Raska 2

13.6K 364 3
                                    

POV RASKA

Aku brengsek dan ya, aku tau setiap gosip yang menyebar tentang diriku sendiri. Aku tak mau menyangkalnya karena memang itu kenyataan. Pipi ku sudah biasa di tampar cewek-cewek diluaran sana namun yang paling menyakitkan diantara itu semua adalah tamparan Hanura padaku. Bukan hanya pada fisik tapi juga pada hatiku.

Saat dia bertanya kenapa aku melakukan semua ini dan apa yang salah dengan Hanura hingga aku sejahat itu padanya, aku juga tak tahu jawabannya. Yang keluar dari mulutku hanya sebuah kata yang semakin menyakitkan untuk Hanura dengar.

Aku melihat matanya di penuhi kecewa dan kemarahan. Aku diam-diam mengepalkan tangan merasakan perasaan yang bahkan belum pernah aku rasakan sebelumnya. Benar, kenapa aku melakukan semua ini pada Hanura? Apa salahnya hingga aku harus melakukan ini padanya?

Tangannku rasanya ingin meraih punggung mungil yang selalu aku rengkuh dari belakang. Tamparan di pipiku bahkan terasa sangat sakit. Namun kenyataannya aku hanya diam dan Ini sudah terbiasa, jadi untuk apa aku mengejar Hanura?

Aku menyakiti hati Hanura karena kalah oleh egoku sendiri.

Aku yang memulai dan sekarang rasanya seperti aku yang paling terluka. Setiap melihat Hanura, mata hazel itu tak pernah lagi menatapku dengan sengaja. Aku menyadari jika Hanura sudah tak menganggap keberadaanku lagi. Memangnya apa yang aku harapkan setelah menyakitinya begitu dalam?

Rasanya seperti neraka saat aku harus bersikap seolah tak pernah saling mengenal dengannya. Bahkan aku kecewa saat kenaikan kelas tak lagi satu kelas dengan Hanura. Namun saat melihat ekspresi Hanura, dia terlihat bahagia. Hidupnya kini bahagia tanpa ada keberadaanku. Itu sudah jelas sekali.

Aku hanya bisa memperhatikan Hanura dari jauh. Tak berani lagi mendekat karena selain Hanura tak akan mau, aku juga takut menyakitinya lagi. Bodohnya lagi aku mencari pelampiasan pada orang lain walaupun nyatanya berkali-kali gagal karena di pikiranku hanya ada seorang Hanura. Hingga pada akhirnya aku menyerah lalu membiarkan perasaan menyakitkan itu menggerogoti hatiku.

Sebuah keberuntungan akhirnya aku kembali satu kelas dengan Hanura saat naik ke kelas 12. Namun Hanura jelas tak suka. Aku melihatnya bahkan mendengar percakapan dia bersama ketua kelas.

Ini kesempatan untukku 'kan? Aku brengsek, tapi kali ini ke brengsekkan yang aku miliki bukan untuk menyakitinya, tapi untuk kembali mendapatkan cewek itu ke pelukanku.

"Lepas, gak?!"

Aku menahan tangannya yang hendak keluar kelas. Ini usaha yang entah keberapa kali agar Hanura mau memaafkan segala kesalahanku di masalalu. Tak ada lagi kelembutan di matanya ketika menatapku, hanya ada kemarahan yang membuat aku semakin jauh darinya.

"Aku belum selesai ngomong," ucapku dan Hanura nampak tak mau melihatku. "Hanura--"

"Kenapa? Apa yang kamu mau lagi dari aku, Raska?"

Hanura menatapku dengan serius. Aku menggeleng karena saat ini benar-benar tak membutuhkan apapun dari Hanura selain maaf dan kesempatan darinya. Aku setengah depresi karena terus menginginkan Hanura.

"Sekali lagi, aku mohon," ucapku lagi.

"Nggak bisa, Raska." Hanura melepas genggaman tanganku. "Kamu harus berhenti, kamu yang duluan ngerusak semuanya," lanjutnya lalu meninggalkan aku sendirian di dalam kelas.

Aku mendongak karena mataku rasanya memanas. Pertama kalinya aku menangis hanya demi seorang perempuan dan hanya Hanura yang bisa melakukan itu padaku. Aku tak pernah mengemis seperti ini. Kebanyakan para cewek diluar sana yang mengemis memintaku untuk kembali.

Delapan BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang