BAB 10 - THE PARTNER

330 241 341
                                    

Eve benar-benar serius dalam memikirkan perkataan Tina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eve benar-benar serius dalam memikirkan perkataan Tina. Membuat Ken menyesal karena telah menyia-nyiakannya, Oh tentu saja. Itu adalah pendongkrak semangat paling ajaib yang ia butuhkan saat ini. 

Itulah mengapa pada akhirnya ia sedikit memohon kepada Danny supaya bersedia memberikan kursus tari dansa dalam waktu yang singkat. Meskipun, laki-laki itu beralasan bahwa ia tak begitu mahir atau gerakannya yang terkesan kaku. Pada akhirnya ia dapat dengan mudah luluh.

Jarinya menekan password pada pintu apartemen Danny setelah ia menghubungi laki-laki itu, dan Danny sekarang sedang berada di gym yang terletak di lantai paling atas gedung apartemen ini.

Kakinya berderap memasuki ruangan Danny untuk yang kedua kalinya. Ia membuka mantel dan syal lalu menggantung di lemari penyimpanan. Bediri di balkon sambil menautkan mata pada pemandangan di bawah sana, terutama sungai Thames nampaknya jauh lebih menarik daripada ia menempatkan dirinya di sofa.

Atas ide itu ia menempatkan dirinya di balkon dua menit kemudian. Walau disambut oleh udara dingin yang mampu membekukan tiap syaraf tubuhnya. Namun, ketahanan tubuhnya akan udara dingin memang patut diacungi jempol.

"Astaga dingin sekali!" Suara itu menyentak kesadaran Eve yang tenggelam dalam sungai Thames di siang hari.

"Kau sudah selesai workout?" Gadis itu menarik langkah ke dalam dan menutup pintu balkon kemudian.

Matanya pun turut mematut sosok Danny yang berderap ke dapur, meraih segelas air putih, meneguk cepat. Lalu derapnya di bawa kembali ke ruang tengah.

"Ya, aku memang nyaris menyelesaikan workout-ku ketika kau akan memasuki pintu apartemenku," sahut Danny ringan. Tangannya pun bergerak dalam menanggalkan jaket hitam yang semula melekat pada tubuhnya. Peluh memenuhi rambut dan lehernya.

Sialnya, semua mendadak seperti gerakan slow motion di mata Eve. Tanpa sadar, gadis itu menelan ludahnya kasar, dan manik matanya pun enggan bergeser dari titik itu. Damn! He's freaking hot.

Tak ada angin di dalam ruangan tertutup itu, namun ia dapat merasakan desau aliran udara menyapa wajah dan tengkuknya.

Astaga, sadarlah Eve. Gadis itu menahan napas dan berusaha memindahkan fokus matanya setelah mendapatkan kesadaran penuh. Tiba-tiba saja adrenalinnya terpompa oleh perasaan takjub dan darah menyebar ke pipinya, menimbulkan semburat merah muda di sana. Sedangkan jantungnya yang malang mulai berdebar di luar kendali, padahal seharusnya tak perlu.

Ya Tuhan, apa yang ia lakukan. Mengapa Danny membuatnya terpana seperti itu. Demi apa pun sepertinya otaknya sudah tak waras.

"Aku mandi dulu, setelah itu kita mulai belajar berdansa," pungkas Danny. Tak lama kemudian telinga Eve mendengarkan derap Danny yang telah memasuki kamar mandi.

Gadis itu hanya mengangguk, tanpa menatap Danny. Ia lega, Danny tak menangkap basah Eve yang sedang memandanginya. Ia juga lega, Danny tak menyadari wajah Eve yang memerah. Demi apa pun ia bukan orang mesum. 

Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang