Dita dan Deri baru saja menaruh panci besar berisi bubur polos di atas kompor, sedangkan Darlan, Darti, dan Dilna sedang membawa suwiran ayam dan bahan pelengkap lainnya, menandakan jam operasional warung bubur ayam Bersyukur akan dimulai.
"Assalamualaikum."
Kelima orang yang mendengar mengarahkan pandangan pada orang yang memberi salam lalu mereka menjawab. "Waalaikumsalam."
Setelahnya sang gadis berjalan menghampiri dua orang yang datang. "Disha, Debi," ucap putri Darlan sambil menatap mereka bergantian.
Dita merogoh saku celana kemudian putri penjual mie ayam mengambil ponsel untuk melihat jam. "Ini masih jam 7 pagi loh, kalian kayak ke sekolah aja."
"Gue sengaja ajak Disha ke sini pagi-pagi, karena gue lapar. Alasan keduanya, karena gue penasaran banget sama rasa bubur ayam di warung ini."
Dita mengarahkan pandang ke kursi dan meja yang terletak di sampingnya. "Kalian duduk sini dulu. Sebentar, gue siapin dua porsi buat kalian."
"Nanti dulu, gue mau pesan sama Ibu dan Bapak aja," ucap Disha.
Dita memperhatikan Disha dan Debi—bersyukur karena sang teman sebangku bisa akrab dengan orangtuanya. Sesekali, Dita juga mendengar putri pemilik Hi Glam bicara dengan Darti dan Darlan.
Hal yang membuat Dita senang saat ini adalah, Darlan dan Darti mengira hidupnya baik-baik saja, itu sudah cukup
Tidak lama kemudian, Debi kembali dengan membawa nampan berisi dua mangkuk bubur ayam dan dua gelss teh hangat. Disha meletakkan dua mangkuk dan gelas yang dibawa teman SMP-nya ke atas meja.
"Kalo gitu, gue tinggal, ya," ucap Dita lalu bangkit berdiri, karena gadis itu melihat tempat ini mulai ramai oleh pelanggan lain.
Kini Disha dan Debi sudah sibuk menyantap makanan mereka, tapi saat bubur ayam milik Debi tersisa setengah porsi entah kenapa putri pemilik Hi Glam berhenti sejenak.
Debi mengarahkan pandangan seberang rumah Dita—melihat kendaraan yang tidak asing di matanya. Perlahan tapi pasti, rasa penasaran muncul di hati sang gadis, Debi menunggu sampai ada penumpang yang turun dari kendaraan roda empat tersebut.
Ketika Debi melihat ada seorang gadis yang turun dari mobil itu, Debi membelakkan mata. Detik berikutnya Debi menggoyangkan lengan Disha, ketika sang teman SMP sudah menatapnya, Debi pun berkata, "Sha, lihat deh."
Disha mengikuti arah bola mata Debi, gadis itu melihat seorang gadis yang memakai jaket, kacamata hitam, serta masker.
Disha mengenali gadis ini, terkejut melihat Detina ada di tempat yang sama dengannya.
"Itu Detina, kan?" tanya Disha dengan pandangan yang masih terarah ke seberang jalan.
"Iya," jawab gadis yang duduk di hadapannya.
Disha memutuskan untuk mengikuti apa yang Debi lakukan, menunda makan untuk memperhatikan Detina. Disha melihat Dita yang sibuk mempersiapkan 9 porsi bubur pesanan Detina, dibantu oleh Dilna.
Saat sudah terbungkus semua, Dita menyerahkan dua plastik berukuran sedang yang berisi bubur ayam. Setelah Detina pergi, tawa dua orang teman putri penjual bubur ayam langsung terdengar.
"Hahaha!"
Dita memutuskan untuk berjalan menuju ke tempat Debi dan Disha duduk, lalu sang gadis menempati kursi yang terletak di samping Debi. "Kalian kenapa, sih? Ketawa sampai kencang banget."
Debi menunggu sampai tawa Disha mereda, barulah ia mengajukan pertanyaan pada Dita sebagai awal pembahasan. "Lo ngenalin orang yang beli bubur ayam 9 porsi tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful
Teen FictionMasa SMA yang dijalani Dita berbeda. Gadis itu sempat lelah menjalani hari-hari di SMA Gunadarma yang begitu berat, tapi Dita bersyukur karena tidak semua orang di sekolah Gunadarma mengukir kejadian buruk di memori otaknya. Ada orang-orang baik yan...