Chapter 14

547 60 0
                                    

Suasana cerah, banyak orang berlalu lalang di pusat kota. Ada yang pergi bekerja dan ada juga yang pergi untuk membeli perlengkapan. Seorang lelaki turun dari kereta, ia mengulurkan tangannya kepada si gadis yang hendak turun. Dengan senyum riang, gadis itu menerima uluran tangan itu.

Setelah dia tutun kedua orang pria menyusulnya, mereka memasuki sebuah kedai yang terkenal di ibu kota.

"Selamat datang. Silahkan ikuti saya" Sambut pelayan. Mereka dituntun ke satu meja di dekat jendela.

Setelah selesai mencatat pesanan, pelayan itu undur diri. Keempat orang tadi kini saling duduk berhadapan, gadis berambut pink tersenyum riang tak sabar menunggu pesanan mereka tiba.

"Aku tak menyangka bahwa ayah akan ikut juga" Zalia tersenyum pada ayahnya.

"Tentu saja aku harus ikut, karena ini adalah waktu yang berharga bersama putri ku" Cale mengusap kepala Zalia.

"Ayah, bukankah banyak pekerjaan yang kau tinggalkan?" Ucap Rean yang menerima tatapan tajam dari sang ayah.

"Itu bukan urusan mu" Ketus Cale membuat Zalia terkekeh.

Zalia mengedarkan pandangannya, ternyata banyak pengunjung yang memperhatikan mereka. Ada yang tertegun, menatap kagum dan berbisik satu sama lain. Dominan pengunjung di sini wanita, karena ini kedai yang menyediakan banyak dessert yang enak.

"Zen, apakah penelitian mu sudah selesai?" Tanya Cale pada Zen yang sedari tadi terdiam.

"Sudah ayah. Aku benar-benar lelah meneliti inti dari monster itu"

"Inti monster? Apa itu?" Celetuk Zalia. Dia baru ingat bahwa di dunia ini ada banyak monster yang mengerikan di wilayah kegelapan.

"Inti mosnter itu seperti batu mana. Itu lebih tepat di sebut dengan jantungnya. Saat pembasmian kemarin ada yang aneh dengan inti itu, para kesatria membawa itu ke menara untuk di teliti" Jelas Zen.

Zalia mencoba mengingat, sepertinya ada yang dia lupakan di bagian novel. Ah, benar nantinya monster-monster itu akan hilang setelah Anexa melakukan pemurnian dengan sihir cahayanya. Itu adalah scene yang sangat seru, bagaimana Zalia bisa melupakannya? Apa mungki karena itu sudah terlalu lama?

"Zalia ada apa? Apakah kau tidak suka es krimnya?" Cale menepuk pundak Zalia membuat gadis itu tersadar. Ia melihat sudah ada es krim berwarna pink dihiasi ceri di atasnya.

"Tidak ayah. Selamat makan" Zalia langsung merasakan es itu meleleh di mulutnya.

"Ehmm" Ia memegang pipinya karena kelezatan es krim yang tiada tara.

Di dunia ini, mereka membuat es krim dengan sihir. Es krim ini juga dibuat agar tak cepat meleleh yang bisa dibawa saat perjalanan jauh. Sihir sudah biasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentu ini sangat bermanfaat, syukurlah Zalia bisa merasakan es krim lagi. Melihat putrinya sangat menikmati, Cale hanya tersenyum lembut. Ia berharap senyuman gadis itu selalu merekah di wajahnya.

____________________

Akademi mengizinkan para murid untuk keluar atau pulang ke rumah di hari libur, jika mereka mau. Akan tetapi mereka harus keluar di pagi hari dan kembali pada sore harinya. Jika ada yang melanggar akademi akan memberikan denda kepada murid tersebut. Banyak murid yang memilih untuk tetap di asrama karena faktor rumah yang jauh serta malas untuk pergi keluar akademi.

Kereta kuda yang mewah tiba di gerbang Akademi, Cale melangkah turun lalu mengulurkan tangan kepada putrinya. Zalia tersenyum, tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Ia kini kembali ke tempat dirinya menuntut ilmu. Sebenarnya Zalia sungguh malas untuk kembali ke sini. Tiga oarang lelaki di depannya memasang tampang sedih, tak rela berpisah dengannya.

"Sudahlah, jangan bersedih. Aku akan sering pulang, kalian juga bisa mengunjungi ku sesekali" Mata Zalia berkaca-kaca. Rean langsung memeluk adiknya itu.

"Jaga diri mu baik-baik Zalia" Ucap Rean mencoba menahan tangisnya.

"Tentu saja kakak ku yang cengeng" Zen yang di belakang terkekeh melihat tingkah mereka. Rean tak peduli dan tetap memeluk adik perempuannya.

Tak mau melihat saja Zen dan Cale ikut memeluk Zalia. Mereka menikmati momen itu untuk beberapa saat. Setelah merasa cukup, Zalia pamit kepada keluarganya. Ia memasuki gerbang  akademi dengan langkah yang pasti meninggalkan ketiga orang itu di sana.
.
.
.
.

Sekitar dua puluh menit Zalia sampai di Asrama. Wilayah akademi sangat luas, memakan waktu yang banyak untuk ke sana kemari. Zalia membuka pintu kamar, nampak lah Anexa yang sedang berkutat dengan buku tebalnya. Ia bahkan tak menyadari kehadiran Zalia sangking khusyuk nya.

"Anexa aku kembali" Gadis berambut pirang itu langsung melirik Zalia lalu tersenyum manis.

"Wah selamat datang Zalia" Ucapnya sambil memamerkan sederet giginya.

"Ini untuk mu" Zalia memberikan sebuah kotak untuk Anexa. Gadis itu menerimanya dengan senang hati lalu membukanya.

Mata Anexa berbinar saat melihat isi kotak itu adalah dua cup es krim. Makanan yang belum pernah dia coba, yang selalu dia inginkan. Kini berada di depannya.

"Wah! Terima kasih Zalia. Aku sungguh menginginkan ini! Mari kita makan bersama!" Ajak Anexa riang mengeluarkan dua cup itu.

"Itu untuk mu, aku sudah kenyang memakannya tadi." Zalia tersenyum lembut.

"Kau memang teman yang paling baik Zalia. Aku menyayangimu" Anexa bangun lalu memeluk Zalia.

Zalia menyadari bahwa terkadang hal sederhana baginya menjadi suatu hal berharga bagi orang lain. Syukurlah Anexa senang akan hal yang dia beri.

To Be Continued

Hay guys aku update lagi nih
AYOK FOLLOW AKUN KU!
jAngan lupa vote and komen juga
Biasakan diri untuk tinggalkan jejak minna

Jalan Dipilih Pedang EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang