‼️ PROSES REVISI
Slow Burn Love addicted
Kaki Evelyn Young tergelincir dan ia jatuh menubruk laki-laki itu tepat di bibirnya. Karena terlalu tercengang, dengan pikiran yang kacau ia menyalahkan laki-laki itu atas kecelakaan yang mereka alami.
Ia me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa hari kemudian ia baru mendapatkan kejelasan kabar tentang Danny. Mungkin hari itu adalah hari terburuk sepanjang hidupnya. Sebuah telepon dari Mrs. Cho, ibu Danny yang sekarang sedang berada di Afrika untuk memastikan segalanya, termasuk dalam keperluan kebutuhan test DNA. Pernyataan dari ibu Danny menjawab pertanyaan yang bergumul di kepalanya. Tentang kenyataan pahit yang harus ia telan dengan susah payah.
Test DNA terhadap semua korban kecelakaan itu sudah di lakukan, hasilnya telah keluar. Eve bisa bernapas lega ketika DNA Danny tidak di temukan di sana—pada semua korban. Tapi kenyataan yang jauh lebih menyesakkan menyerangnya sekali lagi, barang-barang Danny ada di dalam bus itu. Barang-barang yang sudah tidak utuh dan sebagian besar terbakar.
Harapannya yang telah rapuh melebur begitu saja. Menghilang tidak menyisakan secuilpun. Hatinya kosong, lubang besar memenuhi benaknya. Ia histeris, tapi air mata sama sekali tidak terbentuk di sudut matanya. Padahal jauh di dalam sana rasanya sakit sekali, sampai tidak ada satu katapun yang sanggup menggambarkan betapa nyaris gilanya ia.
****
Suara berisik, riuh, yang berasal dari beberapa meter di depan, mengalihkan perhatiannya sesaat. Kedua telinganya mengenal suara itu dengan baik, suara yang sangat familier di telinganya. Dalam sekejap kedua manik matanya telah menemukan sumber suara itu. Danny Cho, dan teman-temannya. Eve tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, kedua manik matanya yang berkilat-kilat memperhatikannya secara intens dari kejauhan. Benar, ia tidak punya tekad untuk mendekat.
Apakah mereka akan pergi ke pantai? pikir Eve. Pergi ke pantai di saat musim panas akan sangat menyenangkan. Namun itulah kali terakhirnya Eve melihat Danny Cho. Sampai telinganya mendengar bahwa ia tenggelam di laut.
****
Beruntung sekali, alam bawah sadarnya yang tertekan mampu memaksa kelopak matanya untuk terbuka secepat mungkin. Jika tidak, mimpi buruk itu pasti akan berlanjut dan membunuh jiwanya secara perlahan. Gadis itu bangkit dengan tarikan napas tidak wajar. Terasa aneh, berat, dan menyesakkan. Seluruh tubuhnya basah oleh keringat.
Telapak tangannya terkepal tegang. Otot-ototnya terasa kaku. Ia bahkan nyaris mengira dirinya telah berubah menjadi robot, yang hatinya telah membeku. Otaknya berputar jauh lebih cepat melampaui kapasitasnya, ingatan demi ingatan melayang kepadanya tanpa henti dan menghantam kepalanya.
Astaga… benar. Danny memang pernah hadir di mimpinya. Mimpi yang terasa amat nyata dan terus melekat di sel-sel otaknya selama berbulan-bulan lamanya. Benar itu dia… Eve yakin sekali.
Mengapa di mimpinya Danny mengalami kecelakaan di laut saat musim panas?
Demi apa pun… mengapa semua serba kebetulan. Kedua telapak tangan Eve terangkat dan memijit-mijit kepalanya yang penuh. Semakin lama pijitan-pijitan ringan itu berubah menjadi remasan keras di rambutnya. Ia mengerang, kesal, marah, kecewa.
Apa karena mimpi itu ia menjadi sangat tidak menyukai musim panas. Karena kekosongan yang ia dapatkan di dalam mimpi itu terbawa sampai ke dunia nyata. Sampai ia terbangun dan mendapatkan kesadaran penuh.
Kenyataan apa lagi ini? Seolah-olah kenyataan bahwa Danny menghilang dan mengalami kecelakaan di Kongo belum cukup menghancurkannya sampai menjadi serpihan terkecil. Rasa sakit di dadanya kian menusuk, sangat sakit sampai ia ingin menghilang bersama rasa sakit ini.
Bisakah ia melakukan itu? Menghilang. Supaya rasa sakit ini ikut tenggelam bersama dirinya. Eve tidak tahan. Ia tidak mampu menahan lagi.
****
Apa? Evelyn Young menghilang? Keanu Lawrence benar-benar masih sempat tercengang meskipun ia sudah mengantisipasi bahwa kejadian seperti ini kemungkinan kecil akan terjadi. Dan orangtuanya sangat mencemaskannya, Tina juga.
Semua orang-orang terdekatnya mendadak kebingungan, meskipun tidak cukup mengherankan. Siapapun pasti akan mengalami guncangan hebat saat mengalami apa yang Eve alami. Ia hampir saja menikah di musim panas tahun ini dan tiba-tiba saja Danny mengalami kejadian mengerikan yang tidak cukup logis untuk diterima nalar orang-orang terdekatnya.
Ken telah menghubungi rekan-rekan kerjanya, ia berharap gadis itu pergi kesana untuk menghibur diri. Tapi sama sekali tidak ada yang melihat Eve.
Ken berusaha memutar otak. Kemana gadis itu tengah malam begini pergi? Sangat membahayakan pergi seorang diri. Astaga… ia benar-benar membuat Ken khawatir. Ken melajukan mobilnya di jalanan kota London yang lenggang.
“Aku di Tower Bridge, di bawah dinginnya salju yang menyegarkan… kau tahu di sini sangat menenangkan. Aku bisa melihat cermin tanpa batas di bawah sana, sungai Thames sangat indah. Astaga… mengapa aku baru tahu jika berdiri di sini seorang diri sangat menyenangkan…”
Kepingan momen yang tanpa sengaja melintas pada otaknya membuat Ken tersentak, sekaligus menemukan sepercik titik terang. Benar dia mungkin ada di sana? Dia sering berkata kepada Ken bahwa Eve suka berdiri di tepi sungai Thames hanya untuk sekadar mencari udara segar, ataupun untuk menenangkan diri ketika dilanda kekacauan yang hebat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.