4

1 1 0
                                    

"Bisa diem ga sih lo?! Nih kerjain tugas gua!! Kalau jam 12 belum selesai, lo tau kan akibatnya? Cepet kerjain. Kuy cabut Lix" Ujar Leman yang dengan santainya menyodorkan tugas nya yang banyak ke adik kelas yang pintar.

Felix pun terkekeh kecil.
"Maaf bro, gua ga ikut-ikutan." Bisiknya setelah itu pergi bersama Leman.

~~~

"Pak! Saya pesan 2 bakso kaya biasa yaa!" Seru Leman ke arah stand makanan di kantin.

"Eh.. lo beneran hari ini mau masuk ke klub basket?" Tanya Felix tiba-tiba pasalnya teman anehnya ini mau masuk ke ekstrakurikuler.

"Iya. Emang kenapa?" Tanya Leman balik.

"Aneh aja gitu, lo yang ga suka masuk ke ekstrakurikuler malah sekarang mau. Padahal sebentar lagi lo sibuk dan ekstrakurikuler lo itu bakal berakhir dalam 2 bulan ini." Ujar Felix mengutarakan perasaannya.

"Nanti juga gua ambil les diluar." Jawabnya acuh lalu mengambil bakso yang sudah jadi.
"Nih bakso lo. Ga usah bayar." Ucap Leman membuat dahi Felix berkerut.

"Kesurupan apa lo? Wah capek lama-lama ngehadapin lo yang makin kesini makin aneh." Ucap Felix tak habis pikir. Setelah ini ada kejadian apa lagi yang membuatnya bingung setengah mati?

"Gua cuma mau belajar akademik dan berencana mau ikut turnamen yang diadakan pemerintah. Emang salah? Ga kan? Yang bayar juga bukan Lo. Kok ribet?" Sahut Leman lalu diam memakan baksonya dengan cepat. Ini sudah hampir masuk namun mereka masih disini, yang ada mereka kena amuk.

Merekapun sudah selesai menghabiskan makanan mereka.

"Cabut ga?" Tanya Felix pada Leman yang sedang merogoh sakunya mencari rokok yang ia sembunyikan.

"Cabut. Ke rooftop waktu itu." Ucap Leman lalu merekapun pergi.

~~~

"Eh eh eh.. lo ga boleh pergi." Cegat seseorang lelaki ditengah jalan mereka ingin bolos.

"Lo siapa? Ada masalah apa sama gua? Udah terhitung 2 kali lo nemuin gua. Kenapa? Gua ganggu Xeni lo lagi? Kurang kerjaan amat gua. Udah awas." Ujar Leman sambil memandang lelaki didepannya dengan tatapan tidak suka.

"Lo kenal ya.. yaudah gua tothepoint langsung aja. Jangan kasih Xeni air dingin. Asal lo tau, Xeni alergi sama air dingin. Juga, bisakan lo kasih tau Xeni baik-baik? Gua ga suka dengan cara lo waktu bilang Xeni dapet. Kalau cowo gentle bukan gitu caranya." Ucap Jaya dengan nada yang sarkas.

"Oh? Gara-gara masalah itu? Xeni sendiri yang bilang kalau dia ga bisa minum air biasa. Terus yang kedua, okay gua mungkin ngaku salah, tapi itu karena gua ga ngerti caranya. Jadi lo sebagai sahabat, harusnya lo yang bilangin. Easy kan?" Tanyanya dengan nada menantang.

"Ya ya ya.. terserah lo. Udah, lo jangan kasih Xeni air dingin lagi dan lakuin apa yang Xeni bilang ke lo waktu olimpiade. Bisa kan?" Tanya Jaya ingin cepat-cepat menyelesaikan debatnya.

"Hm. Udah sono lo pergi." Usir Leman lalu melanjutkan perjalanannya menuju dimana motor mereka berdua terparkir.

~~~

Bugh!!

"Woy! Gua salah apalagi coba? Main hajar-hajar aja. Selow kenapa. Berdarah nih! Ini si Xetta kemana dah? Aduh! Sakit nih gara-gara lo." Ujar cowok itu yang menjadi sasaran empuk emosi sang ketua.

"Ga nyadar?" Tanya Geo mencoba meredam emosinya.

"Ada apa lagi oy!?" Sahut Xeni yang tidak suka melihat anggota inti bergelut.

"Tau nih si paketu. Kesurupan kali. Bibir gua ampe berdarah begini padahal baru pulang dari luar." Adu Jaya kesal.

"Elo!" Sahut Geo sewot.

"Kenapa hah? Coba cerita! Apa jangan-jangan gara-gara gua lagi? Lama-lama gua resign baru tau rasa kalian." Cecar Xeni dongkol.

"Ya jangan dong!!" Ujar Jaya panik.

"Cepet cerita!" Desak Xeni tak sabar.

"Si Jaya lagi-lagi ngecegat Leman. Kali ini ada sahabatnya." Jelas Geo singkat lalu membuang muka.

Dengan tatapan andalan Xeni, ia menatap kedua sahabatnya lalu
"1... 2.... 3..." Ucapnya countdown.

Mereka langsung duel menggunakan teknik karate. Keduanya sama-sama menguasai, bahkan semua inti Elsgera mampu menguasai teknik karate baik penyerangan, bertahan, menjatuhkan, dan mengunci.

Itu adalah tanda yang sudah dibuat Xeni ketika mereka membentuk kelompok Elsgera. Tujuannya agar kedua orang yang sedang bertengkar bisa meredam amarahnya dan melampiaskan lewat tanda yang dibuat Xeni.

Bahkan pernah satu kali, Xetta masuk ke rumah sakit dan koma selama 3 tahun karena benturan keras antara keramik dan kepala belakang juga sempat kehilangan ingatan gara-gara masalah orangtua Xetta tidak mengizinkan Xetta masuk ke gang Elsgera namun Xetta ngotot dan berdampak pada kena amuknya Geo sebagai ketua. Merekapun berduel seperti yang dilakukan Geo dan Jaya sekarang namun suatu kejadian fatal yang tak dapat dihindari, saking emosinya Geo kena amuk mama Xetta sampai-sampai mampu membuat Xetta jatuh dengan cepat dan membentur keramik. Berdarah? Iya, sampai Geo mengurung diri dan mengalami trauma 5 bulan lamanya.

"1... 2... 3... Minta maaf cepet. Nanti malam kita makan bareng di meja makan, ga boleh bantah." Ujar Xeni lalu keluar begitu saja dari ruangan kamar Jaya.

"Maaf." Ucap Geo gengsi lalu memeluk Jaya cepat.

"Makasih paketu. Maafin gua juga." Jaya menepuk lengan Geo lalu masuk ke kamar mandi meninggalkan Geo yang berdiam diri.

~~~

Gubrak!!

Debuman pintu yang terbanting keras memenuhi ruangan kelas 11. Dengan emosi, ia berjalan mendekat ke arah cowok yang sedang menunduk takut bahkan ia berpura-pura membaca buku agar tatapannya tidak bertemu dengan orang yang sedang berjalan mendekatinya.

Tadi ia dapat info dari Felix bahwa buku tugasnya sudah tidak ditangan adik kelas yang menjadi budaknya. Ia pun emosi.

"Mana buku tugas gua, b*******!?" Ujar Leman penuh emosi. Untungnya ia tidak menggebrak meja cowok itu.

"B-bang.. b-buku tugas lo, t-tadi diambil a-anak kelas t-tetangga l-lo." Jawabnya dengan gagap karena gugup ditatap sebegitu tajamnya.

"SIAPA NAMANYA, HAH!?" Tanya Leman dengan emosi yang benar-benar sudah naik.

"N-namanya X-Xenila." Jawabnya mendatangkan perasaan campur aduk dalam hati Leman.

Leman pun pergi dari kelas itu dan menemui Xeni.

"Balikin buku gua." Ujar Leman dengan tatapan intimidasi.

"Yang mana? Gua ga ada pegang." Jawab Xeni santai bahkan ia bersandar nyaman pada tembok yang menjadi sandarannya saat ini.

"Buku tugas ekonomi atas nama Leman Wveyra Gelaio." Ucapnya ingin cepat-cepat menemui bukunya.

"Oh.. tadi sih gua bakar soalnya lo ngasih buku ekonomi lo ke adik kelas. Itu artinya lo udah ga pake kan? Ya gua bakar lah, ngapain buku ga di pake di diemin aja. Kenapa lo? Ada yang salah sama omongan gua. Muka lo udah kaya kepiting rebus. Oh.. lo salting ya.. hehe gua emang suka bikin orang salting." Ucapnya sangat santai berbanding terbalik dengan Leman yang sudah mengepalkan kedua tangannya dengan muka yang sudah memerah padam karena emosi.

"BALIKIN BUKU EKONOMI GUA SEKARANG." Tekan Leman emosi.

"Ya gimana.. udah dibakar. Mau gua beliin? Nih gua ada 200. Lo beli sendiri ya. Gua sibuk soalnya." Jawab Xeni santai sambil mengambil dua lembar uang berwarna merah dari saku seragamnya.

Memilih untuk menyudahkan emosinya, Leman melampiaskan semuanya ke tonjokan keras di tembok tepat didekat Xeni. Buku tangan Leman pun berdarah karena emosinya. Tapi itu lebih baik daripada harus melukai perempuan.

"Waduh.. tangan lo berdarah tuh. Mau gua obatin ga?" Tanyanya sok baik. Leman pun menatap datar kearahnya lalu beranjak pergi dari sana.

~~~~

TOBECONTINUED

Si Xeni g ada takut2nya sma Leman wkwkk. Maaf ya bang lemann!!! Hehe

Lemanila (Story Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang