Di ruangan luas dengan cermin membentang hampir menutup seluruh dinding, tujuh orang pemuda dengan begitu semangat menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik. Dua orang lainnya memantau di depan menyaksikan sekelompok pemuda itu mempraktikkan koreografi yang telah mereka pelajari tiga hari terakhir.
Musik terhenti, maka berhentilah gerakan energik mereka disusul suara napas berat yang bersahutan. Beberapa dari mereka merebahkan tubuhnya, yang lain duduk meluruskan kakinya. Satu orang pemuda berjalan menuju sudut ruangan, mengambil beberapa botol minuman. Dia memberikannya kepada teman-temannya, menyisakan satu untuk ditenggaknya sendiri dengan rakus.
"Gomawo~" ucap Jaemin dengan nada dibuat-buat.
"Ohoo, Jisungie sangat perhatian," ujar Renjun kemudian memeluk laki-laki yang lebih muda darinya itu, tapi anak itu malah menghindar karena sedang minum. Renjun membuka segel botol minumnya kemudian menenggaknya sedikit demi sedikit. Dia tertawa kecil ketika memperhatikan member termudanya yang menggembungkan pipinya saat minum.
"Kenapa aku tidak diambilkan minum juga?!" protes Chenle yang tidak mendapat bagian sendiri. Memang semua orang mendapatkannya kecuali dia.
"Kamu tidak meminta," sahut Jisung enteng. Kemudian melempar botol minum miliknya yang masih sisa setengah kepada pemuda yang lebih tua dua bulan darinya itu. Dengan tanggap dia menangkapnya dengan satu tangan meski masih bergumam kesal karena tidak diperlakukan sama.
"Apa hyung yang lain meminta padamu?!" tanya Chenle masih terlihat kesal. Padahal dia sudah menenggak sisa minuman yang diberikan Jisung hingga tandas.
"Eoh, aku memintanya," sahut Jeno yang membuat Chenle terdiam sesaat. Memang Jeno sempat menitip pada saat Jisung hendak mengambil air minum, tapi dia tidak tahu maknaenya itu akan membawakan air minum untuk semua hyungnya. Terkecuali Chenle yang sudah dia anggap sebagai teman.
"Hanya Jeno yang memintanya, tapi yang lain juga mendapatkannya," kelit Chenle masih tak terima.
"Tanganku hanya dua, Chenle-ya … Membawa enam botol sekaligus saja itu sudah keren, kan?"
"Keren apanya...," gerutu Chenle.
"Ya! Setidaknya aku tidak melakukan kesalahan dengan tangan ajaibku ini. Tanganku benar-benar ajaib sekarang, bukan perusak lagi." Jisung memamerkan kedua tangan besarnya.
"Udah, bayi jangan berantem mulu." ujar Haechan menengahi. Kedua member termuda itu memang suka sekali meributkan semua hal. Padahal baru saja lima menit yang lalu mereka bertengkar saling menyalahkan siapa yang salah gerakan. Sekarang mereka bertengkar hanya karena minuman. "Minta maaf! Salaman!"
"Gak--" ucapan Chenle terpotong saat Renjun yang tepat ada di sebelahnya menarik paksa tangan kedua adiknya itu dan disatukan untuk bersalaman.
"Berhenti bertengkar. Aku lapar, lebih baik kita pesan makanan," ujar Jaemin.
"Yeudera, aku sudah memesan makanan. Jangan order lagi!" Manager hyung tiba-tiba memasuki ruang latihan disusul manager noona dengan kedua tangan mereka yang sama penuhnya dengan makanan. Semua orang menatapnya dengan mata berbinar.
"Yeoksi, manager-nim terbaik." Mark dan Jisung mendekati keduanya dan mengambil alih beberapa bawaannya.
Mereka menikmati makanan mereka di ruang latihan. Canda tawa mengiringi acara makan siang mereka. Jisung hanya menyimak, memperhatikan setiap hyungnya yang sedang berbicara tanpa mau bergantian. Sesekali tertawa mendengar pembicaraan random hyungnya. Disebelahnya, Jaemin juga tampak hanya diam menikmati makanannya.
"Wae? Pinggangmu sakit lagi?" Jisung yang sedang memijit pelan pinggangnya segera menoleh ke arah Jaemin. Haechan yang duduk di sebelah Jaemin pun ikut menoleh.
"Mwo? Pinggang Jisung sakit?" ucapan Haechan yang lumayan keras mengundang perhatian semua orang.
"Tidak, hyung. Hanya sedikit pegal saja."
"Benarkah hanya pegal saja? Haruskah kita cek saja ke rumah sakit?" Manager noona tampak sangat khawatir.
"Tidak, Noona. Itu tidak perlu." Jisung mengibaskan tangannya.
"Baiklah. Tapi, katakan kalau sakit supaya tidak terlambat diberi penanganan. Jangan sampai cidera, kalian akan comeback. Ini berlaku untuk semuanya. Kalian tidak ingin comeback dengan formasi tidak lengkap, kan?" Manager menatap tujuh anak laki-laki yang kini semakin dewasa itu. Padahal rasanya baru kemarin ia membagikan susu dan vitamin kepada tujuh pemuda itu agar tumbuh dengan baik. Sekarang melihat mereka semua sudah banyak tumbuh dengan baik, terselip perasaan bangga bak orang tua kandung mereka.
"Nee ...," sahut mereka seadanya. Kalau boleh jujur, sebenarnya manager noona terlalu cerewet. Meski begitu, dia benar. Sudah seharusnya mereka menjaga kesehatan selagi mempersiapkan comeback kali ini. Kalau sampai ada cidera, penggemar akan khawatir dan jadwal comeback akan menjadi kacau. Harus mempersiapkan ini itu dengan member tidak utuh. Semua orang akan kecewa.
Jisung menyentuh pinggangnya sekali lagi. Agak sakit sebenarnya. Tapi, tidak terlalu buruk. Hanya efek terlalu lelah. Semuanya juga pasti kelelahan. Tentu saja karena jadwal yang padat. Apalagi Haechan dan Mark yang bergabung di dua unit. Pasti sangat melelahkan. Jisung rasa, mereka berdua lebih patut dikhawatirkan. Meski begitu, hyung tertuanya itu tiba-tiba mendekati Jisung dan memijit pelan pinggangnya.
Jisung menepis pelan tangan Mark. "Tidak perlu hyung. Aku baik-baik saja."
Mark tidak tersinggung, buktinya dia sedang memeluk maknaenya itu sekarang. Kalau sudah begini, Jisung hanya bisa pasrah. Membiarkan hyungnya itu memeluknya sambil menggoyangkan tubuhnya. Terkadang menjadi maknae dan menerima terlalu banyak cinta juga rasanya sedikit merepotkan. Walau begitu, pemuda dengan tinggi badan paling menjulang itu tetap bersyukur karena memiliki banyak hyung yang menyayanginya. Mereka semua sangat peduli padanya.
Latihan kembali dimulai setelah istirahat beberapa menit. Seperti biasa, mereka melakukannya sekuat tenaga. Mereka mengerahkan segalanya untuk comeback kali ini. Semakin tinggi ekspektasi penggemar, maka semakin berat pula beban yang dipikul mereka. Mereka harus mempersiapkannya sebaik mungkin agar tidak menjatuhkan ekspektasi publik. Bagaimanapun menjadi idol tidaklah mudah. Publik selalu mengharapkan kesempurnaan dan mereka harus memenuhi harapan itu.
Saat memonitoring gerakan mereka yang baru saja direkam, tiba-tiba saja Haechan melebarkan tangannya menatap anggota termudanya yang sudah bekerja dengan keras kali ini. Mengisyaratkan kepada Jisung agar segera masuk ke pelukannya. Pemuda bongsor itu tidak bisa menolak tentu saja. Dia memeluknya dan mengusap-usap punggungnya pelan. Sebenarnya pelukan Haechan nyaman juga. Hyungnya yang super sibuk satu ini saja sekuat itu, bagaimana mungkin Jisung mengeluh hanya karena lelah dan pinggangnya sedikit sakit. Semuanya pasti akan baik-baik saja. Mereka hanya perlu berjuang sedikit lagi.
09/03/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Jwi (One shoot)
FanficKumpulan cerita pendek dengan tokoh utama Jisung Park Uri Jwi, uri maknae, uri aegi Walaupun pendek-pendek, semoga kalian suka Jangan copy paste ya yeorobun Plagiat itu nggak boleh Mari hargai hasil karya orang lain