bagian 6

810 53 1
                                    

revan bangun dari tidurnya. dia meringis merasakan sakit akibat hukuman sang ayah begitu juga sakit dikepala nya yang tiba tiba datang. Ia melihat jam ternyata masih pukul 2 pagi. Ia memegangi kepala nya sambil berusaha berjalan ke meja belajar dia harus belajar atau ayahnya semakin murka. Dia tidak memperdulikan sakit di badannya bahkan ia juga lupa bahwa perut nya belum diisi.

Tak lama kemudian revan menutup mulutnya tangan yang semula memegangi kepalanya kini justru memegangi perutnya ia merasa mual. Ia menuju kamar mandi dan memuntahkan segalanya bahkan yang keluar hanyalah cairan. lama ia di memuntahkan segalanya membuat ia lelah, ia bersandar pada dinding kamar mandi untuk memulihkan tenaganya. Merasa sudah lebih baik ia duduk didepan meja belajar nya sambil membuka laptop.

'ini kenapa gua makin hari makin lemah aja sih nyusahin banget' gumam revan

ia memaksakan kondisi nya untuk belajar walaupun ia tidak bisa menjadi azka ia harus bisa membanggakan orang tuanya termasuk ayahnya. tapi baru beberapa saat ia memahami materi yang ia pelajari cairan menetes diatas kertas. Ia memegang hidungnya ternyata ia mimisan.

'ckk tadi muntah sekarang mimisan ada yang ga bener sama tubuh gua'

dengan tangan kiri yang memegang hidungnya dan tangan kanan yang menulis ia melanjutkan belajarnya.

Pukul 5 subuh

ia baru menyelesaikan belajarnya dengan mata yang mengantuk ia membawa tubuh lelahnya ke atas kasur. masih ada waktu 1 jam untuk sekolah.

ia memasang alarm dan bergegas untuk tidur. kenapa? kenapa memasang alarm bukannya ada bunda nya?. bunda nya tidak akan repot repot untuk membangunkan revan pergi sekolah sebab itu ia memasang alarm agar tidak kesiangan.

pagi menjelang. Revan terbangun dengan badan yang kaku semua, kepala nya berdenyut mungkin efek karna tidur hanya 1 jam. Lalu ia membersihkan diri dan segera bersiap pergi sekolah. Setelah beres ia keluar dan menuju meja makan. saat ia di meja makan ia tidak melihat apapun diatasnya ia tidak melihat ayah, azka dan juga kevlar. yang ada hanya bundanya yang sedang menyiapkan makanan dan bundanya sudah rapih. 'bunda mu kemana pagi pagi gini' pikir revan

'bunda?' panggil revan

'loh abang sudah siap?' bundanya menoleh

'iya, pada kemana bun ko sepi?'

'ayah sudah berangkat bareng azka, adikmu semalam masuk rumah sakit'

revan mengangguk ia tidak kaget saat mendengar kevlar masuk rumah sakit saat tubuhnya kembali drip. Pantas saja ia merasa rumahnya itu sangat sepi.

'abang maaf ya bunda tidak menyiapkan sarapan bunda buru buru adikmu sendirian dirumah sakit ini bunda langsung mau kesana' sesal bunda

'iya bun gapapa'

'yasudah bunda pergi dulu ya nak, kamu hati hati, oh iya bang nanti pulang sekolah bantuin bunda jagain kevlar ya bunda harus ke butik karna ada yang harus diurus'

sejenak revan berfikir antara mengiyakan atau tidak, soalnya sehabis pulang sekolah ia sudah ada janji basket dengan teman temannya. tapi tak lama..

'iya bun nanti revan kesana'

'terimakasih ya bang, bunda jalan dulu'

'hati hati bun'

bunda hanya membalas dengan senyuman. Revan merenung apakah bunda nya tidak mau meminta maaf atas semalam? kenapa sikap bunda nya seolah tidak terjadi apa apa. Kevlar sangat disayang oleh bunda nya, azka sangat disayang oleh ayahnya, lalu ia?...

Revan tersenyum miris. miris dengan hidupnya, meratapi dirinya yang tidak diperdulikan. membayangkan keluarga itu nampak sempurna tanpa adanya revan. bahkan... bundanya tidak melihat muka pucatnya revan.

RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang