4. Perkara sepeda listrik

6.8K 1.2K 80
                                    

Author POV

Jennie harus banyak-banyak menyetok rasa sabarnya malam ini.

Selain karena ucapan-ucapan konyol yang dilontarkan oleh Chahee, juga untuk keteledoran Irene yang sama sekali tak ada menyediakan bahan makanan sedikitpun di rumahnya.

Keadaan kulkas gadis itu benar-benar kosong melompong.

Jennie bukannya tidak tahu diri, tapi tamu itu adalah seorang raja, bukan? Dan Irene justru malah menjadikan Jennie seperti seorang budaknya.

"Beli apa lagi Cha?"

"Terasi."

"Terasi katanya Jen, beli yang lima ribu aja. Terus buat telurnya lo beli telur bebek, empat biji ya, Jen. Chacha katanya alergi kalo telur ayam."

Jennie hembuskan nafasnya pasrah untuk yang kesekian kali. Meskipun demikian, tangan Jennie tetap bergerak untuk mengambil barang-barang yang dikatakan oleh Irene dan Chahee—lewat sambungan video call.

Saat masih asik berkumpul tadi, ketiga gadis ini tiba-tiba saja dilanda oleh rasa lapar.

Karena Irene sedikitpun tak ada menyetok bahan makanan, mereka akhirnya sepakat untuk berbagi tugas. Jennie kebagian tugas untuk membeli bahan-bahan makanan mentah yang akan dimasak, sedangkan Irene dan Chahee nanti akan memasaknya.

Mengapa mereka tidak membeli makanan yang sudah matang saja?

Itu karena Jennie adalah pribadi yang sangat pembersih. Ia paling tidak suka pada makanan yang tidak higienis. Sehingga Jennie lebih memilih untuk memasak sendiri makanan itu, ketimbang harus membeli atau memesan secara online.

Dan berbelanja bahan mentah ke supermarket seperti ini lebih baik bagi Jennie, dari pada ia harus memakan makanan yang tidak bersih.

Bukannya Jennie meragukan para pedagang-pedagang di luaran sana, tetapi Jennie pernah mengalami dirinya yang harus rawat inap di rumah sakit karena jajan sembarangan. Jadilah semenjak itu, bisa dibilang Jennie sekarang memiliki trauma.

"Terus apa lagi?" Ucap Jennie, sambil mendorong troli belanja.

Sedangkan ponselnya hanya ia genggam di satu tangan. Tak perduli jika layar video call itu menjadi penuh karena tertutup oleh telapak tangannya.

"Apa lagi Cha?"

"Itu—apa ya.."

"Ngomong yang bener, Cha. Jangan sampe gue salah ambil terus disuruh balik lagi ke sini, ogah. Gak mau." Jennie berkata.

Mengingat bahwa mereka telah berencana akan memasak telur balado. Namun resepnya hanyalah Chahee yang tahu.

”Kangkung dua iket."

Jennie dapat mendengar suara Chahee yang langsung berteriak kesakitan di ujung sana. Sudah bisa dipastikan, Irene pasti sedang mencubitnya.

"Serius deh, apa lagi? Gue jadi diliatin orang-orang nih." Nada suara Jennie mulai ketus.

"Udah Jen, itu aja kata Chacha. Kalo lo mau snack atau apa ambil aja sekalian buat cemilan."

"Oke, kalo gitu gue matiin dulu ya. Nanti gue chat lagi kalo ada apa-apa, jangan off."

"Iya bawel, iya."

Kemudian Jennie mematikan sambungan teleponnya. Ia berjalan menuju kasir.

Berhubung keadaan supermarket ini tengah sepi pembeli, jadi tak sampai lima menit, belanjaan Jennie sudah selesai dihitung dan dibayar. Ia lalu mengucapkan kata terima kasih sembari menyambut uang kembalian. Setelahnya, Jennie pun keluar dari sana.

AMBISIUS - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang