Alvaro

29.4K 553 31
                                    

Jangan lupa vote and komen
.
.
.

"Rea ih! Tungguin aku!"

Rea menghela nafas lalu menatap malas pada teman sedari kecilnya yang ngondek. Ditinggal sedikit saja sudah merengek dan membuatnya pusing.

"Ngapain sih bawa payung? Ujan aja nggak! Masih mimpi lo?!" desisnya pada Alvaro yang kini memakai hoodie pink nya untuk pergi ke sekolah. Tak hanya itu, kini payung yang dipakainya juga berwarna pink.

"Panas tau!" balas Alvaro sambil mengusap dahinya yang bahkan tak berkeringat.

"Matahari pagi tuh sehat!" omel Rea. "Pokoknya kalau lo masih pake payung gue gak mau berangkat sekolah sama lo!"

"Ih Rea! Kok gitu sih?!" Alvaro menatap Rea kesal dan langsung dibalas pelototan Rea. Alvaro langsung mengerucutkan bibirnya dan memilih mengalah. Rea lantas kembali melanjutkan jalannya diikuti Alvaro.

"Rea tau gak? Masa si Yuni cipokan sama pacar temennya sendiri. Ih jijik banget, deh, berbagi jigong sama cowok yang sama," ucap Alvaro saat mereka sudah sampai di trotoar jalan.

"Masa, sih? Lo tau darimana tuh si Yuni ciuman sama pacar temennya?" tanya Rea ikut penasaran. Soal gosip di sekolah, Alvaro jagonya.

"Hah? Kamu kudet, deh! Video si Yuni lagi cipokan itu kesebar tau!" jawab Alvaro.

"Kok tega banget dua-duanya? Kalau gue sih gak mau banget sama bekas temen!" balas Rea yang diangguki setuju oleh Alvaro. "Tapi Videonya masih ada gak?" tanya Rea penasaran.

"Uhm ada mungkin di yang lain? Aku gak nyimpen soalnya agak kasian juga ke si Yuni video kayak gitunya kesebar," jawab Alvaro.

"Wow." Rea menatap takjub pada Alvaro. Sekalipun mulut cowok itu seperti kaleng rombeng, Alvaro tak pernah berani menyebarkan video mesum seseorang.

Setelah sampai di sekolah, keduanya berpisah untuk ke kelas masing-masing dan akan bertemu lagi saat jam istirahat. Alvaro tak pernah mau bergabung dengan teman-teman sekelasnya yang hanya sering meledeknya, ia lebih nyaman bermain dengan teman-teman Rea.

"Hai, Tante. Gimana? Bagus gak masker yang aku rekomendasiin?" tanya Alvaro saat dirinya menghampiri kelas Rea saat jam istirahat.

"Bagus banget! Tapi harganya agak mehong dikit!" balas Cantika, teman sebangku Rea yang penampilannya cukup menjadi perbicangan warga sekolah karena gaya make upnya yang cukup tebal untuk anak seumurannya.

"Iya dong! Cantik 'kan mahal," balas Alvaro sambil mengambil duduk di depan Rea. Cewek itu masih sibuk dengan buku catatannya.

"Rea." Alvaro beralih menatap cowok yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping kursi yang Rea duduki.

"Kamu siapa?" tanya Alvaro penasaran namun tak di jawab oleh cowok tadi membuatnya mendengus kesal.

"Aku mau ngomong sama kamu," ucap cowok bername tag Jean itu.

"Kenapa?" tanya Rea bingung karena ia tak ada urusan dengan Jean.

"Aku suka sama kamu."

Alvaro membuka mulutnya mendengar penuturan Jean. Ia lantas beralih menatap Rea yang juga tengah memasang wajah terkejut. Bukan hanya itu, bahkan teman-teman sekelas Rea pun terkejut mendengar.

"Dia adik kelas yang ganteng itu, kan?" bisik Cantika pada Alvaro yang tengah memasang wajah kesal, apalagi ketika melihat Rea yang nampak malu-malu. Hatinya sangat dongkol setengah mati.

"Caper banget sih segala confess di dalem kelas," sindir Alvaro dan langsung mendapat cubitan di tangannya oleh Rea. Alvaro memasang wajah tak suka yang semakin kentara.

Delapan BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang