18

113 14 5
                                    

Baekhyun keluar dari minimarket dengan membawa dua kaleng softdrink kemudian berjalan ke taman yang terletak tidak dari minimarket ini. Terlihat Doyoung duduk di bangku panjang sambil memasukan tangannya kedalam saku Hoodienya. Ia memberikan satu softdrink untuk Doyoung lalu duduk disampingnya.

“Apa yang ingin kau katakan?” Baekhyun membuka kaleng softdrinknya lalu meneguknya sedikit.

“Di masa mendatang tolong jangan ikut campur urusanku, mau aku kelaparan, kedinginan atau sedang kesulitan. Dan Bimbimbap itu dari kau kan?”

“Ne. Aku meminta tolong kepada ibumu untuk membuatkan Bibimbap, karena mungkin akan cocok dengan seleramu. Jika itu membuatmu tersinggung, aku minta maaf,” ucap Baekhyun dengan bersungguh-sungguh.

“Aku tidak menyukaimu,” ungkap Doyoung.

Baekhyun terdiam, ia merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh Doyoung padanya. Padahal, selama ini ia tidak pernah pernah berbuat hal yang tidak baik pada adik kekasihnya itu.

Ia menatap Doyoung, ia menunggu apa yang akan Doyoung katakan selanjutnya.

“Aku merasa kau telah merampas Kakakku.”

“Aku mengerti. Itu hal yang wajar dialami olehmu ketika ada orang asing sepertiku yang tiba-tiba masuk ke dalam hidup kakakmu. Jadi, itu hal wajar dalam persaudaraan, jika memiliki perasaan seperti itu,” ucap Baekhyun setenang mungkin.

“Itu bukan tentang persaudaraan. Ini tentang hubungan wanita dan pria.”

“Mwo?” Baekhyun hampir menjatuhkan kaleng softdrink nya.

“Saat pertama kali Noona memperkenalkan kau sebagai kekasihnya, dadaku terasa sakit, aku ingin marah. Awalnya aku tidak mengerti, kenapa aku merasa seperti ini...”

“Aku tahu ini tidak benar...tapi sepertinya aku menyukainya,” ungkap Doyoung.

Hati Baekhyun mencelos mendengar ucapan dari Doyoung. Selama ini ia menduga, rasa tidak suka
yang ditujukan Doyoung padanya hanyalah tindakan protektif seorang adik untuk melindungi kakaknya. Namun, ternyata dugaannya selama ini salah.

“Ya! kau seharusnya tidak boleh memiliki perasaan seperti itu!” Baekhyun meninggikan suaranya. “Dia kakakmu Doyoung-ah!”

“Hyung tau kan dia diadopsi!”

“Aku tahu. Tapi Taeyeon selalu menganggapmu sebagai adiknya sendiri. Kau tidak boleh membiarkan perasaan sukamu terus tumbuh. Apa kau ingin melihat hati orangtuamu hancur, mendengar putra semata wayang mereka menyukai kakaknya sendiri?”

Doyoung hampir saja kehilangan kata-kata. “Lalu apa urusanmu? aku bahkan tidak bisa mengontrol perasaan ini.”

Baekhyun merasa geram. “Urusanku? urusanku adalah untuk menegaskan bahwa Taeyeon adalah kekasihku dan kau adalah adiknya.”

...

Ji Eun mengomel ketika Baekhyun datang terlambat. Sementara yang diomeli terlihat bodo amat. Matanya tertuju pada amplop yang ada diatas meja.

“Apa ini?” Baekhyun membolak-balikkan amplop itu.

“Oh itu, undangan peresmian Nasum Hotel di Jeju,” sahut Ji Eun.

“Aku tidak akan datang.”

“Baiklah,” balas Ji Eun singkat.

“Eoh? tumben kau tidak membujukku.”

Ji Eun menghela nafas. “Aku sudah membujukmu, saat peresmian Nasum Departemen Store, pembukaan Nasum Park, peresmian Nasum Apartment, tapi kau tetap tidak datang. Aku sudah lelah membujukmu. Jadi, aku sudah tidak peduli kau datang ke acara ayahmu atau tidak,” ucap Ji Eun tanpa menatap Baekhyun.

You Are The One | Baekyeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang