Bab 16

288 13 1
                                    

Happy reading...

Kejadian tadi pagi sungguh masih berputar di otak theo, muka ezza yang tengah menahan malu dan bibir merah ezza yang menurutnya masi terasa manis di bibirnya.

Tanpa sadar bibir theo tersenyum kecil dengan tangannya memegang bibirnya. Kegiatan theo tak luput dari pandangan Reno yang sejak tadi memperhatikan kelakuan theo yang mulai sejak masuk kekelas terbilang cukup aneh.
.
Mulai dari senyum senyum sendiri, dan ga jawab kalo di ajak bicara. Ya walaupun setiap hari begitu tapi untuk hari ini theo sangatlah aneh

Reno menyikut Dion disampingnya yang tengah menyalin PR miliknya, namun tak ada sahutan dari sang empu. Ia pun kembali menyikut Dion dengan agak keras agar orang tersebut menoleh ke dirinya.

" apasi si ngajak gelut?? Hayuk neng abang ladenin" ujar Dion dengan kesal sembari menggulung lengannya, sedangkan Reno masih memandang Theo dengan tatapan horornya.

Dion yang melihat Reno tengah fokus menatap theo pun lalu bertanya ke Reno.

" apaan sih " Tanya Dion sedikit berbisik tempat di telinga Reno membuat orang yang punya telinga tersebut tersebut langsung merinding dibuatnya.

Reno mengangkat dagunya kearah theo yang senyum senyum sendiri.

" kenapa pak bos, lagi kesurupan kah itu" Tanya Reno ke Dion yang juga ikut ikutan menatap theo dengan tahapan tahapan heran.

" oh mungkin kemarin kesamber petir soalnya kemarin tuh jadi aneh si bos" tebak Dion lalu mulai menulis, melanjutkan kegiatannya yang tertunda akibat pertanyaan tidak penting Reno tersebut.

"terus gimana dong itu, ngeri tau lu bayangin sendiri kalo semisal stupa yang sejatinya selalu selalu diam dengan tiba-tibanya ketawa sendiri" ucap Reno sedikit mendekat ke Dion sampai tubuh keduanya menempel.

" lah kayak ga tau orang abis di kasi jatah sama bini aja lu" ucap Dion asal sambil mendorong Reno menjauh dari dirinya.

" jangan deket deket lu banyak kumannya " lanjutnya sambil sambil menatap Reno dengan kesal.

" dih biasanya juga lu yang nempel nempel ke gua sampe kayak perangko" ujar Reno lalu mendorong Dion sehingga menyebabkan tulisan yang ia tulis tercoret.

" sialan lu ah gua sabarin lu ngelunjak dasar lu maunya asasi nyet" teriak Dion sembari
memukul mukul pundak Reno dengan brutal sampai seluruh orang yang ada di kelas menatap ke arah mereka.

" udah woi udah, sakit banget anjir" ucap Reno.

" uke lu kenapa No galak amat masih pagi juga" ucap Liam saat melewati mereka.

" tau nih pms kali" kata Reno sambil mencoba menjauh dari pukulan Dion.

" pms your eyes, gua tu cowo tulen,, lu aja yang dari tadi ngeselin" ujar dion sembari menjangkau badan reno Yang semakin .

" dan siapa yang lu maksud maksud uke,, gua tonjok juga lu Liam" liam pun tidak menjawab kata Dion langsung melenggang pergi meninggalkan Dion yang nampak nampak kesal.

" diam" ucap seseorang yang sejak tadi berdiam diri menatap keduanya jengah.

Dion dan reno pun langsung terdiam dan menunduk tanpa berniat mengangkat kepalanya menatap theo yang bersuara tersebut.

" sukurin kena marah theo lu si ngajak ribut ae"
" lu aja baperan" jawab Reno dengan ketus.

Pertengkaran kedua manusia itu pun berakhir ketika bel masuk sudah berbunyi.


.
.
.
.

Di lain tempat, tepatnya di kamar laki laki yang tengah berbaring menatap kosong langit langit kamar dengan selimut yang masih bertengger di badannya.

Kejadian memalukan tadi pagi ia masi kepikiran, sungguh ezza tidak tau harus bagai mana saat bertemu dengan manusia yang sejak tadi masuk ke dalam otak kecilnya.

Helaan nafas pun terdengar dari mulut kecilnya.

" apaan sih, udah lah jangan dipikirin" ucap ezza sembari menendang jenjang selimutnya sembari mengacak acak rambutnya dengan kesal.

" tapi ezza malu, sialan emang bukannya nolak malah menikmati, bodoh emang lu zaaa" kata ezza kepada dirinya sendiri.

" gua kudu gimana gilak malu banget gua sialannn. "

Namun dengan tiba tiba pintu kamar ezza dibuka, masuklah Rara dengan membawa makanan di nampan.

" kamu kenapa za, kok mukanya merah gitu kamu panas lagi" tanya Rara sambil mengecek suhu badan ezza.
" engga panas tapi, kamu kenapa za" tanya Rara lagi.

" engga bun, ezza ga papa, bunda mau ngapain kesini" tanya ezza.

" makan dulu nanti tidur lagi besok kan kamu mau sekolah" ucap Rara.

" ezza ga mauu, rasanya pahit bun buat makan" kata ezza.

" makan dulu zaa"
" engga- "
" makan altezza affandra " ucap seseorang yang Tiba-tiba memotong perkataan nya.

" bunda keluar aja biar theo yang bantuin ezza" kata theo lalu mereka berdua dan mengambil makanan dari Rara.

" yaudah kalo gitu, maaf ya ngerepotin kamu lagi" kata Rara.

" engga kok bun, ga merasa direpot kan kok apalagi sama orang yang ezza sayang" kata theo sambil menatap ezza, sedangkan yang ditetapkan pun mengalihkan pandangannya sudah dipastikan muka ezza sekarang sudah semerah tomat.

" makasi ya kalo gitu bunda keluar dulu" ucap Rara lalu keluar dari kamar ezza menyisakan dua orang yang saling diam.

Theo menarik bangku yang ada di samping ezza mendudukan dirinya ke bangku tersebut.

" makan dulu yuk, nanti kalo udah sembuh nanti aku ajak keluar " kata theo mulai menyendokkan makanan.

Ezza pun menerima suapan yang theo berikan dengan terpaksa, sungguh ia sangat takut dan malu kepada theo yang sejak tadi menatap dirinya dengan tahapan yang tak mudah diartikan.

Suapan demi Suapan theo berikan ke ezza, tak butuh waktu lama makanan tersebut pun tandas ezza makan.

" nah udah, habis ini mandi biar seger " ucap theo sembari membereskan piring.

" ga panas lagi kan" ucap theo sambil mengecek suhu badan ezza.
" ga panas lagi, kalo gitu aku siapin air buat mandi kamu minum obat dulu. "

Sesuai dengan perintah theo, ezza pun meminum obat yang sudah theo ambilkan sembari menunggu theo menyiapkan air untuknya.

" sini aku bantuin" kata theo mengulurkan tangannya untuk membantu ezza berdiri ke kamar mandi.

Ezza pun menerima ukuran tangan theo, dan berjalan ke kamar mandi dengan dibantu theo.

" butuh bantuan lagi ga, apa perlu aku mandiin" tanya theo saat mereka sudah berada di dalam kamar mandi.

Mendengar perkataan theo yang terdengar sangat mengesankan itu pun ezza langsung melepas tangannya dari genggaman theo.

" apasih gua bisa sendiri, sono keluar " kata ezza dengan kesal dengan wajah yang sudah memerah.

" pftt bercanda sayang, yaudah aku tunggu di luar nanti kalo udah bilang biar aku bantu" jawab theo sembari mengusap kepala ezza lalu berlalu keluar kamar mandi.

Ezza menatap punggung theo dengan tajam saat theo berjalan keluar dari kamar mandi.

" ngeselin amat si anjir, untung sayang" kata ezza.

Sedangkan di depan pintu kamar mandi, theo tersenyum saat melihat wajah ezza yang memerah malu.
" menggemaskan " gimana theo, ia pun  berjalan mengambil piring yang tadi digunakan ezza makan,  dan memindahkan semua ke dapur.













Yuhuu Watashi kembali,,  terimakasih buat kalian yang udah baca cerita ini + menyumbangkan vote nya.

Watashi up sekarang aja soalnya minggu ini kayaknya sibuk banget karena waktunya PTS.
Mungkin agak lambat buat up nya jadi Watashi minta kalian sabar☺️🙌

Sampai jumpa di chaper selanjutnya..

Thezza || [BL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang