Chapter 10

7 0 0
                                    

"Kurasa ini sudah waktunya," kata Jilian saat melihat Uskup Agung Viering naik ke mimbar misa.

Helena melihat sekeliling. "Mengapa Earl belum datang?"

"Earl of Hielfinberg tidak akan pernah datang," Jilian meletakkan tangannya di punggung Helena. "Kau tahu itu."

"Tapi Naville…."

"Justru karena Naville datang, ia semakin tidak mungkin datang. Earl masih tidak bisa melupakan peristiwa itu."

Helena mengangguk mengerti.

Earl tentunya tidak ingin peristiwa yang sama terulang lagi, bukan? Ia tentu tidak ingin mengantarkan kiriman orang yang dicintainya untuk selama-lamanya. Namun ia juga tidak dapat mencegah kepergian Naville.

Misa berlangsung dengan lancar. Uskup Agung melakukan ritual tahunannya di Tognozzi tanpa halangan berarti.

Namun, Jevano tidak muncul dalam pidato tahunannya.

Sebagai gantinya, Duke of Krievickie berdiri di mimbar menghadap semua orang yang berkumpul untuk ikut mengenang peristiwa Red Invitation.

"Saya berada di sini untuk mewakili Yang Mulia Paduka Raja Jevano," kata sang Grand Duke membuka pidato.

"Lihatlah, dia sama sekali tidak memandangmu sebagai Putra Mahkota," bisik Allsya ketika John memulai pidatonya.

"John lebih mampu memberi pidato mendadak daripada aku." Allsya sama sekali tidak senang mendengar jawaban itu. Mengapa Arnold bisa sedemikian bodohnya?

Segera, setelah pidato Grand Duke usai, para undangan bergerak memasuki kapal. Para awak kapal pun langsung mempersiapkan pelayaran.

Bersamaan dengan itu, menebarkan bunga yang telah dipersiapkan sejak pagi ditebarkan ke laut – untuk para korban Red Invitation dan untuk mengucapkan selamat jalan pada mereka.

Helena bergegas menghampiri ayahnya.

"Mengapa Paduka Raja tidak muncul?" seseorang bertanya pada John.

"Beberapa saat lalu aku melihatnya bersama Paduka Ratu."

"Beliau sedang menemani Paduka Ratu," jawab Grand Duke.

"Apa yang terjadi pada Paduka Ratu? Apakah beliau baik-baik saja?" ia terus mengejar John.

"Jangan khawatir. Paduka Ratu hanya tidak enak badan. Sekarang Paduka Raja menemaninya," jawab Grand Duke John diplomatis.

"Syukurlah kalau beliau baik-baik saja," kata yang lain.

"Mungkin beliau kelelahan," Grand Duke mencoba memberikan alas an yang masuk akal. "Mungkin ia tidak terbiasa dengan jadwal kegiatan istana yang padat."

"Mungkin juga."

Helena termenung.

John melihat wajah cemas gadis itu. "Jangan khawatir," katanya, "Paduka Raja ada bersamanya."

Helena pun mempercayai itu.

"Aku akan melihat keadaan mereka," kata Grand Duke meninggalkan kedua putra-putrinya.

Mata Helena tidak lepas dari ayahnya yang menaiki tangga menuju kabin istimewa keluarga Raja.

"Naville akan baik-baik saja," Jilian meyakinkan kakaknya.

Helena melihat Jilian dan mengangguk. Ia percaya Naville akan baik-baik saja.

"Mereka pasti sedang bersandiwara agar semua orang percaya pada omong kosong mereka."

Helena langsung menoleh.

John berjalan dengan angkuh di sisi Arnold. Ia terus mengomel ketika Arnold membawanya menuju ke dalam kabin mereka. Matanya memandang sinis orang-orang yang dilaluinya.

RATU PILIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang