× PART 12 - Hidden Feelings ×

4.8K 460 137
                                    

Rombongan mafia Goncalve melewati jalan-jalan besar di Las Vegas. Kecepatan laju mereka seakan memberi pesan kemarahan. Orang-orang yang melihatnya akan berpikir, siapa yang telah membuat kesal para mafia itu? Oh, no baby. Mafia Goncalve hanya dikenal oleh orang-orang tertentu. Namun organisasi gelap itu bukan hal tabu lagi di tanah kota yang dikenal penuh dosa ini. Mereka tahu, mafia itu ada. Jadi jika ada sesuatu yang memberi kesan gangster, mereka akan menyeret kata mafia dalam pikiran.

G7 mafia sampai di dermaga. Tepatnya di salah satu bagian sisi pelabuhan yang terdapat ratusan peti kemas. Tidak jauh dari posisi mereka ada belasan orang yang tampaknya akan menjadi tujuan para mafia Goncalve. Ruschel turun dari mobilnya. Balthis mendekat ke sisi tuannya itu, matanya tertuju pada satu kontainer atau peti kemas dilalap si jago merah. Kepulan asap hitam mengudara di langit.

"Kurang ajar, Draco. Dia benar-benar melakukannya," geram Balthis. "Pak tua itu memberontak."

Ruschel memberi isyarat agar Balthis dan para anak buahnya tetap di tempat. Kemudian ia melangkah sendiri mendekati belasan orang tidak jauh di depannya. Dibalik topeng, matanya fokus menatap seorang pria berusia 50 tahun. Dia adalah Draco Keith, kepala mafia dalam organisasi mafia lain bernama The Black Cobra. Kelompoknya ialah tertua di Nevada, namun posisinya tetap kalah dari Goncalve. Las Vegas memang tidak cuma dihuni oleh satu kelompok mafia saja. Kelompok yang dipimpin Ruschel lebih tua di dunia permafiaan dan paling berkuasa.

Ruschel berhenti dan Draco mendekat dengan pistol di genggamannya. Pria tua itu tersenyum miring, bermaksud meledek Ruschel. "Jadi, Don Ruschel ... peti kemas yang terbakar itu sekarang berpengaruh untukmu?" katanya dan tertawa.

Permusuhan di antara mereka dipicu dari masalah antara Ruschel dan Lucreia Keith, wanita itu adalah putri satu-satunya Draco. Lucreia merupakan bos The Black Cobra dibawah posisi Draco. Tidak terima putrinya disakiti dan bisnisnya berantakan, Draco memberontak. Draco sudah melakukan berbagai cara untuk memancing Ruschel, namun kerap kali gagal. Akhirnya Ruschel datang dan itu membuatnya senang.

"Ah, ku dengar dimana-mana kau itu berbahaya dan tidak akan mengampuni musuh. Banyak orang yang takut padamu. Tapi aku yakin Don Ruschel, tidak sedikit orang ingin melawanmu. Termasuk aku. I'm not those cowards," ucap Draco dan tertawa lagi. Tangannya memegang pundak Ruschel dan masih tertawa.

Tidak peduli apa yang membuatnya begitu bahagia, bagi Ruschel tidak ada yang lucu. Ruschel tidak suka saat musuh menyentuhnya, ia pasti akan mematahkan tangan itu. Namun kali ini ia akan menahan diri.

Draco menatapnya. "Kau, kapan kau akan melepas topengmu? Why are you hiding your face? Apa kau akan menyerang saat musuhmu tidak tahu wajahm, dan kau menyamar sebagai klien misalnya? Itu cara pecundang."

Ruschel menurunkan tangan Draco dari pundaknya dengan kasar. "So why? Apa kau merasa tidak aman, Draco? Mau dengan cara apapun, semua adil dalam perang. Kau ketakutan."

"Apa katamu?!" teriak Draco.

"Aku tahu kau mendengarnya. Lebih baik sibuk perbaiki bisnismu, daripada sibuk memikirkan tentang topengku yang tidak penting ini. Dengan kau memberontak padaku, kau buang-buang waktu dan tenaga. Kau bisa membuat dirimu bangkrut."

Draco mengepalkan tangan, mimik wajahnya terlihat marah sekali. Kata-kata Ruschel cukup menyinggung perasaannya. Ruschel melirik peti kemasnya yang terbakar itu. Di dalamnya berisi senjata, drugs, dokumen ilegal dan sampai uang jutaan dollar. Kontainer yang dia dapat dari kartel Italia dan akan ia putar ke segala penjuru bisnisnya.

Ruschel memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Terlihat santai sekali. "Aku bisa dengan mudah dapat gantinya dan kehilangan jutaan dollar saat ini tidak akan membuatku miskin," gumamnya.

OWNED by a DON (Mafia Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang