Bab 8

40.6K 3K 97
                                    

Bab 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 8

.

.

.


Matanya mengerjap, pusing kembali mendera sesaat setelah ia berhasil membuka kedua mata indah itu. Sedikit kesusahan dalam mengangkat tubuhnya.

Bersusah payah mengerahkan seluruh tenaganya, akhirnya berhasil. Ia menyenderkan tubuhnya ke headboard kasur.

Ia menoleh ke sekeliling tempat. Asing...  itu kata yang terlintas dipikirannya, ini bukan kamarnya, interior dan segala hal yang ada disana bukan miliknya.

Walaupun dalam keadaan remang yang hanya diterangi dengan lampu tidur, ia bisa memastikan bahwa ini bukan kamarnya.

Otaknya kembali berputar, berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya sampai dirinya bisa berakhir ditempat asing ini. Sambil berfikir ia merasa tubuhnya panas, ia menyentuh keningnya dan benar saja.

Lelaki manis itu menoleh kesamping... Ada termometer disana. Ia mengambilnya untuk digunakan.

39,5? Mengerutkan keningnya saat melihat angka disana. Apa itu panasnya? Apa seseorang baru saja mengecek panasnya?

"Kau sudah sadar."

Kepalanya langsung menoleh spontan saat mendengar suara tak asing di telinganya, mata sayu nya menangkap seorang laki-laki yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah menetes membasahi lantai.

"Ma-mark" cicitnya

"Kenapa sayang... Apa ada yang sakit?" ucapnya sambil membawa tubuhnya mendekat kearah ranjang.

"Dimana ini?" Ucapnya masih dengan suara yang sangat kecil

"Di apartemen ku."

"Papi dimana?"

"Haechan, papi mu baik-baik saja. Sekarang kau harus sehat terlebih dahulu, baru ku izinkan dirimu untuk bertemu dengan papimu." Mark mengelus surai Haechan membuat rambut halus itu dapat ia rasakan dengan jelas

"Aku mau pulang," Haechan menunduk. "Boleh pulang?"

Mark menutup matanya sekilas. "Susah payah aku meminta izin dan kau ingin pulang begitu saja? Ada hal yang harus kita bicarakan sebelum kau benar-benar tak bisa bertemu denganku lagi,"

"Kau lapar?" Lanjutnya setelah menjeda beberapa detik ucapannya tadi.

Haechan mengangguk, tubuhnya lemas sekali, belum lagi kepalanya yang berdenyut membuatnya tak kuat sebenarnya untuk sekedar membuka mata.

"Tunggu disini, aku akan segera kembali." Mark tersenyum sekilas sebelum meninggal omeganya untuk menyiapkan makanan yang sebelumnya sudah ia pesan?

Haechan hanya diam menatap punggung lebar yang mulai menghilang ditelan pintu. Ia kembali memejamkan matanya... Benar, ada hal yang harus mereka bicarakan.

fact [Markhyuck] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang