2

49 23 10
                                    

Angkot yang ditumpangi Dita sudah berhenti di depan rumahnya. Ia segera memberikan uang yang tersimpan di saku seragam. "Makasih, Pak."

"Sama-sama, Mbak."

Dita turun dari angkot lalu berjalan ke teras rumah yang begitu luas. Seperti biasa, Dita langsung melihat kesibukan kedua orangtuanya dan dua pekerja di warung bubur ayam.

"Assalamualaikum."

Salam yang Dita lontarkan membuat orangtua, pekerja, dan beberapa pelanggan menoleh lalu mereka menjawab. "Waalaikumsalam."

Dita melangkah menghampiri ibunya yang sibuk menggoreng ayam yang akan dijadikan topping bubur. Sadar jika Dita berdiri di sampingnya, wanita itu langsung melepas sarung tangan yang dipakainya lalu beliau mengulurkan tangan ke sang anak.

Dita menyalami dan mencium tangan ibunya. Setelah itu pandangan Dita dan wanita yang disayanginya sama-sama terarah ke wanita yang duduk di salah satu kursi, beliau sedang memberi jeda saat menyantap makanan.

Pelanggan itu berkata, "Bu Darti, tolong isi ulang kacang lagi dong. Soalnya kacang yang ada di meja udah habis nih."

Dita sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Tapi sebelum Dita melakukan tugasnya, Dita melepas tas yang digendong di punggung terlebih dahulu lalu gadis itu memberikannya kepada Darti, barulah Dita berjalan ke meja tempat pelanggan meminta isi ulang kacang.

Dita mengambil wadah berwarna putih tersebut lalu berjalan cepat menuju meja di mana baskom besar berisi kacang tanah berada. Dita mengambil kacang menggunakan centong.

Dita segera menutup wadah itu saat kacang tanahnya sudah terisi penuh, lalu Dita berjalan untuk menaruh wadah yang ia bawa kembali ke meja.

Namun, sebelum Dita berbalik untuk mengambil tas yang ada di tangan Darti, Dita menyempatkan waktu untuk mengobrol dengan  pelanggan itu.

"Bu, gimana rasa buburnya? Ada yang kurang nggak?"

Wanita berumur 40 tahunan itu menunda keinginan untuk menyendok bubur dan memasukkannya ke dalam mulut, ia mengarahkan pandang ke Dita lalu beliau tersenyum. "Sama kayak hari-hari biasanya, enak."

"Syukurlah kalo Ibu selalu suka. Kalo gitu, saya ke dalam rumah dulu ya, Bu. Mau ganti baju."

Pelanggan itu tersenyum. "Iya, Dita."

Dita membalikkan tubuh kemudian gadis itu melangkah menuju ke satu kursi kosong—tempat Darti menaruh tas Dita, letaknya tepat di samping kanan ayahnya yang sibuk menusukkan usus ke tusukkan sate dibantu oleh satu pekerja lainnya yang sedang menusukkan hati dan ampela ayam.

Dita menggendong tasnya kembali. Tapi sebelum berjalan masuk ke rumah, Dita tersenyum lalu mencium pria yang sangat ia cintai itu. "Dita sayang banget sama Bapak Darlan yang keren."

Darlan tertawa mendengar ucapan sang anak, kemudian beliau membalas. "Bapak Darlan juga sayang sama Dita yang cantik."

Dita berjalan menuju pintu rumah lalu tangannya bergerak untuk membukanya. Saat sudah masuk ke dalam, gadis itu melanjutkan langkah menuju kamar.

Selesai berganti pakaian, tidak lupa ia juga mengeluarkan semua buku dan alat tulis yang ada di tas kemudian Dita menatanya di rak yang terletak di pojok kamar.

Semuanya sudah tertata rapi. Kini Dita berjalan ke lemari, mengambil celemek kemudian memakainya.  Dita keluar dari rumah, gadis itu mulai sibuk membantu orangtua dan dua pekerja warung. Mereka berlima bekerja sama melayani para pelanggan.

###

Dita menghidupkan layar ponsel untuk melihat pukul berapa saat ini. Tidak terasa, jam yang tertera di layar sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

GratefulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang