Author POV
Satu minggu kemudian.
Setelah dipertimbangkan dan juga disepakati oleh kedua belah pihak, kini mulai sekarang Jennie dan Lisa sudah harus tinggal serumah untuk lebih mengenal satu sama lain guna menyempurnakan perjodohan mereka.
Perlu diingat, meskipun keduanya memang telah saling jatuh cinta namun baik dari keluarga Lisa atau dari keluarga Jennie tidak semena-mena akan menikahkan keduanya secara gamblang.
Karena yang berpengalaman akan lebih dewasa. Sehingga om Hari dan om Adira secara pribadi sama-sama menginginkan yang terbaik untuk anak mereka.
Dan mereka bilang, jika sudah tinggal serumah nanti pasti kita akan lebih tahu bagaimana sifat asli pasangan kita. Sedangkan yang bertemu sewaktu-waktu seperti itu hanyalah kemungkinan besar baru 50%-nya saja.
Jennie ingat sekali perkataan tersebut keluar dari mulut ayahnya. Tak luput. Apa yang beliau ucapkan ternyata benar.
Jika tidak tinggal serumah, Jennie mungkin tidak akan pernah tahu kebiasaan Lisa yang ternyata harus selalu minum susu dahulu sebelum tidur. Lalu, ada lagi yang lebih membuat Jennie tercengang yaitu kebiasaan Lisa yang jika ingin mandi pasti gadis itu harus membawa mainan bebek kuningnya.
Lucu sekali. Sifat Lisa di luar sana ternyata sangat jauh berbeda dengan sifat Lisa ketika sedang berada di rumah.
Kini, sudah satu minggu berlalu semenjak mereka pindah ke apartemen pribadi dan hanya tinggal berdua.
Selama itu pula keduanya merasa jauh lebih nyaman. Privasi mereka menjadi tidak terganggu, dan keduanya begitu yakin jika untuk masalah tinggal serumah, mereka pasti akan tahan hingga sampai bertahun-tahun lamanya.
Apartemen milik Lisa ini berada di lantai dua dari gedung Hari's House. Sengaja tidak memilih yang lebih tinggi sebab Lisa dan Jennie masih harus bersekolah.
Padahal kata om Hari, jika Lisa membeli yang di lantai delapan atau sembilan maka suasananya akan terasa lebih mewah dan fasilitasnya pun jauh lebih lengkap, seperti adanya kolam renang pribadi serta lapangan untuk bermain golf. Namun Lisa menolak itu, dan dia jauh lebih mementingkan kenyamanan Jennie dahulu.
"Ayo kita main truth or dare."
"Ayo, tapi yang ga sanggup ngejalanin dare atau ga bisa ngejawab truth harus jongkok selama permainan sampai si lawan juga kalah." Kata Jennie.
"Deal." Lisa pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Saat ini mereka berdua sedang duduk berhadapan di atas kasur. Sama-sama sudah memakai piyama tidur.
"Jadi gini rulesnya, karena kita mainnya pake kartu jadi untuk nentuin siapa yang main duluan, kita pake gunting batu kertas dulu. Nanti yang kalah, dia yang main duluan. Terus untuk giliran selanjutnya kita ganti-gantian." Kata Lisa menjelaskan.
"Loh kamu ada beli kartu truth or dare? Kok aku ga dikasih tau?"
"Ngga, tapi ini dikasih kak Rosé kemaren pas aku ulang tahun."
"Coba sini aku liat."
Lisa lalu menyerahkan sekotak kartu yang berwarna pink itu ke tangan Jennie.
Ketika Jennie mengambilnya dan sedang membacanya, raut wajah gadis itu pun seketika berubah kebingungan. Ia kembali menatap Lisa.
"Kamu serius mau main ginian?"
"Ginian apa? Emang kartunya ada yang salah ya?"
"Tau, kamu liat aja sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISIUS - JENLISA ✔
General Fiction❝ Pernah ga liat dua cewe pinter berantem karena teori? Kalo belum, sini kenalan sama mereka. ❞