Author POV
Suasana sekolah tampak berbeda hari ini, sebab ujian hari pertama untuk kelas 12 akan dilaksanakan.
Jam masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
Namun sudah sejak tadi, Jennie terus berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa. Ia bahkan sudah belajar secara pribadi bersama Lisa tadi malam—tidak perlu diceritakan bagaimana detailnya—mereka sembari melakukan study date.
Saat ini Jennie tengah bercermin di wastafel toilet sekolah khusus perempuan, yang letaknya ada di lantai enam.
Sekolah swasta milik ayahnya memang terkenal mewah dan elegan.
Dan tepat di samping Jennie, ada Lisa juga yang tengah menunggunya. Sesekali gadis cantik itu tertawa ketika melihat kekasihnya yang tampak gugup dan tidak karuan rasa.
"Kenapa ya aku setiap mau ujian pasti gugup terus." Jennie menatap Lisa lewat pantulan cermin.
"Mau aku peluk dulu?"
Jennie lantas berdecak malas.
"Ga nyambung, Naraja."
"Ya kali aja kan kamu butuh pelukan dari aku. Biasanya kamu kalo udah aku peluk pasti bakal tenang." Lisa terkekeh.
"Itu kalo aku lagi nangis, lagi sedih. Sedangkan ini kan gugup, ngerti ga sih?"
Melihat Jennie yang mulai kesal terhadapnya membuat Lisa malah kian tertawa.
Sedari dulu gadis cantik itu tidak pernah berubah, Lisa begitu menyukai kekesalan Jennie yang kadang bisa sampai memukulnya.
Lisa lalu mendekati Jennie. Berdiri tepat di belakangnya, dan tangan panjang itu kemudian menyentuh kedua sisi pundak Jennie.
Sudut bibir Lisa langsung tersenyum, memberikan semangat penuh melalui tatapan mata.
Jennie yang masih memandanginya sontak saja langsung berusaha untuk menenangkan detak jantungnya. Nafasnya pun perlahan berhembus melalui belah bibir, hingga mulai teratur.
"Lebih mendingan?"
Kepala Jennie mengangguk singkat sambil tersenyum manis ke arah Lisa. Tubuhnya pun kemudian sengaja berbalik, berhadapan langsung dengan tubuh Lisa.
Membuat kedua netra mereka saling beradu. Bertemu dalam satu tatapan penuh kasih sayang.
"Posisi kita deket kok, kalo kamu mau apa-apa tinggal tanya ke aku aja." Kata Lisa.
"Kalo yang ditawarin itu Chacha, dia pasti langsung kesenengan. Tapi ini aku, seorang Jennie Adira yang ngga akan kesusahan sedikitpun tanpa bantuan siapapun." Balas Jennie dengan nada sombong.
"Sekarang aja bilangnya gitu, nanti pas udah ketemu soal yang berbau teori-teori astronomi, baru larinya ke aku."
"Lagian astronomi tuh mapel ga jelas, ngapain anjir belajar soal ruang angkasa kan ga semua orang perduli kenapa ada matahari, kenapa ada bulan gitu." Ketus Jennie.
"Banyak loh yang perduli, contohnya aku."
"Kalo kamu mah udah di level gila astronomi."
Ketika Jennie mendorong sedikit tubuh Lisa untuk keluar dari ruangan toilet itu, Lisa lekas-lekas mengikutinya sambil tertawa.
Jika sudah mengenai sesuatu pelajaran, maka mereka memang perlu berdebat lebih dahulu baru nanti akan akur lagi.
Kini mereka berdua pun mulai berjalan menuju ke ruangan ujian yang telah dibagikan.
Lisa melirik sebentar jam yang tersemat pada layar ponsel digitalnya. Sekitar lima belas menit lagi ujian mata pelajaran yang pertama akan di mulai.
Keadaan koridor sekarang sudah terlihat sepi. Murid-murid yang lain pasti sudah saling memasuki ruang ujian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBISIUS - JENLISA ✔
Aktuelle Literatur❝ Pernah ga liat dua cewe pinter berantem karena teori? Kalo belum, sini kenalan sama mereka. ❞