Chapter 5

6 0 0
                                    

Jilian tahu Naville tidak akan pernah bisa menjadi seorang lady yang angkuh dan anggun seperti para lady pada umumnya.

Naville adalah seorang gadis yang ramah. Ia dapat dengan cepat menjalin hubungan baik dengan setiap orang dari segala usia dan segala golongan. Ia tidak pernah membedakan orang yang satu dari orang yang lain.

Sungguh mustahil gadis yang memilih berbelas kasihan pada pencuri itu dapat berubah menjadi seorang yang angkuh – yang berjalan dengan kepala terdongak tinggi di keramaian hanya dalam dua hari.

Jilian masih ingat jelas peristiwa enam tahun lalu itu. Naville kecil dan ia kabur dari Helena. Mereka berdua berkuda ke pedesaaan. Ketika mereka beristirahat di sebuah peristirahatan di pinggir jalan, seseorang membawa pergi kuda Naville.

Jilian yang melihatnya langsung berteriak dan mengejar pria itu. Teriakan Jilian menarik perhatian setiap orang. Seorang polisi yang kebetulan melewati tempat itu langsung bergerak menghentikan pria pencuri itu.

"Apakah Anda mengejar pencuri kuda ini?" tanya polisi yang berhasil membekuk pria itu.

"Terima kasih," kata Jilian menerima tali kendali kuda Naville, "Ia telah mencuri kuda kakak saya. Bawa saja ia ke kantor polisi dan hukum seberat beratnya."

Naville yang datang kemudian langsung melotot. "Apa yang kau lakukan!?" bentaknya saat itu.

Jilian langsung membusungkan dada. Ia merasa telah berjasa bagi Naville, gadis kesayangannya.

"Aku memberikan kudaku padanya. Mengapa kau mengejarnya?"

Jilian pun langsung membelalak. Dan polisi itu kebingungan sementara pria itu melongo.

"Maaf," Naville berkata sopan kepada polisi itu, "Adik saya telah salah paham. Ia tidak tahu saya telah memberikan kuda saya kepada pria ini."

Kemudian kepada pria itu ia berkata, "Maafkan adik saya. Ia pasti telah menduga Anda telah mencuri kuda saya."

Naville mengambil tali kendali kudanya dari tangan Jilian kemudian menyerahkannya pada pria itu. "Rawatlah kuda ini baik-baik," Naville tersenyum ramah, "Ia adalah seekor kuda yang penurut. Tidak sulit untuk memeliharanya."

Tampak jelas pria itu kebingungan ketika menerima tali kendali kuda coklat milik Naville. Ia masih terlihat linglung ketika pergi seiring lambaian tangan Naville.

Naville kembali menegaskan kepada polisi, "Maaf telah merepotkan Anda. Ini semua hanya kesalahpahaman di antara kami."

"Untunglah kalau semua sudah jelas," kata polisi itu.

Naville tersenyum manis – semanis ketika ia mengantarkan kepergian pencuri kudanya.

"Maafkan saya," mau tak mau Jilian meminta maaf.

Sepeninggal polisi itu Jilian menuntut, "Pria itu jelas-jelas mencuri kudamu."

"Biar saja ia membawa pergi kudaku," kata Naville santai sambil berjalan kembali ke pondok peristirahatan.

"Apa maksudmu!?" Jilian menuntut jawaban.

"Dengar, Jilian," Naville tiba-tiba berhenti. Ia menatap serius Jilian dan berkata, "Pria itu pasti membutuhkan uang. Aku tidak keberatan ia mengambil kudaku selama itu bisa membantunya. Aku masih mempunyai banyak kuda di Schewicvic. Lagipula," Naville menatap Jilian penuh harapan,

"Apakah kau tidak ingin memberi tumpangan padaku?"

"Tidak setiap hari kau bisa memberi tumpangan padaku," Naville berlagak jual mahal dan Jilian pun kalah olehnya.

Mereka tidak pernah menceritakan pengalaman mereka itu pada seorang pun termasuk Helena. Dan Jilian tidak pernah melupakannya.

Itu adalah untuk pertama kalinya ia melihat sisi Naville yang pemurah.

RATU PILIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang