Song : Rizky Febian - Hingga Tua Bersama
___________________"Setuju, mulai sekarang, kamu calon istri saya."
Aku tersedak hebat. Ya ampun, rasa pahit dari kopi mendadak jadi terasa pedas karena salah masuk saluran. Bukan menuju tenggorokan tapi menuju saluran pernapasan. Apes.
"Apa? Aku bicara fakta lho, padahal."
Aku mendelik memperingati Alberto yang menatapku dengan tatapan menjengkelkan. Demi cafe latte kesukaanku! Lihat, wajahnya itu menyebalkan sekali.
"Jangan mencari gara-gara deh, Al!" Aku memperingati. Ya Ampun, tenggorokanku rasanya masih perih sekali bahkan hanya untuk menelan air ludah.
"Siapa yang cari gara-gara sih, Agni? Aku kan, cuman mengingatkan momen berharga kamu dengan Pak Bre. Wah, aku sampai merinding karena adegannya mirip drama korea."
"Jangan berbasa-basi deh, sekarang apa yang mau kamu tanyakan?"
"Astaga, lihat, ketus sekali. Yang seharusnya bersikap seperti itu adalah aku, Agni!"
"Baik-baik, aku minta maaf. Kamu sih, menyebalkan."
Alberto mendesis, menahan kesal. Meski begitu, Alberto tetap mengalah, siap mengajukan pertanyaan.
"Kamu baik-baik aja, Agni?"
Aku mendongak, begitu pertanyaan itu justru meluncur dari mulut Albetro.
"Semalem, Melissa telfon dan menanyakan kabar kamu. Dia khawatir sekali kalau kamu marah dan sudah tidak mau menemuinya lagi. Maaf kalau aku ikut campur. Aku tanya Melissa tentang permasalahan apa sampai Melissa seperti itu. Jadi, Melissa menjelaskan kejadian malam itu waktu kamu datang dan mengakhiri semuanya. Termasuk, masalah rehabilitasi Mas Wahyu."
Aku mengangguk, membenarkan.
"Jadi, kenapa Mas Wahyu bisa sampai di rehabilitasi? Bukannya dia itu justru judi ya?"
"Aku pikir seperti itu, Al. Tapi dari penyelidikan pengacaranya Pak Laksmaana, bukti-bukti transaksi terakhir yang di lakukan Mas Wahyu justru merujuk pada pembelian obat-obatan. Jadi, sebelum terlambat, Pak Laksamana mengajukan rehabilitasi."
"Masuk akal. Ngomong-ngomong, Pak Bre juga terlibat?"
Aku Mengangguk-lagi.
"Pak Laksamana yang mengurus semuanya. Mulai dari membuat kontrak perjanjian agar Bang Julius tidak lagi menganggu keluargaku sampai kasus Mas Wahyu. Aku hanya terima beres. Tadinya, masalah tandatangan persetujuan akan di lakukan oleh pengacaranya Pak Laksamana juga. Tapi aku memaksa bahwa aku bisa menyelesaikannya. Bagaimanapun, aku juga harus bertemu Ibu dan Bapak untuk meluruskan sesuatu."
Jeda beberapa detik.
Alberto mendorong nasi gorengnya yang tinggal separuh dan menatapku serius.
"Jadi, akhirnya kamu memutus hubungan dengan keluarga kamu?"
"Tidak sepenuhnya memutuskan, hubungan Al. Aku hanya memutuskan keluar dari rumah seperti yang Ibu inginkan. Bagaimanapun, aku selalu menganggap mereka orang tua kandungku tidak peduli bahwa aku tidak pernah di inginkan."
"Ya, itu lebih baik. Setidaknya, mulai sekarang kamu bisa lebih santai karena hutang-hutang sudah di bayar lunas sama Pak Bre. Kamu enggak perlu lagi bekerja di tiga tempat sekaligus kaya kemaren."
"Mungkin aku akan berhenti jadi pengantar galon, Al. Aku belum bisa melepaskan pekerjaan part time sebagai penyiar radio. Gajinya lumayan. Tabunganku sudah aku berikan untuk Melissa dan kebutuhan rumah. Jadi, aku hanya punya sisa untuk menyewa rumah kontrakan dua bulan ke depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK-MU LAKSAMANA [UP SETIAP JUM'AT]
General Fiction[UPDATE SETIAP JUM'AT❗❗❗] Menjadi dewasa bagi Kumari terlalu banyak hal terasa menyebalkan. Salah satunya adalah rasa ketidak percayaan dirinya. Apalagi, di tengah-tengah polemik hutang yang terasa mencekik nafasnya, Percintaan justru hadir sebagai...