Chapter 16

490 58 0
                                    

Hanya ada kekosongan di belakang Zalia. Dia tidak mengerti apakah memang seperti ini sistemnya atau tidak. Yang terpenting dia harus mengalahkan monster itu dulu. Zalia mulai menarik pedangnya dari kalung. Ia menodongkan pedang ke arah monster berwarna putih itu. Ia menutup matanya lalu menghembuskan nafas.

"Ibu tolong doakan aku"  Zalia membuka matanya.

Dengan cepat ia menyerang dengan kecepatan yang diluar nalar. Perlu diketahui bahwa Zalia sudah belajar pedang sejak kecil dan dia sudah bisa menguasai pedang sejak usia sebelas tahun. Bahkan tubuhnya cukup gesit dalam penyerangan.

SRASH

Tubuh makhluk itu berhasil tergores berkat pedangnya. Makhluk itu menglonglong kesakitan layaknya serigala. Mata merahnya semakin kuat, ia kini menyerang Zalia dengan cakarnya. Dengan gesit gadis itu berhasil menghindar, makhluk itu semakin ganas dengan kecepatan tinggi menyerang Zalia.

"Ck, sialan!" Celetuk Zalia saat cakar itu berhasil mengenai bahunya.

Zalia bergerak cepat dengan bergerak ke belakang makhluk itu.

JEP

Dia berhasil menusukkan pedangnya ke kaki berbulu putih itu. Zalia dengan cepat menarik kembali dan menghindar.

"AUUUU!" Longlong makhluk itu lagi.

Bukannya semakin lemah, kini ukuran makhluk itu semakin besar. Zalia membulatkan mata saat melihat aura gelap menyelimuti tubuh makhluk itu. Hawa di sekelilingnya seketika membuat dada sesak.

Terlintas sebuah ingatan di kepalanya. Dia lupa apa puncak permasalahan di dunia ini. Bisa-bisanya dia melupakan hal sepenting ini. Bahwa puncak masalah itu adalah binatang iblis. Bukan lagi sekedar monster tetapi sudah menjadi iblis. Dengan ciri-ciri tubuh yang diselimuti kegelapan serta udara di sekitar binatang itu menyesakkan.

"Kurang ajar! Seharusnya binatang ini belum muncul di sini. Sepertinya, ada yang salah. Aku terpaksa menggunakan ini" Zalia kini menggenggam pedangnya dengan kuat. Ia merasakan makhluk itu akan mendekatinya.

Zalia memfokuskan diri mengeluarkan seluruh energi dari tubunya. Saat ini mata Zalia kian berwarna merah darah, tubunnya diselimuti aura merah muda. Binatang itu kini tepat di depannya, bagaikan menghilang Zalia sudah tidak ada di pandangan makhluk itu.

Tanpa diketahui bahwa ternyata gadis itu sudah melompat ke atas, lalu mengarahkan pedangnya ke bawah.

JLEP

Dengan penuh tekanan dia menusukkan pedang itu tepat ke tulang belakang makhluk itu. Dia terus menekan pedangnya meski makhluk itu berusaha menjatuhkan Zalia dari punggungnya.

"GRARRR!" Jerit binatang itu saat pedang Zalia kini menembus intinya.

"Matilah kau makhluk terkutuk!" Teriak Zalia mengeluarkan semua kekuatan yang dia miliki.

DREP

Tubuh binatang itu kini terjatuh di tanah. Perlahan hawa menyesakkan itu hilang. Zalia mengibaskan pedangnya yang sudah dipenuhi darah hitam. Aura. Kekuatan yang dimiliki oleh ahli pedang yang sudah mampu menguasai ilmu pedang. Biasanya aura berwarna keemasan yang menyelimuti tubuh si ahli pedang serta pedangnya. Berbeda dengan kasus Zalia yang memiliki warna merah muda, keluarganya bahkan sempat terkejut akan hal itu.  Zalia untuk menyembunyikan auranya sebelum waktu yang ditentukan tiba, tapi hari ini ia kelepasan karena jika tidak nyawanya lah yang melayang.

"Mengapa hutan sangat gelap?" Gumam Zalia yang baru menyadari bahwa kegelapan mengelilinginya.

Padahal tadi dia melihat cuaca yang sangat cerah hingga matahari menembus sela-sela dedaunan. Anehnya lagi dia baru menyadarinya sekarang. Zalia tak mau berfikir lebih panjang dan memusingkan, ia melangkahkan kaki menuju jalan pulang.

Tak berapa lama kemudian, Zalia menghentakkan kakinya ke tanah.

"Sial. Aku tersesat!" Kesal Zalia. Hutan semakin gelap, dia bahkan tak nampak jalan pulang. Malah terus kembali ke tempat yang sama. Bahkan tubuh monster itu masih ada tempatnya.

Tim pengawas pun tak menampakkan wujudnya. Apakah ada yang sengaja merencanakan hal ini? Ini tidak masuk akal. Zalia bahkan tak pernah mencari masalah dengan siapapun kecuali gadis-gadis jahat itu. Tak mungkin juga mereka merencanakan ini karena sibuk akan ujian sendiri.

"Lihat saja jika aku menemukan pelakunya akan ku habisi dia" Zalia terduduk lemas di tanah. Ia begitu lelah sekarang. Di sisi lain dia juga takut di tengah hutan sendirian.

"Ayah... Aku takut.."

DEG!

"ZALIA!" Teriak Cale merasakan suara Zalia terlintas di kepalanya.

Entah sejak kapan pria itu tertidur di ruang kerja. Ia terbangun setelah mendengar suara putrinya yang ketakutan. Cale tak bisa membiarkan hal ini terjadi, dia tak mau kehilangan putrinya lagi.

"Kepala pelayan cepat siapkan kereta! Kita akan pergi ke Akademi!"

_______________________

Bulan sudah berada di atas, menerangi langit yang gelap. Sebuah cahaya perlahan menerangi hutan. Tak lama kemudian sinar itu sudah sampai di tempat seorang gadis yang bersandar pada pohon yang besar.

"Zalia!" Gadis yang dipanggil namanya itu membuka mata.

Ternyata sudah ada seorang gadis berambut pirang di hadapannya dengan raut wajah yang khawatir.

'Malaikat? Apakah aku sudah berada di akhirat?' pikir Zalia yang belum mengumpulkan kesadarannya.

Tiba-tiba tubuh Zalia terangkat, wajah seorang lelaki muncul begitu dekat dengan wajahnya. Wajah yang pucat namun tetap tampan. Zalia mengenali orang itu serta gadis tadi. Dia sadar bahwa ternyata mereka telah berhasil menemukannya. Hey, ini bukan permainan peta umpet. Zalia juga tak percaya dia akan seperti ini. Bahunya terasa sangat perih meski sekarang pendarahannya sudah berhasil dihentikan.

"Terima kasih... Telah menemukan aku..." Lirih Zalia sambil tersenyum kecut.

Ia tak tau bahwa gadis yang berada di depannya menuntun jalan, kini tak henti menitikan air mata.  Gadis itu sangat khawatir saat mendapat kabar Zalia hilang di tengah ujian. Terlebih lagi saat ditemukan gadis itu bersama bangkai monster yang begitu besar serta luka cakaran yang terdapat di bahunya.

Mereka keluar dari hutan dan di sana sudah terdapat tim yang bersiap menolong Zalia. Seorang pria langsung menerobos masuk menghampiri sang putri yang tak sadarkan diri. Ia segera merampas tubuh itu dari gendongan lelaki berambut hitam pekat itu.

"Zalia... Buka matamu... Ayah sudah datang nak"

To Be Continued

Jalan Dipilih Pedang EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang