BAB 20 - BIG STRENGTHNESS

200 167 67
                                    

        Ia telah mendapatkan kekuatan besar dari sosok Eve

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Ia telah mendapatkan kekuatan besar dari sosok Eve. Yang pada awalnya ia tidak akan pernah mampu melakukakan pertemuan dengan kedua orang tuanya. Sore ini, ketakutan itu berani ia tepis. Ia melangkah dengan percaya diri memasuki rumahnya, bersama Eve. Gadis itu selalu melayangkan pandangan penuh arti kepadanya, di sepanjang perjalanan. Pandangan untuk menyemangati Danny.

        Sesekali ia juga menggenggam telapak tangan Danny, untuk menyalurkan kehangatan dan kekuatan. Rasa gugupnya menguap, rasa cemasnya menipis, rasa gelisahnya meredup… karena Eve. Eve benar, ia harus melepaskan semuanya. Beban yang bertahun-tahun berkerak di benaknya.

        Orangtuanya cukup terkejut saat mendapati Danny muncul dari daun pintu bersama Eve. Bukan hanya terkejut, yakin sekali mulut ayahnya akan terus mengaga lebar jika tidak segera di sadarkan oleh ibunya. Sedangkan Mrs. Cho, ia nampaknya telah mengantisipasi. Rasa terkejutnya berada pada level lebih rendah dari pada ayahnya.

        Sebuah pertemuan yang cukup menegangkan dan menghadirkan atsmofer mencekam. Tapi kehadiran Eve disana membantunya banyak hal. Mulutnya mampu mengeluarkan apapun yang ia pendam selama bertahun-tahun lamanya tanpa sebuah hambatan, tanpa tercekat, atau apapun. Lalu… perasaan lega melingkupinya.

        Pada sepanjang pertemuan Danny dapat menangkap wajah menyesal, cemas, kecewa, terkejut pada orangtuanya. Ekspresi itu berubah dalam kurun waktu yang cepat dan berulang-ulang. Danny tidak akan pernah mengerti mengapa mereka menampilkan ekspresi itu, padahal dulu saat Danny mengutarakan pendapat, mereka tidak benar-benar menganggapi ucapan Danny, dan selalu menganggap ucapan Danny sambil lalu.

        Namun malam ini berbeda. Apa karena ia telah membawa kartu keberuntungannya? Eve… atau karena selama ini ketidakhadirannya di rumah orangtuanya selama berbulan-bulan lamanya cukup membuat mereka terpukul dan bertanya-tanya? Atau… orangtuanya telah menganggapnya laki-laki dewasa yang mampu berpikir realistis, dan bukannya remaja yang memikirkan apapun hanya berdasarkan perasaan tanpa sebuah logika.

        Pada akhirnya itu tidaklah penting. Orangtuanya benar-benar telah meminta maaf kepadanya dengan penuh penyesalan. Hal yang jauh penting adalah kesalahpahaman ini berakhir. Hubungan dengan orangtuanya membaik. Ia mampu memotong jarak antara orangtuanya dan dia. Dan ia mampu melangkah meninggalkan rumah orangtuanya dengan langkah ringan, tanpa sebuah beban seperti yang ia pikul selama ini saat meninggalkan tempat ini.

        “Danny…” panggil Mrs. Cho lembut, suara itu menahan langkah kakinya untuk bergabung dengan Eve yang telah berada di dalam mobil.

        Danny memutar tubuhnya yang dipenuhi oleh rasa penasaran penuh harapan, dan menemukan ibunya yang melangkah dengan tergesa dari dalam rumah menuju ke halaman rumahnya. Selembar kertas ada di dalam genggamannya.

        Danny menarik sebelah alisnya ke atas saat ibunya mengulurkan sebelah tangannya dengan selembar kertas yang tidak ia mengerti itu apa. Ia mengambil alih dengan perlahan, masih dengan sebelah alis yang terangkat. Rasa penasarannya semakit terbit dan meninggi.

        “Itu sketsa yang kamu buat beberapa tahun yang lalu, kau meninggalkan di kamarmu,” kata Mrs. Cho memberikan sedikit clue untuknya. Meskipun kepalanya belum menyerap seutuhnya apa yang diucapkan Mrs. Cho, tapi rasa bertanya-tanya di dalam benaknya sedikit tersamarkan.

        “Benarkan itu dia? Sketsa wajah Evelyn Young.” Mrs. Cho menambahkan. Alisnya yang terangkat berubah menjadi berkerut. Ia masih belum mampu memutuskan, ia perlu memastikan untuk meredam rasa ingin tahunya. Jari-jarinya membuka lebaran yang terlipat dengan hati-hati.

        “Apa kalian telah saling mengenal begitu lama? Atau jangan-jangan beberapa tahun yang lalu kau sudah menyukainya, sebelum gadis itu menyadari keberadaanmu?” suara ibunya terdengar samar pada telinganya, meskipun begitu ia masih menangkap makna kata-kata ibunya. Karena setelah ia melihat sketsa gambar yang pernah ia buat, ia cukup tercengang selama beberapa saat. Sketsa itu menghisap seluruh perhatiannya, dan membuatnya tenggelam pada dunianya sendiri. Hanya sesaat.

        Pendapat ibunya tidak meleset sedikitpun, itu adalah sketsa wajah Evelyn Young. Beberapa ingatan terlintas di kepalanya. Sebuah kenangan yang tanpa ia sadari berusaha ia temukan dalam tumpukan-tumpukan memori lamanya.

        Pagi itu ia bangun tidur seperti biasanya, di jam yang sama, namun ia bangun dengan perasaan aneh yang melingkupinya. Sedih, gelisah, menyesal, kecewa, takut  menjadi satu. Otaknya terasa kacau. Lalu dengan kesadaran yang belum sepenuhnya ia dapatkan, ia melopat dari ranjang dan sempat terhuyung dalam beberapa langkah, sebuah tabrakan kecil antara tubuhnya dan meja dimana ia meletakkan buku-bukunya tidak dapat ia hindarkan. Tangannya terulur untuk mengambil selembar kertas dan pensil.  Sebelah tangannya yang lain menyeret kursi untuk memberikan ruang bagi dirinya duduk.

        Dengan gerakan cepat jari-jarinya menggores pena pada lembaran kertas, membentuk garis-garis tidak beraturan. Ia hanya ingin menuangkan apa yang otaknya rekam selagi ingatannya tentang wajah gadis itu masih segar. Wajah seorang gadis asing yang hadir di mimpinya, dan memberikan kesan tersendiri baginya.

        Itu bukan mimpi biasa… Danny berpikir seperti itu selagi jari-jarinya menggores tanpa henti. Mimpi itu sangat nyata. Ia bahkan masih mampu merasakan betapa besar rasa cinta yang diberikan gadis itu kepadanya. Atau seberapa besar rasa cinta yang ia rasakan kepada gadis yang hanya ia ingat wajahnya, dan tidak ia ingat namanya. Rasa cinta itu masih merayapinya. Aneh…Danny berpikir bahwa ia sangat aneh. Bagaimana bisa ia mencintai seorang wanita yang tidak nyata.

        “Danny Cho…” Mrs. Cho bersuara lebih keras sambil menggerakkan lengan Danny yang kaku. Lamunannya buyar dalam waktu singkat, ia kembali mendapatkan kesadaran penuh.

        “Pulanglah, terimakasih telah bersedia untuk pulang ke rumah. Dan tolong ucapkan rasa terimakasih ibu dan ayah untuk Evelyn Young.” Mrs Cho tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu Danny ringan. Lalu wanita itu memutar badannya dan melangkah masuk dengan langkah pelan.

        Danny menurunkan tangannya yang semula menegang dan  terasa kaku. Benar… dia adalah wanita yang ada di dalam mimpiku, gumamnya masih berdiri disana, dan berusaha memahami kenyataan baru yang ia dapatkan. Ia baru paham, itulah mengapa ia merasa tidak asing pada pertemuan pertamnya dengan Evelyn Young. Alam bawah sadarnya mampu mengenalnya dengan baik, tapi saat itu otaknya belum mampu menghadirkan memori-memori yang ia cari.

        Ia melipat kertas itu menjadi lipatan berukuran sedang, lalu memasukkan pada saku mantelnya. Ia melangkah dengan perlahan, memotong jarak antar dia dan Eve. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Tempo yang cepat pada jantungnya sangat berbanding terbalik dengan kecepatan langkah kakinya. Tangannya mencengkaram pegangan pintu mobil… dingin.

        Ia membuka pintu dengan gerakan yang sama perlahannya, seolah berusaha mengumpulkan kendali diri sebelum menghadapi kenyataan. Detik itu benaknya belum sanggup meyakini jika Eve pernah hadir di mimpinya.

       Ketika otaknya mampu menyerap semuanya ia mulai menyadari ia telah mencintai Eve jauh sebelum ia menyadari. Perkara itu justru menumbuhkan kekhawatiran jauh di dalam benaknya. Ia takut Eve memiliki perasaan yang bertolak belakang terhadapnya. Sedangkan ia harus berdiri tegak pada prinsipnya. Membiarkan Eve pergi dan mengembalikan hidup Eve seperti sebelum kedatangannya.
Apakah ia mampu?
Ia meragukan dirinya sendiri?

 Apakah ia mampu? Ia meragukan dirinya sendiri?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang