Hate comment

1.4K 89 4
                                    

Hari ini, rasanya aku tidak punya semangat sedikitpun. Aku kehilangan motivasi untuk menjalani hari-hariku. Otakku penuh dengan kata-kata buruk yang ditujukan untuk diriku sendiri. Kepercayaan diriku hilang setelah melihat banyaknya ujaran kebencian yang orang-orang tujukan padaku di media sosial. Sialnya aku tidak bisa berpikir berbeda dari orang-orang itu. Aku merasa yang mereka katakan memang benar adanya. Aku yang selalu merasa diriku kurang, semakin kehilangan harapan setelah mengetahui pendapat orang lain yang sama denganku.

Sebagai seorang idol yang selalu menjadi pusat perhatian, seharusnya aku lebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Aku juga harus mengerahkan semua usahaku untuk memberikan yang terbaik demi fansku. Seharusnya aku melakukannya dengan lebih baik lagi.

Aku ingin berlari, mengejar kesempurnaan yang semua orang harapkan. Aku ingin mengerahkan segalanya meski nyawa taruhannya, aku tidak peduli. Tapi, kenapa tubuhku menolaknya. Seolah mengejekku mengatakan bahwa aku memang tidak mampu. Aku terus saja mengacaukan latihan kami malam ini. Bagaimana bisa aku mencintai diriku sendiri jika aku seburuk ini. Kalau aku saja membenci diriku sendiri lalu bagaimana dengan orang lain.

Rasa nyeri yang tiba-tiba muncul membuatku terduduk dengan memegangi lututku. Huh, aku melakukan kesalahan hingga tanpa sengaja memunculkan kembali rasa sakit yang pernah singgah cukup lama di bagian tubuhku itu beberapa waktu lalu. Apa aku memang sepayah itu?

"Jisung-ah!"

"Jisung-ah? Gwenchana?"

Aku menatap Jaemin hyung dan Mark hyung yang menghampiriku dengan cepat setelah mendengar keluhanku. Hyung yang lain juga ikut mengerubungiku. Aku tidak bisa menjawabnya. Lututku sakit dan hatiku lebih sakit. Aku  hanya menunduk terdiam.

"Ya … apa sangat sakit?" tanya Jeno hyung terdengar benar-benar khawatir. Tumben sekali dia menunjukkan rasa pedulinya dengan terang-terangan. Aku pasti sudah membuat semua orang khawatir karena sikapku yang tidak biasa sejak tadi pagi.

"Haruskah kita pergi ke rumah sakit?" manager hyung menggenggam lenganku, mungkin benar-benar akan mengajakku pergi ke rumah sakit. Tapi, aku menepisnya pelan. Lututku bukan masalah besar sekarang. Masalahnya adalah diriku sendiri.

"Jisung-ah, ada apa dengamu?" aku mendengar Renjun hyung bertanya denga pelan. Dia juga mengusap kepalaku pelan. Rasanya aku jadi ingin menangis. Tolong jangan lemah Park Jisung.

"Hyung … apa aku tidak pantas menjadi idol?" Aku menatap mata seseorang di hadapanku. Rupanya itu Chenle. Kupikir Jaemin hyung atau Mark hyung. Anak itu pasti sedikit terkejut mendengarku memanggilnya hyung. Aku tidak sengaja Chenle-ya.

"Apa maksudmu?!" Haechan hyung memekik tak terima.

"Omong kosong apa itu?!" sambung Chenle dengan nada tingginya.

"Jisung-ah, sepertinya kamu butuh istirahat. Kita akhiri saja latihannya sampai sini," ucap hyung pelatih yang disetujui manager kami dan semua member.

Mereka menuntunku untuk menepi dan duduk dengan nyaman di sofa. Semua orang masih menatapku dengan tatapan yang sama. Apa aku berlebihan? Seharusnya aku tidak mengatakan hal seperti itu.

"Apa seseorang mengatakan hal buruk tentangmu?" Jaemin hyung meraih kedua tanganku. Dia menggenggamnya dengan hangat dan mengusapnya pelan. Hal itu membuatku merasa sedikit lebih baik.

"Aku sudah bilang, jangan pernah pedulikan ucapan orang lain. Mereka hanya bisa bicara tanpa mengetahui apapun yang telah kau lalui," lanjutnya dengan nada yang teramat halus.

"Apa kau tidak tahu namamu sedang trending sekarang?"

Aku mendongak, menoleh menatap manger noona yang berdiri di belakang Jaemin hyung. "Apa sudah sebanyak itu komentar buruk tentangku?" tanyaku dengan berbagai pikiran buruk kembali menghantui. Tadi pagi aku membaca cukup banyak komentar buruk tentangku. Aku tidak menyangka belum ada satu hari namaku sudah trending di media sosial. Apakah ada sesuatu skandal yang harus aku hadapi? Aku benar-benar takut.

Uri Jwi (One shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang