Chapter 12

10 0 0
                                        

"Semua orang di jamuan membicarakannya. Paduka Ratu sedang hamil."

Jevano terperanjat. Kemudian dia tertawa geli.

John bingung melihat reaksi itu.

"Naville pasti senang mendengarnya," Jevano tidak menyangkal juga tidak membenarkan pertanyaan John.

.

.

"Benarkah itu!?" Naville mengulang dengan gembira.

"Benar, Paduka Ratu. Mulai hari ini hamba ditunjuk untuk menemani Anda setiap kali Anda ingin ke kota."

"Bukankah ini bagus, Paduka Ratu?" Nicci, "Anda tidak perlu sembunyi-sembunyi tanya pergi ke Loudline."

Senyum di wajah Naville kian mengembang. "Katakan padanya aku akan jatuh cinta padanya kalau dia terus seperti ini."

"Mengapa tidak kau katakan sendiri pada orang yang bersangkutan?"

Mereka terperanjat.

Jevano memasuki kamar Naville dengan seluruh wibawanya.

"Paduka Raja," Nicci dan prajurit itu memberi hormat – menyambut kedatangan Jevano.

Wajah Naville memerah dan ia langsung membuang muka.

Nicci memberi tanda pada prajurit di sisinya untuk meninggalkan tempat itu.

"Jadi, apa yang barusan akan kau katakan padaku?" Jevano mendekati Naville.

"Kalau kau malu mengatakannya dengan keras, mengapa kau tidak membisikkannya padaku?" ia mencondongkan tubuh ke arah Naville.

Rona merah di wajah Naville kian menyala. "P-pergi kau!" ia mendorong Jevano kuat-kuat.

Jevano tertawa geli.

Naville sama sekali tidak menikmati tawa pemuda itu. "Pergi! Jangan ganggu aku!" usirnya kesal.

"Begitukah tindakanmu pada seseorang yang ingin memberimu hadiah?"

"Hadiah?" Naville mencermati wajah Jevano dengan curiga.

Jevano hanya tersenyum. "Lihatlah apa yang kubawa untukmu," ia memberikan bungkusan di tangannya pada Naville.

Tidak perlu diperintah, Naville segera membuka bungkusan itu. Sebuah gaun katun hitam terlipat rapi di atas pangkuan Naville. Mata Naville terbelalak melihat Jevano.

"Kau adalah pelayan Earl Hielfinberg, bukan?"

Naville memperhatikan wajah Jevano dengan curiga. "Apa tujuanmu?"

"Apa kau masih perlu bertanya?" Jevano menjawab polos, "Tentu saja membuatmu jatuh cinta padaku."

Wajah Naville langsung memerah oleh amarah.

Jevano tertawa.

"KAU!" Naville menerjang.

Jevano menangkap tangan Naville dan menindihnya di atas tempat tidur.

Naville geram. Ia tidak bisa bergerak di bawah tindihan tubuh Jevano.

"Kau tahu, istriku," Jevano tersenyum simpul, "Gosip apa yang beredar di Viering hari ini?"

"APA!?"

"Semua orang mengatakan engkau sedang hamil," Jevano tidak sabar mengetahui reaksi Naville.

Naville membelalak lebar. "Benarkah itu?" tanyanya tidak percaya, "Sejak kapan? Mengapa aku tidak menyadarinya?"

Nada riang dalam suara itu membuat Jevano waspada.

"Lihatlah. Aku sudah mengatakannya, bukan. Kalau waktunya sudah tiba, aku juga akan hamil."

RATU PILIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang