Untuk-Mu, Lakasamana.
Pada saat Engkau memelukku, di bawah lampu sorot lima belas watt, aku menemukan diriku sendiri dalam keadaan kacau.
Aku bisa melihat, 'suatu saat' yang Engkau Maksud itu, begitu indah dan penuh kasih.
Kita yang bergandengan tangan.
Kita yang saling mengasihi.
Kita yang saling memiliki.
Dan kita yang saling mencintai.
Lantas, di mana salahnya?
Adalah aku, yang tidak bisa mengendalikan alam bawah sadarku. Yang terus meronta-ronta ingin di bebaskan untuk segera jatuh hati padamu.
Tapi, tidak. Sekali lagi, aku katakan pada diriku. Pada hatiku, pada otakku, pada semua hal yang ada pada diriku, bahwa aku tidak boleh jatuh hati padamu. Aku harus cukup saat Engkau menjadikanku kandidat istri di antara banyak sekali perempuan bumi.
Untuk-Mu, Laksamana. Mungkin, jika suatu saat kita bertemu satu sama lain sebagai orang baru, ijinkan aku untuk mencintaimu lebih dulu.
Pada halis tebalmu yang jika menyirit menjadi satu, terlihat menggemaskan seperti ulat bulu.
Pada senyum dan tahi lalat di sebelah bibirmu, yang terkadang membuat otakku sinting dan ingin mengecupnya.
Pada pelukanmu, yang ingin sekali aku balas dengan pelukan sama hangatnya.
Untuk-Mu, Laksamana, semoga kita di pertemukan oleh sebuah alasan tepat agar aku berani untuk jatuh hati padamu.
Aku Menutup buku diary, memejamkan mata dan sesegera mungkin untuk menyadarkan diriku sendiri.
Ini kacau!
Sungguhan kacau karena aku tidak menyangka, bahwa buku diary Kumari Pancali yang selalu aku gunakan untuk menulis semua kesakitan yang tidak bisa aku katakan pada dunia, mendadak ada satu halaman penuh menceritakan seorang Pria bernama Laksamana.
Pria yang paling sinting karena memilih perempuan miskin dan menyedihkan sepertiku untuk menjadi istrinya.
* * *
Surat dari Kumari.
Sebenarnya, saya enggan mengupdate bab ini karena, jangan bilang-bilang Kumari ya.
Kemarin saya baca buku diary nya, tidak sengaja, tergelak di atas Meja dengan halaman terbuka.Yah, karna Author penasan, langsung aja mendekat, ngintip-ngintip sedikit namun justru di baca sampai selesai.
Haduh, capek deh 😩😩Tapi tidak masalah. Selagi kalian diam, tidak membocorkan pada Kumari, saya rasa tidak masalah.
Nah, apalagi bilang ke pak Laksamana. Sudah langsung di seret Kumari ke KUA. Lebih gawat lagi.
Cerita langsung Happy ending. Author yang tambah mumet, belum ada konflik di cepat-cepat selesai.
Yah pokoknya itu saja. Surat Kumari ini bersifat RAHASIA.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK-MU LAKSAMANA [UP SETIAP JUM'AT]
General Fiction[UPDATE SETIAP JUM'AT❗❗❗] Menjadi dewasa bagi Kumari terlalu banyak hal terasa menyebalkan. Salah satunya adalah rasa ketidak percayaan dirinya. Apalagi, di tengah-tengah polemik hutang yang terasa mencekik nafasnya, Percintaan justru hadir sebagai...