18. Adik ku

106 21 8
                                    

-Gilang-

Ya!! Dia adik ku, adik yg selalu ada bersama ku, aku benar-benar terharu saat dia membela ku, belum pernah ada yg membela ku seperti ini, hanya dia, adik ku!!

Semua diam setelah mendengar ucapan fajri, shandy yg tadi kelihatan marah kini benar-benar diam, entah apa yg sedang dia katakan di dalam hati nya, mungkin dia sedang marah karna ucapan fajri? Atau justru dia tersadar karna ucapan nya?

"Gue cape jadi adik yg ga berguna, seharusnya.. Sebagai adik gue bisa membuat abang-abang gue akur, ga kayak gini.. " ucap fajri

"Bangsen.. Maaf tadi gue bentak lo, jujur gue ga ada niatan sama sekali, tadi gue cuma emosi, dan gue ga suka aja lo bentak gilang tadi.." shandy tak menjawab

Kini fajri berdiri di hadapan ku, seperti nya dia ingin mengatakan sesuatu, namun aku tak tau apa itu

"Banglang.. Maaf, gue belum bisa jadi adik yg baik, tapi lo tau kan? Selama ini gue udh berusaha menjadi adik yg baik, walaupun akhirnya ga berhasil.." ucap nya

"Gue bukan abang lo"

"Siapa bilang?"

"Bunda"

"Bunda lagi bercanda aja bang, dia ga seriuss.. Lo abang gue kok"

"Mau sekuat apapun lo bilang gue abang lo, kalo kenyataan nya gue bukan abang lo yg gue bukan abang lo.. Ji, yg di bilang bunda itu bener, dia ga salah, dan yg selama ini di bilang bangsen juga bener, gue bukan anak ayah dan bunda, dan itu artinya gue bukan abang lo.. Udah ya, makasih untuk semua perjuangan lo selama ini, mau membuat hubungan gue dan bangsen baik? Ga mungkin"

"Ga ada yg ga mungkin di dunia ini bang.."

"Tapi kenyataan nya emang ga akan mungkin, bangsen terlanjur benci sama gue.. hhh.. Udahlah ji, gue cape, mau pulang.. Lo istirahat dulu ya, biar cepet sembuh, jangan banyak gerak nnti sakit nya makin parah, oh ya.. Kalo udah sembuh, jangan lupa kabarin gue ya, walaupun mungkin kita ga akan pernah ketemu lagi, karna gue ga dapet izin untuk itu.."

Ku tepuk pundak nya pelan, aku tersenyum.. Namun dia tak membalas senyuman ku, baru saja aku ingin membalikan tubuh ku, tiba-tiba saja fajri menggenggam tangan ku, lalu dia menatap ku

"Gue ikut.."

"Tapi keadaan lo masih belum baik.."

"Gue akan baik jika ada di dekat lo, jadi pliss gue ikut.."

"Ga bisa ji, jangan.."

Aku memberikan senyuman kepada nya, setelah itu ku lepaskan tangan nya yg tadi menggenggam tangan ku, dan kini aku membalikan tubuh lalu pergi

-Fajri-

Ruangan menjadi hening setelah dia pergi, aku masih berdiri di tempat ku, begitu pun dengan shandy, tak tau dia sedang berkata apa di dalam hati nya, sampai akhir nya dia berteriak karna kesakitan

"Arghhh.."

"Bangsen?" aku menghampiri dia yg kini masih berteriak karna merasa kesakitan

"Arghhh.. Sakit banget"

"Bang lo kenapa? Penyakit lo kambuh lagi?"

Dia yg tadi memegang kedua belah perut nya kini terjatuh, dia menutup matanya yg artinya dia tak sadarkan diri

"Bangsen? Bang, bangun bang.." aku menepuk pipi berharap dia bangun, namun nihil.. Sampai akhirnya datanglah farhan

"Shandy? Kenapa?"

"Tadi Penyakit Bangsen kambuh, dan dia pingsan"

"Ya ampun.. "

~

Andaikan Kau Datang || UN1TY - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang