Wajah para murid yang tadinya lesu dan lelah berganti menjadi bahagia ketika mereka mendengar suara bel yang menandakan jam pelajaran pertama telah usai, digantikan oleh waktu istirahat yang akan dimulai dua menit lagi.
Sebagian siswa dan siswi mulai sibuk membereskan buku dan alat tulisnya. Tapi bagi murid yang malas, ritual itu akan dilakukan nanti jika bel tanda pelajaran terakhir selesai sudah berbunyi.
Dita adalah salah satu murid dari kelas X-IPS 1 yang termasuk di golongan pertama. Gadis itu mulai membereskan buku dan alat tulis lalu memasukkan semuanya ke dalam tas hitam miliknya.
Sebelum menutup tas sekolah, tangan Dita bergerak untuk mengambil tas lain yang lebih kecil berisi bekalnya siang ini.
"Baik Anak-Anak, Ibu akhiri pelajaran Bahasa Indonesia hari ini. Selamat beristirahat," ucap Diska, wali kelas X-IPS 1.
Semua murid di kelas serentak menjawab. "Iya, Bu."
Begitu Diska sudah keluar kelas, seorang gadis yang posisi duduknya berada samping Dita memulai pembicaraan. "Ke kantin bareng gue yuk, lo mau nggak?"
Jujur saja, Dita sedikit kaget karena gadis yang belum ia ketahui namanya ini langsung bicara to the point. Tapi Dita menyukainya, karena dirinya sendiri juga bukan tipe orang yang suka basa-basi.
"Boleh." Dita memandang tas yang berisi bekalnya sebelum melanjutkan kalimat. "Tapi gue bawa bekal sendiri, gimana?"
"Nggak masalah, gue juga bawa bekal sendiri, kok." Gadis itu membuka tas cokelat muda yang ia bawa lalu mengambil sesuatu berbentuk kotak dari dalam sana.
Dita agak terkejut ketika melihat teman sebangkunya mengeluarkan sekotak teh celup. "Gue bawa ini, buat diseduh di kantin nanti. Lo mau es teh nggak?"
Dita menggerakkan kepala ke atas dan bawah. "Iya, gue mau."
"Yaudah, ke kantin sekarang, yuk." Gadis itu berdiri sambil membawa teh celup, disusul oleh Dita yang membawa tas bekal.
Dita dan gadis itu berjalan berdampingan menuju kantin. Sebenarnya Dita ingin berkenalan dengan gadis yang berjalan di sampingnya ini. Tapi kalau boleh jujur, Dita masih dilanda kecanggungan.
Dita menghela napas lalu mengembuskannya, mencoba memberanikan diri. "Dari tadi kita belum kenalan."
Si gadis berhenti, hal yang sama juga dilakukan oleh Dita kemudian melengkungkan bibir sebelum mengulurkan tangan. "Kenalin, nama gue Disha Alternia Taranto."
Dita menyambut uluran tangan Disha. "Nama gue Dita Aliani Prasetyo."
Dita dan Disha kembali melanjutkan langkah mereka melintasi koridor. Saat ingin berbelok ke arah area kantin, pertanyaan kedua muncul di kepala Dita.
Belum sempat bertanya, si gadis sudah mendengar Disha mengatakan satu kalimat yang harus dijawab oleh Dita. "Lo bawa bekal apa?"
"Bubur ayam."
Disha mengangguk untuk merespons apa yang si lawan bicara katakan. Begitu mereka berdua sudah sampai di tempat yang menjual minuman seduh kemasan, Disha pun mengutarakan keinginannya.
"Bu, saya mau beli es teh, dua gelas." Disha memberikan sekotak teh yang ada di tangan kanan. "Tapi saya bawa teh celup sendiri, boleh nggak?"
Wanita di hadapan Disha mengangguk. "Boleh, Mbak. Harganya 3 ribu, ya."
"Iya." Disha menyerahkan teh celup yang dibawanya dan uang lima ribu pada beliau.
Penjual minuman memberikan kembalian uang sejumlah dua ribu pada Disha lalu melihat kotak teh yang dibawa oleh Disha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful
Teen FictionMasa SMA yang dijalani Dita berbeda. Gadis itu sempat lelah menjalani hari-hari di SMA Gunadarma yang begitu berat, tapi Dita bersyukur karena tidak semua orang di sekolah Gunadarma mengukir kejadian buruk di memori otaknya. Ada orang-orang baik yan...