Bye, Kalandra

13.5K 480 23
                                    

Happy Reading❤

Kalandra duduk menyandar pada kursi yang ada di balkon kamarnya. Cowok itu mengangkat sebuah boneka panda milik Anin yang dulu tertinggal di tas nya. Satu-satunya kenangan yang masih tersisa dari Anin untuk Kalandra.

Kalandra menunduk dan mengacak rambutnya kesal. Perasaan putus asa dan tidak rela berkecamuk di dalam hatinya. Kalandra berusaha untuk melupakan Anin namun semakin hari perasaan menginginkan Anin untuk kembali padanya semakin besar. Di sisi lain, Kalandra tak mau egois dan malah membuat Anin tidak bahagia.

"Aku maunya apa, sih?" lirihnya.

Kalandra lantas beranjak dari duduknya dan berniat keluar rumah. Cowok itu memakai hoodie lalu mengeluarkan sepedanya dari garasi. Kalandra membiarkan rumahnya kosong lantaran orang tuanya belum pulang dari Jakarta.

Melihat lampu-lampu di jalan cukup membuat perasaan Kalandra lebih tenang. Cowok itu menggoes sepedanya tak tentu arah hingga berhenti disebuah cafe yang terlihat tenang dari luar. Bahkan tempatnya seperti tersembunyi.

Kalandra lantas masuk hingga terdengar suara lonceng di atas kepalanya. Pelayan yang tadi membelakanginya langsung berbalik dan menyapanya.

"Selamat datang di--" ucapan pelayan itu terhenti saat melihatnya. Kalandra juga terkejut karena ternyata pelayan itu adalah Anin. Pertemuan yang tidak Kalandra sangka-sangka.

Kalandra lantas berjalan menuju etalase yang menampilkan berbagai roti dan cake. Cowok itu memesan cake cokelat dan vanilla late kesukaannya.

Kalandra memilih duduk di dekat jendela dan di belakangnya ada sebuah lukisan absurd yang tak Kalandra mengerti apa maknanya. Namun terlihat indah untuk dijadikan sebuah spot foto.

"Kamu kerja di sini?" tanya Kalandra saat Anin mengantarkan minuman untuknya.

"Ini punya kakak aku," jelas Anin. "Kenapa kamu bisa nyasar ke sini?" tanya Anin dengan raut penasarannya.

"Gak tau, aku lagi sepedaan terus liat cafe ini," jelas Kalandra dengan senyumannya. "Aku gak boong lho," lanjutnya.

"Kalandra nggak mungkin boong," ucap Anin sebelum meninggalkan Kalandra untuk mengantarkan pesanan yang lain.

Kalandra tersenyum melihat punggung kecil yang masih terlihat sama seperti dulu. Cowok itu lantas memakan cake dan terkejut dengan tekstur yang sangat lembut di mulutnya. Bukan 'kah ia menemukan sebuah tempat yang sangat rekomended? Cafe ini kurang terkenal karena tempatnya yang jauh dari jalan raya.

"Foto ah," ucap Kalandra sambil meraih ponselnya di saku celana. Cowok itu mengambil foto suasana cafe yang benar-benar membuat tenang. Tak lupa makanan dan minuman yang ia pesan ikut Kalandra foto.

"Kalandra?"

Kalandra yang tengah sibuk melihat hasil jepretannya lantas mendongak dan melihat Anin yang sudah melepas apron cafe nya.

"Hm?" balas Kalandra.

Kalandra melihat Anin duduk di depannya lalu menyerahkan sebuah surat yang membuatnya bingung. "Apa ini?" tanya Kalandra.

"Dari Anin." Ucapan cewek di depannya semakin membuat Kalandra bingung.

"Maksudnya?"

"Gue bukan Anin, tapi gue Hanin, kembarannya Anin."

Kalandra tertegun karena dia sama sekali tak melihat perbedaan dari Anin dan Hanin. Namun jika dilihat dengan seksama, Kalandra menyadari perbedaan keduanya. Tiba-tiba cewek itu mengangkat tangannya.

"Anin punya tanda merah di tangannya, kan? Gue gak punya. Lo percaya sekarang?"

Kalandra benar-benar terkejut dengan kenyataan yang ia hadapi sekarang. Anin tidak pernah bercerita jika punya kembaran.

Delapan BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang