Suasana kelas sihir terlihat tenang. Anexa berdecak kagum melihat banyak sekali benda sihir dalam ruangan ini. Seorang pria memasuki kelas dengan tegas dan percaya diri. Sebagian siswi berteriak saat melihatnya.
"Selamat siang semua. Aku.... Mulai saat ini tolong perlakuan aku seperti guru kalian. Tidak ada tunduk hormat namun harus ada menghargai. Panggil saja aku tuan mulai sekarang bukan Putra Mahkota. Kalian mengerti?"ucap Vilen berambut hitam itu.
"Siap Tuan!" Jawab mereka serentak.
"Hari ini untuk memulai kelas ini. Kalian harus memanggil hewan spirit kalian. Ini tidak mudah, jika memang mudah kalian mungkin tak kesini hari ini. Aku akan menjelaskan caranya, tolong diperhatikan karena aku tidak akan mengulangi lagi" Vilen kemudian menjelaskan cara pemanggilan hewan spirit. Setelah selesai ia mempersilakan para murid untuk mengikutinya dan menfokuskan sihir mereka masing-masing.
Anexa mencoba menfokuskan sihirnya. Ia juga melafalkan mantra yang telah diajarkan. Perlahan namun pasti sebuah cahaya dari tangan nya muncul.
Blass! Seperti balon yang meledak seekor hewan muncul dari cahaya itu. Anexa membuka matanya lalu melihat seekor kelinci putih dengan mata berwarna emas serta sebuah permata putih di dahinya.
"Wah! Kau sangat cantik!"ucap Anexa pada hewan melayang itu. Semua perhatian tertuju padanya. Mereka semua takjub karena Anexa orang pertama yang berhasil memanggil hewan spirit.
"Sungguh mengagumkan Anexa. Kau berhasil memanggil hewan spirit tingkat tinggi. Sesuai harapan sang penyihir cahaya" puji pria itu. Anexa tampak malu menerima pujian dari seorang Putra Mahkota. Disaat bersamaan seorang gadis berambut coklat berhasil memanggil seekor burung Phoenix dengan ujung sayap menguarkan api.
"Wah Laura sangat hebat. Bukan kah itu hewan yang susah dijinakkan?" Ucap sala satu murid.
"Kerja bagus Laura"puji Vilen singkat dengan nada agak memaksa. Lalu ia kembali mengawasi murid lain.
Laura hanya menyeringai seakan sudah tahu bahwa pria yang berstatus sebagai tunangannya itu mengucapkan kalimat seperti itu.
"Cih, sialan"Laura menatap tajam Anexa.
_________________
Tsep! Zalia menancap pedangnya ke tanah. Ia agak sedikit lelah sekarang. Tapi tidak selelah ia menghadapi kakaknya. Zalia merasa marah saat ia diremehkan tadi, mereka hanya menilai luaran saja. Dan kini Zalia telah mengalahkan dua puluh delapan orang. Hanya tersisa satu orang yaitu Xion yang sedang tertidur di bangku panjang.
Saat Zalia ingin menghampirinya, instruktur sudah membuat pengumuman.
"Peringkat pertama diduduki oleh Zalia Winter Axya. Selamat selama seminggu kau boleh untuk tidak ikut latihan pagi"
"Tetapi aku belum melawan Xion!"
"Kau tak perlu melawan nya karena dia sudah menyerah sejak pertama kau mulai" ucap Delix santai. Mulut Zalia terbuka, ia tak menyangka lelaki itu menyerah sebelum bertarung.
"Hari ini sampai disini saja. Kalian boleh makan siang dan istirahat siapkan tenaga untuk besok. Karena besok kita akan latihan keras" pinta Delix kemudian pergi dari sana.
Zalia dengan raut wajah kesal langsung menghampiri Xion yang masih tertidur. Ia mencoba menggoyang tubuhnya namun ia tak bergeming sedikitpun.
"Apakah dia sudah mati?" Gumam Zalia. Ia tak sengaja melihat ada botol berisi air tak jauh dari sana.
Zalia berlari kecil mengambil botol itu. Ia kemudian menyeringai licik.
Byurr! Xion membuka matanya saat merasa air membanjiri wajahnya. Ia segera bangun dan mendapati wajah kesal Zalia disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Dipilih Pedang Emas
Fiksi RemajaSeorang gadis malang mengalami sebuah kecelakaan lalu bertransmigrasi menjadi tokoh figuran di novel. Ia ditakdirkan untuk mati sebelum cerita dimulai. Namun sebuah keadaan mengubah takdir nya. Ia ternyata putri Duke yang hilang, Zalia Winter Axya. ...