Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"he was sunshine, i was midnight rain." — taylor swift, midnight rain.
meilia's pov
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
aku tidak tahu harus mulai dari mana. semenjak insiden di pullman berakhir, aku mulai menyadari sesuatu. perasaanku terhadap jean berubah. entah karena ketulusannya dalam membantuku membuat hatiku tersentuh atau akal sehatku memang sedang tidak berfungsi saja sehingga bisa menyukainya. tentu saja, aku sangat berterima kasih padanya.
oh... atau mungkin dua-duanya?
lagi pula, orang gila mana yang mau membantu seseorang sampai sebegitunya padahal orang itu bukan orang yang ia sukai? bukankah orang yang jean sukai adalah hisyam?
ngomong-ngomong, aku sudah tidak terlalu menganggapnya sebagai rivalku lagi. tolong garis bawahi, tidak terlalu. karena setelah ujian tengah semester kemarin, aku berhasil menggeser posisinya dan kembali menaiki podium. secara tidak langsung, aku sudah bisa saving 40 juta untuk operasi mama.
hey, tidak! aku tidak terlalu menganggapnya sebagai rivalku karena aku tertarik padanya!
jujur saja, aku masih bingung apakah aku tertarik atau benar-benar suka terhadapnya. terkadang, sulit untuk membedakan keduanya.
meski begitu, entah kenapa hatiku mencelos, tahu bahwa kemungkinan besar aku memang tidak punya kesempatan apa-apa dengannya. apalagi, jean jarang sekali berinteraksi dengan perempuan. hal itu membuatku semakin yakin.
tampaknya, menjauhinya adalah pilihan yang terbaik.
˖ ࣪ ‹ 𖥔 ࣪ ˖
author's pov
"jazlan? kenapa kamu nyuruh aku kesini?" shanaya yang baru datang mengambil tempat duduk di samping jean pada bangku taman sekolah. tempat itu sedang benar-benar sepi, hanya ada mereka saja.
jazlan memberinya sebuah buku literasi bahasa inggris.