Ramyeon

1.6K 109 7
                                    

Malam sudah sangat larut ketika erangan frustasi terdengar dari sebuah kamar. Ruangan gelap yang tidak begitu luas itu terdapat satu sumber cahaya yang berasal dari benda kecil berbentuk persegi panjang yang sebenarnya cukup menyilaukan. Sang penghuni kamar masih betah membuka matanya, aktif memainkan game online di ponselnya meski matahari mungkin sebentar lagi akan terbit.

"Argghh, padahal aku hampir menang." Jisung melempar ponselnya asal. Tapi, masih di atas ranjang empuknya tentu saja. Meski kesal dia tidak ingin kehilangan ponselnya.

Pemuda itu memutuskan untuk bangun dari posisi nyamannya saat terdengar suara gemuruh dari perutnya. Mengambil dua bungkus ramyeon di laci dan beranjak menuju dapur. Pilihan tepat saat lapar di malam hari tentu saja ramyeon. Jisung mulai memasak dengan hati-hati.

Sembari menunggu ramyeonnya matang, Jisung berjalan mengitari dapur. Tidak ada tujuan apapun, hanya saja dia menyukainya. Sambil sesekali bersenandung pelan, Jisung memperhatikan peralatan dapur yang tertata dengan rapi di tempatnya. Renjun sudah bekerja keras. Setelah makan malam berempat tadi, hyungnya itu ketiban sial kalah suit dan berakhir mencuci piring sendirian.

"Renjun hyung sering sekali kalah suit dan berakhir mencuci piring. Dia tidak sengaja mengalah, kan?" gumam Jisung bermonolog.

Jisung berjengit kaget saat pengatur waktu di ponselnya berbunyi. Dia yang mengaturnya, tapi dia juga yang terkejut saat alarm berbunyi. Takut member lain terbangun, Jisung segera berlari mengambil ponselnya. Sayangnya kakinya menabrak meja makan yang ada di tengah ruangan. Setelah berhasil mematikan timer dan mematikan kompor, Jisung menunduk mengelus jempol kakinya sambil meringis pelan.

Setelah beberapa saat, dia bangun dari posisinya mengabaikan jempol kakinya yang masih berdenyut sakit dan memilih mengangkat panci ramyeon lalu menaruhnya di meja makan. Setelah menikmati ramyeon buatannya sendiri, rasa sakit di kakinya terlupakan. Ramyeon tidak pernah gagal, meski Jisung sendiri yang memasak.

"Jisung-ah?"

Uhukk uhukk

Jisung tersedak saat seseorang muncul tanpa diduga memergokinya tengah memakan ramyeon. Ini terlalu tiba-tiba. Suasananya terlalu sepi sampai sebuah suara familiar tiba-tiba saja ditangkap oleh pendengarannya. Sosok Jaemin muncul dihadapannya.

Jaemin mengambil air putih dan segera memberikannya kepada Jisung. Dia segera menerimanya dan meneguknya hingga tandas.

"Kamu begadang lagi? Dan ramyeon lagi?" Jaemin berkacak pinggang berdiri tepat di hadapan adiknya itu. "Ini sudah jam lima pagi, Jie. Apa hyung mengajarimu begitu?"

"Hyung juga begadang, kan? Buktinya di sini hyung sekarang." Jisung kembali menikmati ramyeonnya yang masih tersisa.

"Kamu mau mencari pembelaan, huh? Hyung sudah tidur sejak jam satu tadi, dan setelah buang air nanti pun aku berniat melanjutkan tidur. Sedangkan kamu masih belum tidur sama sekali."

"Arraseo," sahut Jisung tanpa menatap hyungnya itu.

"Kamu mengabaikanku?" kesal Jaemin melihat Jisung masih menikmati ramyeonnya dan tampak mengabaikan ucapannya.

"Anniyo, hyung. Aku hanya belum mengantuk. Dan aku lapar jadi aku memasak ramyeon."

"Kamu harus menjaga kesehatan, Jisung-ah. Kalau kamu begadang terus kamu bisa sakit. Kamu bahkan memakan ramyeon terus, itu tidak sehat."

"Tapi, aku baik-baik saja hyung. Aku sudah cukup tidur, kok. Dan aku ini sudah besar, aku tahu apa yang harus kulakukan."

"Jangan mengelak terus. Ingat, tubuhmu itu bukan hanya milikmu. Kamu itu idol Park Jisung. Bukan hanya kamu yang kesusahan kalau kamu sakit."

Uri Jwi (One shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang