendengar potongan terakhir puisi itu di saluran podcast mitologi favoritnya. Kisah cinta terlarang Aphrodite dan Ares memang menjadi salah satu cerita terlaris dewasa ini. Tercatat berbagai cerita fiksi memilih mengangkat kisah asmara dewi cinta dan dewa perang ini guna menarik peminat.

Aphrodite adalah dewi cinta yang terkenal dengan kecantikan luar biasa dan tidak tertandingi. Pesona Aphrodite mampu membuat seluruh dewa dan makhluk fana -manusia tergila-gila terhadapnya. Namun, kecantikan itu justru dianggap pembawa petaka. Zeus yang merupakan raja para dewa khawatir anugerah Aphrodite dapat menimbulkan pertikaian dan perang. Hingga akhirnya raja para dewa sekaligus ayah dari sang dewi memutuskan untuk menjodohkan putrinya itu dengan dewa pandai besi, Hephaestus. Hephaestus adalah seorang yang dewa cacat. Aphrodite dengan paras yang sangat ayu itu merasa Hephaestus tidak pantas mendapatkan dirinya. Aphrodite membenci pernikahannya. Hingga pada suatu hari ia jatuh cinta kepada dewa perang yang tampan dan gagah, Ares. Dewa Ares yang melihat Aphrodite pun jatuh cinta saat itu juga. Mengetahui perasaan mereka yang saling berbalas. Dua mahkluk langit itu menjalani hubungan yang lebih dalam dan intim. Awalnya semua baik-baik saja. Namun sialnya, perselingkuhan mereka justru diketahui oleh Hephaestus.

Sakura mendelik geli mengingat bagaimana Hephaestus menangkap basah Aphrodite dan Ares yang sedang bersenggama diatas ranjang miliknya. Gadis berambut merah muda itu memuji betapa jeniusnya Hephaestus yang menjebak perbuatan kotor mereka dengan memasang jaring perangkap dan menjadikan mereka tontonan para dewa Olympus.

Sakura menghela napas pelan dan melepas earphone yang bertengger di telinganya. Dia berpikir bukankah seharusnya korban hubungan terlarang juga mencontoh tindakan jenius Hephaestus? Sayangnya kebanyakan dari mereka justru adalah orang-orang yang naif. Termasuk orang terdekat Sakura sendiri.

Lamunan gadis bermata emerald itu teralihkan dengan suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya. Segera dia berjalan menuju pintu untuk menyambut kakaknya. Oh, lebih tepatnya adalah keluarga kakaknya.

Gadis itu membuka pintu rumahnya yang berukiran bunga Sakura. Indera penglihatannya menangkap sebuah keluarga bahagia keluar dari mobil sedan mewah berwarna biru. Keluarga bahagia harus disambut dengan wajah bahagia juga bukan? Oleh karena itu, dia menampakkan senyum paling ramah yang bisa ia lakukan.

"Selamat datang, Sasori" Suara lembut gadis itu menyambut orang pertama yang sedang menghampirinya.

Lelaki dewasa di keluarga itu berjalan lebih cepat seolah memimpin jalan dan langsung memeluk Sakura. Mata Sakura terpejam merasakan pelukan hangat dari kakak semata wayangnya ini. Mereka berpelukan sejenak hingga Sakura melepaskan pelukannya karena ia juga harus menyambut orang-orang yang kini sudah berdiri dibalik punggung Sasori.

Sakura sedikit terpana dengan istri Sasori yang tampak elegan mengenakan Out-Shoulder Dress berwarna hitam dengan corak bunga mawar yang tampak serasi dengan rambut merah yang sedikit bergelombang. Bahu ramping dan putihnya terlihat begitu mencolok namun justru menambah kesan indah pada dirinya. Sakura akui Karin adalah wanita yang sangat menawan, dipahat dengan sempurna. Karin adalah salah satu ciptaan Tuhan yang hampir mendekati sempurna. Pantas saja kakaknya tergila-gila pada wanita ini. Sakura ingat bagaimana bahagianya Sasori saat Karin menerima lamarannya. Lelaki itu bahkan terus memuja cinta pertamanya itu dalam tidur.

The Falling AresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang