BAB 30 - HIDE AND SEEK

271 157 518
                                    

Musim Gugur, 4 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim Gugur, 4 bulan kemudian

        Gadis itu berjalan di sepanjang jembatan Vauxhall, dibawah langit kota London yang cerah oleh cahaya lampu dan papan reklame. Malam itu tidak berbeda dari malam-malam biasanya ketika ia memutuskan jalan-jalan sepulang ia bekerja. Hiruk pikuk berbagai kendaraan yang belalu lalang selalu membersamainya. Merasakan hal-hal kecil seperti itu cukup manjur dalam menyembuhkan rasa lelah dan pusing yang menyelimutinya.

        Sampai pada saat dimana tatapannya jatuh secara tiba-tiba pada sosok itu. Seolah-olah ada yang mengarahkan, atau mengatur segalanya. Semacam insting terlatih pada dirinya dalam mengenali seseorang, dari auranya, dari gerak-geriknya, dan apa pun yang ada pada dirinya.

        Sebenarnya ia berniat untuk mengabaikan. Karena kemunculannya yang secara tiba-tiba sejauh ini hanya merupakan ilusi optik. Tapi kakinya menolak logika dari otaknya dan tetap membawa Eve untuk mengikutinya—di sepanjang perjalanan yang tidak lebih seperti seorang stalker.

        Ia jadi ingin mentertawai dirinya sendiri, ia pernah menuduh Danny Cho sebagai stalker. Tapi sekarang gerak-gerik itu malah berbalik pada dirinya sendiri. Aneh!

        Napasnya semakin berat ditekan oleh kenyataan yang mampu matanya tangkap ketika sosok itu berjalan memasuki gedung apartemen Danny. Sebenarnya seiring dengan langkah kakinya yang semakin mendekat ke gedung itu. Tenaganya terserap sedikit demi sedikit oleh rasa takut akan di serang oleh kenyataan yang lebih buruk. Tapi rasa penasaran yang meluap tidak sanggup menekan dorongan keras dari benaknya untuk berbalik arah.

        Ia masih melangkah dengan gemetaran, sekujur tubuhnya dipenuhi oleh keringat dingin, padahal suhu udara pada salah satu malam di musim gugur itu cukup rendah.

        Ia berdiri mematung di depan pintu apartemen Danny. Butuh usaha yang besar baginya untuk tetap berdiri tegak dan sampai di sini. Sebenarnya ingatannya yang masih segar mampu ia hadirkan untuk hanya sekadar memencet tombol-tombol pengaman itu. Tapi tubuhnya yang mendadak kaku diselimuti kebekuan terasa sulit untuk menggerakkan jari-jarinya.

        Sehingga hal terbesar yang mampu ia lakukan di detik itu hanyalah memencet bel apartemen. Lagi dan lagi sampai ada jawaban dari balik sana.

        “Siapa?” terdengar suara dari speaker interkom. Suara seorang laki-laki. Eve merasa sekujur tubuhnya menjadi dingin.
Hanya pertanyaan umum dan sederhana. Dan ia tidak membutuhkan jawaban rumit untuk memutar otaknya. Tapi sangat sulit untuk menyuarakan kata-kata.

        “Bisa katakan siapa anda?” Suara itu kembali mengalir melalui speaker. Suara Eve masih membeku, sangat bertentangan dengan keinginan benaknya.

       Tidak lama kemudian sambungan interkom terputus. Ia mendesah frustasi, hendak menekan bel lagi. Namun, sebelum ia mampu mewujudkan pintu itu terbuka.

Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang