BAB 23 - GOOD BYE DEAR

269 168 574
                                    

        Eve berlari-lari kecil di sepanjang bandara Heathrow London menembus lautan manusia yang memenuhi beberapa bagian bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Eve berlari-lari kecil di sepanjang bandara Heathrow London menembus lautan manusia yang memenuhi beberapa bagian bandara. Nampaknya bukan hanya dirinya yang akan melakukan perpisahan, tapi juga mereka. Manik matanya dapat menangkap wajah-wajah sendu menahan air mata, dan binar mata berseri-seri di sepanjang ia melangkah melintasi keramaian.

        Nyatanya bandara juga adalah tempat pertemuan sekaligus perpisahan. Terkadang bukan sekadar perpisahan sementara, melainkan juga perpisahan untuk selamanya yang menyakitkan. Beberapa orang menganggap tempat ini sebagai monumen tempat terciptanya sebuah kenangan. Entah kenangan baik, atau buruk.

        Ia tidak dapat mengabaikan begitu saja pemandangan yang menyesakkan di sekitarnya. Ia mungkin lupa untuk sesaat bahwa ada Keanu Lawrence yang berusaha untuk tidak kehilangan jejaknya di tengah-tengah lautan manusia. Siang ini laki-laki itu dengan baiknya mengantarnya ke bandara untuk melepas kepergian Danny Cho.

        “Danny…”

        Mendengar suara Eve, Danny mengangkat kepala dan segera bangkit dari kursi. Eve masih berlari-lari dan bergegas menghampiri Danny dengan gelombang kecemasan yang tidak sanggup ia sembunyikan. Rasa takut menyelimutinya, ia takut tidak memiliki kesempatan untuk melihat Danny siang ini.

        “Astaga… Eve,” Danny sama sekali tidak menduga jika Eve akan menemuinya di bandara. Kemarin mereka telah menghabiskan waktu selama seharian penuh dengan hal-hal yang menyenangkan. Kemarin ia dan Eve berusaha keras untuk menciptakan kenangan yang berkesan, sebagai memori indah untuk mengisi kekosongan saat mereka tidak sanggup berjumpa.

        Danny masih berpikir bahwa, pertemuannya dengan Eve hanya akan sampai di malam hari kemarin, tapi tetap saja ia tidak dapat menyembunyikan rasa senang yang terdorong dari dasar dirinya saat melihat gadis itu. “Pelan-pelan saja,” kata Danny berusaha menenangkan gadis itu.

        Eve mencoba untuk mengambil sebuah napas di tengah-tengah napasnya yang memburu. “Untung saja, aku tidak terlambat,” gumam Eve panik.

        “Duduk dulu,” Danny menuntunnya ke kursi, “kau datang seorang diri?”

        Eve menggeleng, “Ken mengantarku,” Eve berusaha menenangkan diri dan mengatur napas. Tidak lama kemudian Ken hadir di antara mereka. Danny dan Ken saling menyapa, kemudian Danny kembali memusatkan perhatian pada Eve.

        Eve berdehem setelah merasa ia dapat bernapas dengan tempo teratur. “Aku punya sesuatu untukmu,” kata Eve sambil menatap lekat-lekat ke arah Danny. Pagi ini penampilan Danny nampak jauh lebih segar dari pertemuan mereka saat di malam hari. Dan perkara itu membuat benak Eve diselimuti rasa lega.

        Sebelah tangannya merogoh tas tangannya, lalu ia mengeluarkan benda itu dari dalam sana. “Hadiah,” kata Eve sambil melayangkan senyum terbaiknya.

        Kening Danny berkerut samar, “Hadiah?” ulangnya, ia menerima hadiah dari Eve dengan perasan yang tidak menentu.

        “Em-hm.”

Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang