Raska 4

14.2K 366 0
                                    

Kalau ada typo kalau dobel paragraf komen yaa
.
.

POV RASKA

"Orang gila!"

"Sinting!"

"Dasar manusia-manusia bucin menjijikkan!"

Sedari tadi aku terus mengabaikan cibiran-cibiran dari mulut busuk Mario. Temanku satu itu memang alergi melihat cowok-cowok bucin sepertiku dan Leo, tapi anehnya dia tetap berteman dengan kami. Aku jadi curiga dia tak punya teman lagi.

"Bacot, Homo," balas Leo dan membuatku tertawa.

"Udah biarin aja, Le. Nanti kalau dia. nangis-nangis gara-gara cewek lo ketawain. ampe telinganya berdarah."

"Bacot cowok-cowok bucin menjijikkan!" balas Mario lagi membuatku memutar bola mata malas.

Setelah melewati rintangan yang cukup sulit, akhirnya aku tiba di puncaknya dan menikmati hasil dari perjuanganku. Hanura kembali, hatiku 'pun jadi berseri-seri. Aku tak mau membuang waktu. Aku langsung memintanya jadi pacarku hari itu juga takut jika Hanura kembali di dekati cowok brengsek seperti Gavar, maksudnya cowok-cowok sepertiku dulu.

Hubungan kami sudah berjalan beberapa bulan. Tentu saja tidak mudah. Beberapa kali kesalahpahaman terjadi namun aku maupun Hanura berhasil menyelesaikannya. Namun akhir-akhir ini, aku dan Hanura jadi jarang bertemu selain di sekolah lantaran di sibukkan dengan ujian praktek dan ujian sekolah. Aku selalu berbeda kelompok dengan Hanura di ujian praktek hingga waktu kami untuk bertemu diluar sekolah akhirnya terkikis.

Kehidupanku sebagai anak kelas 12 benar-benar berjalan normal setelah kembali berbaikan dengan Hanura sampai akhirnya kelulusan tiba.

Waktu terus berlajut, aku dan Hanura kuliah di kampus yang berbeda. Waktu untuk kami bersama kembali terkuras oleh kegiatan kami masing-masing di kampus. Sekalinya kita bertemu malah dipakai untuk meributkan hal-hal yang tak penting.

"Aku liat kamu masuk cafe sama cewek kok!" Hanura menatapku dengan ekspresi yang hampir menangis. Aku mengusap wajah kasar karena kekasihku ini salah paham.

"Aku lagi mau kerja kelompok! Bukan cuma berdua sama cewek tapi banyak juga temen cowok aku," jelasku. Hanura hanya diam dan memilih menatap kearah lain. Aku menghela nafas lantas menelepon salah satu temanku yang ada di tempat kejadian.

"No, jelasin ke Ibu Negara gue kalau kita masuk banyakan ke cafe waktu hari kamis," ucapku pada Gino, teman kuliahku. Aku menyerahkan ponsel pada Hanura yang menatapku bingung."Gino, temen aku yang juga ada di cafe," tekanku yang membuat Hanura meraih ponselku dengan sedikit kesal. Aku mendengarkan Gino menjelaskan semuanya pada Hanura dan berakhir dengan kekasihku itu yang masih cemberut.

"Kamu gak mau minta maaf sama aku?" Aku kembali memasukkan ponsel ke saku.

"Iya maaf," ucap Hanura sambil menunduk.

"Nggak sopan. Liat aku," suruhku.

Hanura memberanikan diri menatapku. Tanganku terulur menghapus air matanya yang lolos. Aku mengerti kecurigaan dan kecemasan Hanura, dan ini yang harus kuterima karena pernah mengkhianatinya.

"Maaf ya, Sayang, waktu itu aku gak sempet ngabarin kamu lagi dimana, waktu itu tugas kuliah aku di kejar deadline," jelasku lembut.

"Aku juga minta maaf udah nuduh kamu," ucapnya dengan suara menahan tangis. Aku tersenyum dan menarik tubuhnya agar duduk dipangkuaku. Mumpung kami masih berada di dalam mobil.

Delapan BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang