BAB 16 - CONFESS

213 195 43
                                    

        Sebenarnya hidup ini penuh dengan teka-teki, bukan? Kita bahkan tidak akan tahu apa yang akan terjadi satu detik kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Sebenarnya hidup ini penuh dengan teka-teki, bukan? Kita bahkan tidak akan tahu apa yang akan terjadi satu detik kemudian. Sesuatu yang baik, buruk, atau sesuatu yang mengejutkan.

Logika manusia memiliki batasan untuk dapat menebak takdir yang misterius. Sesuatu yang tidak dapat dihindari dan harus di jalani, entah dengan hati yang utuh atau setengah hati.

Entah mengapa pagi ini ia lebih memilih untuk bangun lebih awal dari hari-hari Minggu biasanya. Kaki-kakinya membawanya begitu saja ke St. James Park seorang diri, tanpa tersemat niatan khusus dalam benaknya. Ketika pertama kali kakinya berpijak padat tempat itu ia terkenang beberapa momen.

Kepingan momen yang mendiami alam bawah sadarnya dan tanpa ia sadari telah menginstruksikan kaki-kakinya datang ke St. James Park.

Kenangan itu, memori itu terlintas begitu saja memenuhi isi kepalanya. Beberapa bulan yang lalu, ia masih dapat berjalan dengan santai bersama Keanu Lawrence di tempat ini. Meskipun, tidak ada hal spesial dan hanya sekadar mengisi akhir pekan, jalan-jalan mengitari taman, membicarakan sesuatu yang tidak terlalu penting, hanya sebatas itu.

Jika ditanya apakah ia merindukan masa-masa itu? tentu saja, tidak ada orang yang tidak merindukan kenangan yang menyenangkan. Karena otak cenderung berusaha melenyapkan kenangan menyakitkan.

Namun, apabila ditanya apakah ia akan kembali ke masa-masa itu, ia akan berpikir ribuan kali sebelum memutuskan. Menjalani hari-harinya saat ini tidak terlalu buruk baginya. Meskipun hari-harinya menjadi sangat sulit ditebak dan penuh kejutan.

Tidak cukup mengherankan, saat ia menyadari langit cukup cerah akhir-akhir ini. Sejalan dengan suasana hatinya.

“Astaga, kau datang sendiri?” Suara itu … suara yang menghadirkan sepercik rasa sesak sekaligus rasa rindu yang tertahan. Gadis itu menoleh dengan sentakan cepat membuat otot-otot lehernya menghadirkan rasa nyeri.

Ia tidak mampu menyamarkan gelombang keterkejutan ketika mata hazelnya jatuh begitu saja pada Keanu Lawrence yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Kau juga sendiri, bukan?” Meskipun ia telah melontarkan pertanyaannya, benaknya belum merasa puas begitu saja, sehingga matanya sibuk mencari-cari seseorang di balik punggung laki-laki itu. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak bersama Clara Smith?

Ken mengangguk tanpa berpikir apa pun, lalu ia melangkah mendekati kursi panjang yang menghadap ke danau dan membiarkan tubuhnya terhempas dengan santai di sana.

“Kau ingat bukan kita sering berbicara panjang lebar saat datang ke tempat ini sampai lupa waktu?” tanya Ken ringan, seolah tidak ada kecanggungan apa pun yang mengisi ruang di antara mereka.

Sebelum mampu berkata-kata, gadis itu hanya melayangkan tatapan ragu pada laki-laki itu. Berusaha mengusir keraguan singkat yang menyerang benaknya, kakinya membawanya mendekat melawan egonya dan membiarkan pinggulnya mengambil tempat di samping Ken.

“Em-hm,” jawabanya singkat. Rasa canggung itu kembali menghampirinya. Aneh, dan tidak menyenangkan, seperti sesuatu yang asing pada hubungan mereka. Nyatanya memang banyak hal yang berubah di antara mereka. Dan semuanya tidak akan dapat kembali seperti semula.

“Apa kau tidak merindukan masa-masa itu?” Ken kembali bertanya sambil memalingkan wajahnya kepada Eve yang juga mulai memandangnya.

Tentu saja … Mengapa dia mengatakan itu?

Gadis itu menggigit bagian bawah bibirnya untuk meredakan rasa tegang. Terdiam sejenak, lalu mengangkat bahunya. Karena ia menyadari, tidak akan ada yang berubah meskipun ia mencengkeram ingatannya kuat-kuat dan berhenti di waktu yang sama.

“Bagaimana bisa?” Ken tersenyum masam.

“Karena sudah ada Clara Smith di sampingmu.”

Nada kecewa yang berusaha ia samarkan nampaknya tetap tersemat dalam ucapannya. Tapi tetap saja mendengar gadis itu menjawab pertanyaannya dengan baik membuat rasa lega membuncah di dadanya.

Ken mendesah dalam hati, “Oh benar,” katanya sebelum ia sempat berpikir apa-apa. “Kau marah bukan? Mengapa aku tidak menceritakan tentang hubunganku dengan Clara Smith kepadamu.”

Sebelah alis Eve terangkat setelah mengerjapkan matanya dua kali. “Tidak!” jawab Eve tegas. “Kau salah.”

“Apa?”

Nampaknya ada sedikit kesalahpahaman pada jalan pikir mereka, dan di detik itu ia berniat meluruskannya. Gadis itu berdeham, sementara ia berusaha menyematkan kekuatan dari berbagai sudut benaknya untuk mengatakan apa yang ia rasakan selama ini kepada Keanu Lawrence.

Hold My Hand in Summer ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang