EPILOGUE

283 125 246
                                    

        Di tengah-tengah separuh kesadaran yang menyelimutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Di tengah-tengah separuh kesadaran yang menyelimutinya. Ia tahu, ia sedang berdempetan erat tanpa jarak dengan seseorang. Bagian dalam inti perasaannya terhubung dan tak terpisahkan tanpa dapat dijelaskan. Sentuhan itu sangat menenangkan dan hampir menenggelamkannya pada kedamaian.

        Tidak ada secuil pun kesepian dan kecemasan yang menggelayutinya. Rasa manis dan hangat mengisi-kekosongan dan kehampaan yang sempat ia rasakan-hingga penuh.

        Dengung rendah suara dari benda elektronik menelusup ke pangkal telinganya.

        Cahaya terang memaksa kelopak matanya terangkat.

        Matanya terbuka.

        Langit-langit kamar yang cukup asing memenuhi pandangannya.

        Lampu di dalam ruangan menyala sepenuhnya.

        Ia menoleh ketika telinganya mendengar suara napas halus tidak jauh dari wajahnya. Embusan napas itu menggelitik permukaan kulitnya.

        Tapi perasaan asing dari separuh kesadarannya menghadirkan rasa terkejut pada gadis itu. Ia menahan napas ketika merasakan sebuah lengan memeluknya sangat intim. Tubuhnya bagaikan ditelan hawa dingin yang menusuk.

        Astaga!

        Praktis kedua tangannya mendorong bahu laki-laki itu sekuat tenaga dan ia berguling ke sisi ranjang, lalu terjatuh ke lantai sebelum ia benar-benar menyadari tindakannya. Bunyi benturan antara tubuhnya dengan lantai memecah dengung samar di ruangan itu, membuat Danny terjaga dan mengerjab heran di tengah-tengah rasa kantuk tak tertahankan.

        "Eve..." panggilnya dengan suara serak, sebelah alisnya terangkat tinggi ketika manik matanya menjumpai Eve terduduk di lantai. "Kau mengigau ya ... lalu terjatuh?"

        Eve menggeleng, lalu mengangguk. Entahlah kesadaran belum benar-benar menyerap pada kepalanya sehingga cukup membingungkan untuk menghadirkan sebuah reaksi yang tepat.

        Ketika mendapati gadis itu tidak menimpali pertanyaannya, ia berkata lagi setelah mematikan televisi yang menayangkan saluran lokal. "Ayo naik dan kembali tidur. Ini masih tengah malam."

        Eve menggeleng lagi. Perasaan asing masih tidak ingin hengkang menekan perasaannya. Membiarkan rasa linglung menyerangnya.

        Danny mendesah dalam hati dan mencoba mengumpulkan kesadarannya dari berbagai sudut, "Ada apa? Mengapa kebingungan seperti itu?"

        "Mengapa? hm ... mengapa kita harus tidur dalam satu ranjang?" Berhasil melayangkan pertanyaan itu saja masih cukup aneh di terima bagi otaknya yang masih berkabut.

        Danny melayangkan pandangan tidak percaya kepada Eve. Anehnya ia menjadi salah tingkah sendiri, seolah-olah ia berbuat sesuatu yang tidak wajar terhadap gadis yang masih diserang kebingungan yang hebat. "Tentu saja. Apa pasangan yang sudah menikah harus tidur di kamar terpisah? Apakah yang kita lakukan aneh?"

Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang