BAB 8 - UNTUKMU LAKSAMANA

68 3 5
                                    

Backsound : Miley Cyrus -Angel like You

____________________

Tunggu.

Apa aku sudah pernah menjelaskannya? Mungkin jika belum, maka aku akan menjelaskannya lagi.

La Pasta & Bar adalah restoran elit nomor satu di indonesia yang memiliki lima cabang—termasuk tempatku bekerja—yang tersebar di pulau jawa dan Bali. Tidak seperti Resto lain yang menyajikan banyak menu, La Pasta & Bar hanya menyediakan Pasta—tentu bisa memilih jenis apapun—dan mungkin sebagai tambahan lain adalah Steak dan salad. Untuk bagian Bar sendiri, secara khusus menambahkan kopi untuk pilihan lain jika tidak ingin minuman bersoda.

Yeah, intinya aku mencintai pekerjaanku. Amat sangat aku cintai karena memasak adalah sebagian dari kepercayaan diriku yang di renggut habis oleh kerasnya dunia. Ada saat-saat dimana aku lebih memilih seharian di dapur dari pada menghabiskan waktu pulang ke rumah dan mendapati kenyataan bahwa keluargaku berantakan. Tapi akhir-akhir ini, aku memikirkan keluargaku secara serius. Aku belum mendapat kabar dari Melissa dan itu membuatku khawatir. Apakah semuanya baik-baik saja?.

Aku mengalihkan pikiran dengan banyak bekerja. Tapi sepertinya itu tidak di terima baik oleh Chef Will.

"Ya Ampun, Agni. Cepat istirahat atau aku benar-benar akan memecat kamu!"

Benar, aku di keluarkan dari Kitchen. Chef Will lagi-lagi mengomel. Katanya, aku terlalu banyak menghandle pesanan sampai semua orang bermalas-malasan dan terlalu mengandalkanku. Karena tidak mau membuat Chef Will tambah mengomel, aku bergegas meninggalkan Kitchen sebelum Lana tiba-tiba menyusul dan meberikan pesan singkat bahwa seseorang sudah menungguku di parkiran belakang.

Aku bergegas menuju parkiran belakang dan nafasku langsung tercekat begitu menemukan dua orang yang begitu ku kenal bersedekap, berdiri dengan dagu terangkat seolah menantang dunia dengan segala kekayaannya.

"Halo, Agni. Kamu keliatan keren banget pake baju koki gitu." Sapanya, serak. "Keliatan seksi."

Aku menggeram, menahan kepalan tinjuku yang siap melayang jika kata-kata kurang ajar di lontarkan—lagi.

"Dari mana kamu tahu tempat kerjaku?!"

"Woho, tenang dulu perempuan. Kau gak boleh ketus sama aku. Kedatangan aku ke sini baik-baik, mau menyampaikan kabar gembira sama kamu tentu saja."

"Jangan mengujiku, Bang Julius. Aku benar-benar akan meninju kamu kalau bermain-main dengan kehidupanku!"

Benar, Bang Julius. Seorang pria batak berusia tiga puluh lima tahun yang selalu memberikan mas Wahyu uang untuk berhutang. Aku tidak pernah menyalahkan pria di depanku sebenarnya. Bagaimanapun, bisnis seorang renternir tidak jauh dari meminjamkan uang. Tapi caranya menagih semua hutang selalu mebuatku marah.

Bang Julius jelas menginginkanku menajdi istrinya. Dia sengaja meminjamkan uang besar pada Mas Wahyu agar jika tidak bisa membayarnya, keluargaku tidak punya pilihan lain selain menyerahkanku untuk menjadi istrinya.

Dan sampai kapanpun, aku tidak pernah sudi.

"Run, tinggalin aku sama Agni. Aku harus bicara secara pribadi."

Tanpa banyak bicara lagi, Harun—anak buah—kepercayaan bang Julius melenggang pergi, menunggu di ujung depan parkiran khusus karyawan.

Legang. Parkiran benar-benar sepi. Semua mobil dan sepeda motor terparkir rapi. Mataku melirik pintu belakang resto. Cemas sekali jika beberapa karyawan mulai beristirahat di parkir sekedar untuk merokok atau menikmati semilir angin.

UNTUK-MU LAKSAMANA [UP SETIAP JUM'AT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang