Jangan banyak berharap, ya
Aku takut kecewain kalian.
.
Pagi ini ketika alarm di ponselku berbunyi, aku terbangun sebentar hanya untuk mematikannya lalu kembali merebahkan tubuh dan menutup mata. Belum siap menghadapi hari ini. Mengingat masalah yang masih belum berhasil terpecahkan membuatku takut menghadapi dunia. Apalagi jika mengingat kejadian semalam, ketika diriku membuat para member khawatir. Bagaimana aku harus mengahadapi mereka nanti. Apa yang harus ku katakan kalau mereka bertanya. Alasan apa yang bisa ku berikan untuk membenarkan perbuatan gilaku kemarin.
Karena itu aku memilih kembali menyelami mimpi. Memejamkan mata lebih lama lagi. Sayangnya pagi-pagi begini otakku sudah penuh berisik sampai tidak bisa fokus tidur. Aku jadi tidak bisa lanjut tidur. Daripada emosi karena tidak bisa kembali tidur, lebih baik aku bermain ponsel. Walaupun belum tahu juga apa yang akan kulakukan. Apapun selain membuka sosial media. Terlalu menyakitkan ketika melihat banyaknya komentar buruk yang ditujukan untukku.
"Sudah bangun?"
Ponsel di genggamanku sampai merosot jatuh ke kasur saking kagetnya ketika Jeno hyung tiba-tiba masuk ke kamarku tanpa permisi. Untung saja tidak mengenai wajahku. Suatu kali pernah hidungku kejatuhan ponsel saat bermain ponsel sambil rebahan, rasanya nyeri luar biasa.
"Hyung! Setidaknya ketuk pintu dulu!" kesalku.
"Ayo, temani aku keluar!" ujarnya tanpa basa-basi. Mengabaikan keluhanku sepenuhnya.
"Ish…," aku mendesah kesal karena Jeno hyung pergi begitu saja setelah mengatakan ajakannya. Walaupun bagiku terdengar seperti perintah. Lagi pula pagi-pagi begini kenapa pemuda itu sudah ada di sini. Ku kira sejak tinggal di rumahnya sendiri, dia jadi enggan sekali kalau diminta menginap di dorm. Padahal bertahun-tahun sebelumnya juga dorm inilah yang jadi tempat ternyamannya untuk bersembunyi dari dunia luar.
Dengan malas aku turun dari ranjang. Daripada menunggu Jeno hyung marah dan berujung memakai kekuatannya padaku, lebih baik menurut saja. Ku raih hoodie yang tersampir di belakang pintu. Sebelum keluar, ku sempatkan menatap cermin untuk mengecek kondisi mataku. Tidak begitu bengkak. Kalau tidak diperhatikan dengan baik orang-orang tidak akan tahu kalau aku habis menangis semalaman. Kuharap begitu. Percaya diri saja Park Jisung. Cuci muka nanti saja, aku malas.
"Mau kemana pagi-pagi begini, Hyung? Aku libur hari ini. Malas sekali pergi keluar," ucapku saat keluar kamar sudah melihat Jeno hyung berdiri menungguku di depan kamar. Dia memakai kaos polos kemudian dirangkap jaket, celana panjang adidas sama sepertiku, lalu dia juga memakai topi.
"Setidaknya cuci dulu wajahmu!"
"Baiklah …, tapi kita mau kemana?" Masalahnya aku benar-benar tidak tahu akan diajak kemana.
"Menghirup udara segar."
"Renjun hyung dimana?" Mengabaikan jawaban tidak jelas Jeno hyung, aku lebih penasaran dimana teman serumahku itu. Kenapa pagi-pagi begini sudah menghilang saja. Malah Jeno hyung yang muncul.
"Cepat cuci wajahmu!"
"Araseo …." Tidak sabaran sekali. Walaupun masih malas menyentuh air, terpaksa aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi.
Aku baru tahu kalau menghirup udara segar bagi Jeno hyung itu artinya bersepeda. Dia mengajakku pergi ke sungai han, lalu tiba-tiba menyewa dua sepeda untuk kami-- aku tidak tahu kenapa dia tidak memakai sepedanya sendiri. Walaupun sebenarnya malas, tapi karena Jeno hyung memaksa akhirnya kami berkeliling bersisian dengan kecepatan rendah. Karena aku belum mahir mengendarai sepeda, jadi Jeno hyung juga menyamai kecepatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uri Jwi (One shoot)
FanfictionKumpulan cerita pendek dengan tokoh utama Jisung Park Uri Jwi, uri maknae, uri aegi Walaupun pendek-pendek, semoga kalian suka Jangan copy paste ya yeorobun Plagiat itu nggak boleh Mari hargai hasil karya orang lain