Chapter 3

8 0 0
                                    

Earl termangu menatap gambar diri istrinya yang telah lama tiada. "Apakah keputusanku ini tepat, Winata?" ujarnya, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan?"

Kemarin ketika Grand Duke mengungkapkan lamarannya itu, satu satunya reaksi yang ditemukan Earl adalah berseru dengan keras,

"APA!?"

"Bukan. Bukan itu," Grand Duke buru-buru menjelaskan, "Maksudku, aku ingin dia menikah dengan Paduka Raja."

Earl membelalak.

"Paduka telah setuju menikahi Naville."

Earl duduk kaget. "Tidak mungkin, John. Kau mengenal Naville. Ia... ia tidak pantas menjadi seorang Ratu."

"Sebaliknya," Grand Duke berkata penuh percaya diri, "Aku pikir hanya dia yang pantas."

Earl membisu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hingga saat ini pun ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Katakan padaku, Winata bila keputusanku ini tepat," lagi-lagi ia bergumam.

Naville membuka pintu Ruang Perpustakaan. Ia melihat ayahnya sedang berdiri menatap lukisan diri ibunya. Seperti yang dikatakan Nicci, ia tampak begitu galau.

"Mama memang cantik. Ia adalah wanita paling cantik yang pernah aku temui," Naville berdiri di samping ayahnya.

Earl menatap putrinya lalu kembali ke lukisan istrinya. "Ia adalah wanita yang hebat."

"Aku menyayanginya," Naville memeluk ayahnya, "Aku juga menyayangi Papa." Earl melingkarkan tangan di pundak Naville. "Bagaimana perjalananmu ke kota?"

Naville tidak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia yakin ayahnya tahu kebiasaannya ini.

"Menarik," jawab Naville, "Aku bertemu Jilian. Saat ini ia sedang dikerumuni orang-orang yang ingin mendaftarkan diri pada John."

Naville tertawa geli membayangkan reaksi Jilian mendapat serbuan para wanita yang penuh ingin tahu itu.

Earl mendesah panjang.

Naville terkejut. "Apa yang terjadi, Papa? Sepertinya kau tidak senang mendengarnya."

"Kurasa kita perlu duduk," Earl membimbing Naville ke sofa.

Sikap Earl yang lain dari biasanya itu membuat Naville curiga.

"Dengarlah apa yang akan kukatakan padamu."

Naville dapat mencium ketidakberesan.

"Kau tahu John mendapat tugas penting dari Paduka Raja, tugas yang sangat penting, tugas yang menyangkut masa depan Viering."

"Ya," Naville mengangguk. "Ia ditugasi untuk menemukan gadis yang tepat untuk menjadi Ratu Viering."

"Aku yakin kau telah mendengar kabar john telah menentukan pilihannya," kata Earl kemudian.

Naville terperanjat. Apakah mungkin berita yang baru didengarnya pagi ini benar? John pasti tidak akan melakukan itu. Ia pasti tidak akan mengorbankan putrinya sendiri walau ia tahu ini demi masa depan Viering. Hanya orang tolollah yang tidak tahu pernikahan ini hanyalah demi menyelamatkan muka Viering.

"Papa... kau tidak mengatakan itu, bukan. Itu tidak mungkin terjadi."

"Ya, Naville," Earl berkata dengan penuh penyesalan, "John memilihmu."

Memilihmu...

Naville membelalak. Untuk sesaat Naville merasa ia tidak berada di dunia nyata. "Tidak mungkin! Itu tidak mungkin," Naville menggelengkan kepala - mencoba mengeluarkan kata 'memilihmu' itu dari otaknya.

RATU PILIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang