Author POV
Keringat bercucuran di sekitar pelipis Lisa. Meski rambut panjangnya sudah diikat, dan kedua tangan bajunya juga sengaja dilipat hingga sampai pada siku, namun itu tak berguna sama sekali untuk menghilangkan rasa gerahnya.
Lisa mengibas-ngibaskan satu tangan. Tetap sambil memperhatikan guru olahraga mereka yang tengah berbicara di depan sana.
Posisi mereka saat ini sedang berada di tengah lapangan bola yang tersedia khusus untuk murid-murid SMA ADIRA. Lapangan ini bisa dibilang adalah lapangan pribadi mereka.
Kegiatan olahraga sudah selesai beberapa menit yang lalu. Kini hanya tinggal rasa penatnya saja yang masih terasa.
Jennie diam-diam terus memperhatikan setiap pergerakan Lisa. Gadis pintar itu duduk tepat di hadapan Jennie.
Hingga saat Chungha—salah satu teman sekelas mereka—terlihat seperti sedang ingin mengajak Lisa bercanda. Dengan sigap, Jennie menarik kedua bahu Lisa dan membuatnya lantas bersandar di sela-sela dada Jennie.
Tak cukup hanya sampai di sana, kemudian Jennie juga sengaja melingkarkan kedua tangannya pada leher Lisa. Jennie langsung berpura-pura terlihat fokus kembali memperhatikan guru olahraga yang masih berbicara. Sedangkan Lisa tersenyum.
Chahee segera menyenggol lengan Irene. Mengisyaratkan gadis itu untuk menatap ke arah Jennie. Raut wajah keduanya langsung tampak terkejut. Tak biasanya.
"Jennie bukannya nolak perjodohan dia sama Lisa ya, bam?" Kebetulan Bambam duduk tepat di samping Chahee.
Pemuda itu lalu menoleh. Ia mengangguk sekilas sambil ikut memperhatikan Jennie dan Lisa. Jarak duduk mereka memang agak berjauhan, terhalang oleh beberapa murid yang lain.
"Mereka ternyata pacaran."
"What the hell?"
"Anjir! Anjir! Kan? Apa kata gue ren?!"
"Lo ga usah sok ngomong seolah-olah paling tau deh, segala apa kata gue apa kata gue mulu. Lo aja ga ada nebak apa-apa." Irene langsung memutar bola matanya, jengah.
Kini mereka bertiga tak menghiraukan lagi guru olahraga yang terus berbicara di depan sana. Fokus mata mereka justru malah diam-diam sedang mengintip setiap hal yang dilakukan oleh Jennie dan Lisa.
Terlihat di sana Jennie sesekali mengelapkan keringat yang bercucuran di sekitar pelipis Lisa dengan jari-jari tangannya. Begitu penuh perhatian.
"Gue diceritain Lisa tadi pagi, katanya biar gue ga kaget kalo tiba-tiba mereka udah ga adu mulut lagi." Kata Bambam menambahkan.
"Lah Jennie ga ada cerita ke kita."
"Belum kali." Balas Chahee.
"Tapi udah berapa lama deh? Lo ngomong tadi pake kata ternyata ya yang berarti ngga baru aja tuh? Atau gimana?" Irene menatap Bambam.
Gadis itu adalah ahlinya di bidang bahasa. Jadi, sesingkat apapun kalimat orang lain jika terasa janggal dalam pemahamannya, maka Irene akan bertanya untuk memastikannya.
"Kata Lisa sih mereka putus nyambung."
Raut keterkejutan yang luar biasa kian tercetak jelas di wajah Chahee.
Sedangkan Irene kini menaikkan kedua alisnya. Menatap Bambam penuh selidik.
"Lo yang bener?"
"Ga bohong gue, beneran. Lo tanya aja langsung ke orangnya kalo ga percaya, gue juga sama kok kaya lo."
"Sama kaya gue gimana? Lo masih ga percaya juga?"
"Iya."
"Ren, ren." Chahee menepuk pundak Irene, mendekatkan bibirnya ke sana guna berbisik pelan pada telinga Irene, "pantes ya waktu gue diintrogasi sama Jennie pas di perpus itu dia ga ada marah sama sekali soal gue yang sering ngerekam suara dia. Masalah duit juga dia ga marah, kan? Ternyata oh ternyata.."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISIUS - JENLISA ✔
General Fiction❝ Pernah ga liat dua cewe pinter berantem karena teori? Kalo belum, sini kenalan sama mereka. ❞